tok
tok
tok
"Aji, lepas dulu. Ada yang ngetok pintu" mereka tengah tertidur berpelukan di sofa ruang tamu. Jarum jam menunjukan pukul setengah sebelas malam. Siapa yang bertamu malam malam gini?
"Aji bangun, gimana kalo pak erte dan kawanan hyena yang dateng? cepet pulang dulu sana. Aku gak mau kena masalah disini. Cepetaaan" Dharra menarik paksa tangan Aji yang terlihat enggan untuk pulang. Namun demi keselamatan masa depan tongkat ajaibnya, dia mengalah dan kembali ke alamnya.
ceklek
"Dharra..."
"Dimas? kamu... ngapain kamu kesini?"
"Kamu apa kabar? boleh aku masuk?"
"hah? enggak boleh. Kamu gila ya. Jam berapa ini? kalo tetangga liat kan jadi runyam. Sana sana pulang dulu. Kalo ada perlu sama saya besok aja ke kantor" tanpa menunggu jawaban, Dharra langsung menutup pintu dan menguncinya. Gawat kalo dibiarin masuk, selain diamuk Aji, dia juga pasti dimacem macemin warga.
"Siapa sayang?" suara berat itu kembali muncul dan memeluk pinggang rampingnya dari belakang. Menopangkan dagunya di bahu Dharra.
"Dimas"
deg
"Ngapain dia kesini? malem malem pula?" Aji mulai waspada mendengar siapa yang datang barusan. Dia harus bergerak cepat biar ga ada yang berani macem macemin wanitanya. Tanpa sadar Aji mencium leher Dharra, membuat lenguhan kembali keluar dari mulut Dharra.
"Kalo kek gini terus, bisa kebobolan kita" ucap Dharra yang kembali terhanyut dalam sentuhan bibir dan tangan Aji yang mulai bergerilya di bawah sana.
"Kenapa rasanya seenak ini, Ji? pantesan kamu gak bisa ngilangin kebiasaan kamuh" Dharra mulai terpancing.
"Makanya kita cepet cepet halalin. Biar bebas nikmatin" Aji menghentikan aksinya. Dia takut benar benar kebablasan. Dia juga tau, Dharra mulai menginginkannya juga.
Triknya berhasil. Dharra dibuat penasaran olehnya. Tapi bukan Dharra namanya jika tak berfikir dua kali. Dia mungkin bisa tersesat, namun dia bisa kembali pada realita.
tok
tok
Pintu kembali di ketuk. Dharra dan Aji dengan malas kembali ke alamnya masing masing.
Dharra merapikan penampilannya, lalu membuka pintu dengan malas.
ceklek
"Pak erte? ada perlu apa bawa pasukan segala malem malem?"
"Maaf mengganggu waktu istirahatnya, mba Dharra. Tapi saya dari kemarin sudah mencari mbak ke sini, tapi rumah mbak sepertinya kosong. Maaf boleh masuk dulu? saya sengaja mengajak warga yang lain agar tidak terjadi fitnah"
"Oh ya silahkan" Dharra mempersilahkan pak erte, Yuli, dan 2 orang kacungnya.
"Begini mbak Dharra, sengaja saya dengan ibu ibu yang lain datang malem malem gini karena tau jika besok pagi mbak pasti sudah berangkat lagi ke kantor, atau mungkin ke luar kota lagi. Jadi maksud saya adalah ingin meminta dukungan untuk acara 17an yang akan di adakan 2 bulan lagi. Rencananya kita juga mungkin tahun ini ingin meminta partisipasi dari pak Rakha" pak erte menyodorkan map berwarna merah yang berisi proposal acara 17an.
"Ini maksudnya sumbangan pribadi atw gimana nih pa?"
"Yaaa, pribadi boleh, perusahaan juga boleh, atau dua duanya boleh banget. Sebentar, saya panggil pak Rakha dulu biar sekalian kita obrolin disini" pak erte bangkit namun segera di sela oleh Yuli.
"Biar saya aja pak erte yang panggil"
"Gak baik bu Yuli, kalau bu Yuli yang panggil. Biar saya saja" pak erte bukannya tak tahu jika Yuli menyimpan rasa penasaran pada duda hot itu. Secara penampilannya sekarang saja sudah kelewat seksi. Bagaimana tidak. Dia keluar rumah memakai pakaian tidur yang terbuat dari bahan satin berwarna peach. Pak erte sudah mengingatkannya untuk berganti pakaian dahulu. Namun selalu beralasan bahwa jadi banyak baju yang kotor, dan udara cukup gerah.
Yuli dan kedua kacungnya saling tatap dengan Dharra sambil melipat kedua tangannya di dada
"Anak siapa tadi yang kamu bawa?"
"Mbak Yuli mata matain saya? gak nyangka ya-"
"Jawab aja sih, susah amat" Dharra hanya tersenyum, sangat enggan memberikan informasi mahal pada si ratu kepo. Biarin aja dia mati penasaran.
"Naaah, kebetulan sudah kumpul, mari kita bahas" pak erte muncul dengan Aji yang mengikutinya dari belakang. Para kawanan hyena terlihat salah tingkah dengan penampilan rumahan Aji yang hanya memakai celana piyama dan kaos ketat berwarna putih yang menonjolkan otot otot nya di bagian bagian tertentu. Pandangan Dharra terarah pada satu bagian tubuh Aji yang ternyata sudah dibungkus rapi.
fuhh
Terdengar helaan nafas lega dari mulutnya. Aji mengedipkan sebelah matanya padanya. Dan Yuli memperhatikan hal itu. Dia merasa geram dengan sikap Aji yang terlihat lebih tertarik pada Dharra.
"Jadi begini pak Rakha, mbak Dharra. RW kami tiap tahun selalu mengadakan kegiatan yang itu itu aja, tahun ini kami ingin ada sesuatu yang lain dari yang biasanya. Oleh karena itu, saya ingin meminta bantuan pak Rakha untuk menjadi konsultan acara tahunan kami. Tentu saja sebagai pengabdian warga RW kita. Lalu, hubungannya dengan mbak Dharra adalah selain sebagai calon penghubung sponsor, mbak Dharra juga yang akan mendampingi pak Rakha, sebagai wakilnya. Selain rumah kalian yang berdampingan, juga karena kalian sama sama single, jadi kalopun ada apa apa kita tinggal menikahkan kalian. Beres kan?"
"Gak bisa gitu dong pak erte" sanggah Yuli.
"Loh, kenapa gak bisa? kan di komplek kita ini cuma mereka berdua yang single. Maunya bu Yuli aja gitu? trus suaminya mau dikemanain? udah, pokoknya gitu aja. Dan ibu ibu disini bagi bagi tugas ya"
Mereka menyelesaikan rapat hingga pukul setengah satu malam. Sungguh malam yang melelahkan.
Pagi menyongsong, Dharra tak lupa dengan keberadaan Bintang yang juga hari ini sekolah. Setelah memandikan Bintang yang terlihat ceria dan bahagia karena bisa tinggal dengan ibu peri nya.
Namun yang membuat Dharra tak habis pikir adalah, kenapa Aji juga mandi di rumah ini? padahal semalam mereka tidur di kamar masing masing. Dasar duda somplak, pikirnya.
"Iya, aku memang duda somplak yang butuh belaian dan kasih sayang"
cup
Seolah bisa membaca apa yang dipikirkan Dharra, lalu mengecup bibirnya sekilas.
"iii... papa nakaaal..." teriak Bintang yang tak sengaja melihat adegan kecup mengecup itu.
"Biarin, kan bentar lagi ibu peri Bintang jadi mama nya Bintang" Dharra langsung menyikut perutnya yang kotak kotak?
"Kamu cepetan sana pake baju ih. Gak malu apa ada anak kecil?" Dharra langsung mendorong tubuh Aji keluar dari dapurnya, dan Aji lagi lagi mencuri ciuman.
"Ya ampun, bisa abis sebelum sah ini mah" wajah Dharra memerah.
Dharra menyiapkan sarapan sederhana untuk mereka bertiga, yaitu nasi goreng telor ceplok. Untung Bintang tak rewel soal makanan. Mereka makan dalam keceriaan Bintang yang selalu berceloteh. Aji baru melihatnya seceria ini. Untung saja Tuhan mempertemukan mereka kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
mar
oalaah duda somplak sadar diri😀
2022-06-26
1
Lucy Liestiarini
dwuhhh aji rakha duda sebelah rumah mantan Dharra bisa aja akalannya kayak tukang stempel cap cup😁😁
2022-06-26
1