"Kamu gak bisa maksa, Aji" Dharra merubah ekspresinya.
"Aku tau kamu masih menyukaiku" jawab Aji yang juga merubah ekspresinya menjadi sendu.
"Ekhem, bisakah kalian melanjutkan drama kalian nanti? Masih ada orang disini. Jomblo pula"
Dharra sontak mendorong lepas tubuh Aji, yang memang rangkulannya melonggar.
"Maaf. Jadi gimana perkembangan Bintang?" tanya Dharra.
"Sudah lebih stabil. Sore ini sudah bisa pulang. Tapi bukankah seharusnya yang bertanya adalah ayahnya?"
"Sama saja. Karena dia calon ibu nya" Aji memeluk Dharra dari belakang, dagunya menopang di bahunya. Membuat Dharra gelagapan.
"Oh, sore ini udah bisa pulang? Bintang kamu sudah sembuh, sayang" seru Dharra mengalihkan topik dan disambut gembira oleh Bintang. Namun dia masih berada di pelukan Aji yang nyaman.
Sadar dengan tatapan Ryan yang tak nyaman, Dharra berusaha melepas rangkulan Aji di pinggang rampingnya. Namun Aji mengetatkan pelukannya.
Dharra menepuk nepuk kencang tangan yang melingkar itu, tapi Aji malah mencium pipinya.
Dharra mencubit gemas tangan Aji, lagi lagi Aji menciumnya.
Akhirnya Dharra pasrah dipeluknya. Karena pipinya sudah pasti akan habis diciuminya.
"Bisakah kau lepaskan dia?" titah Ryan dengan sorot mata yang tajam. Pancaran api cemburu terlihat di matanya.
"Aku ga akan melepaskan dia sampai kapanpun. Kalau sudah selesai silahkan keluar" tegas Aji tak mau beradu argumen terlalu lama.
"ehem, ibu peri. Maaf tapi bisakah saya bicara dengan anda secara empat mata? ini menyangkut.. mm... Bintang" ucapnya lembut sambil menatap dua gundukkan yang tak biasa.
glek
Kenapa harus ada disitu coba?😂
Aji yang menyadari arah tatapannya langsung melangkah kedepan Dharra. Menutupi tubuh menggiurkan para jomblo akut.
"Kalo masalah Bintang kan bisa kamu bicarakan padaku. Aku papanya kalau kau lupa"
"Ah, iya kamu papanya. Kalau begitu, bisakah kita bicara sebagai sesama orang dewasa?"
"Hah? kayaknya gada hubungannya deh" Dharra terlihat terheran dengan permintaan Ryan.
"Tentu saja ada. Biar lebih jelas, bisakah kita bicara? Berdua" kata terakhir ia tambahkan saat melihat Aji hendak menyuruhnya untuk mengatakannya saat itu juga, didepannya. Dari mana Ryan tahu? karena dia sudah bertelepati dengan rumput yang bergoyang😁
"Hanya bicara?"
"Hanya bicara. Janji"
"Baiklah"
"Tapi, sayang...."
"Ssshhhh.... jaga anakmu baik baik" Dharra menutup mulut Aji dengan telunjuknya. Namun nahas, telunjuknya itau langsung dikulum Aji tanpa ada rasa..
"Jijik tau" ada rasa gelenyar aneh menjalar di tubuhnya mendapat perlakuan Aji seperti itu.
"Bisakah kamu gak pergi?" Aji tak rela membiarkan Dharra pergi bersama rubah berbulu onta itu.
"Tapi aku harus pergi. Jika itu menyangkut Bintang" Dharra kemudian mengambil jas milik Aji yang tersampir di sandaran sofa untuk menutupi kelebihan tubuhnya.
Dharra berlalu meninggalkan Aji yang beberapa kali merengek padanya.
Di ruangan itu, Aji hanya berjalan mondar mandir di dalam ruangan itu. Disaksikan Bintang yang kebingungan.
"Papa, om dokter bawa ibu peri kemana? om dokter gak akan nyulik ibu peri kan? ibu peri gak akan di suntik kan?"
"Hah? disuntik. Gak gak.. ga boleh terjadi. Cuma papa yang boleh suntik ibu peri. Tapi kenapa harus lama lama? pada pergi kemana? apa ke salah satu ruangan kosong? suntik menyuntik? aduuuuh... akutuh gak bisa diginiin.." Aji mengambil ponsel dan men dial nomor Dharra yang ternyata tidak dibawanya.
Satu jam berlalu. Namun Dharra masih belum kembali juga.
ceklek
Dharra masuk dengan menenteng beberapa bungkusan makanan yang berupa camilan anak dan buah buahan.
Tapi ada yang berbeda dengan penampilannya. Aji memperhatikan dengan seksama Dharra yang tengah berinteraksi dengan anaknya, mengabaikan dirinya yang sedari tadi
resah dan gelisah menunggu disini, disudut sekolah, tempat yang kau janjikan ingin jumpa denganku, walau mencuri waktu
Berdusta pada guru
*eeaaa malah nyanyi😂
Aji mendekat lalu menarik tangan Dharra dengan lembut.
"Bintang, papa pinjem ibu perinya sebentar ya"
"Apaan sih Ji? dateng dateng dimanyunin? itu.. kamu.. dikemanain itu?" tanyanya absurd sambil menunjuk dengan bibir monyongnya pada dua bongkahan yang tiba tiba menghilang.
"Kemanain ya?" Dharra menjawab dengan pertanyaan sembari tersenyum meledek Aji yang terlihat kebingungan.
Dharra mampir ke toko pakaian dalam yang dilaluinya sepulang dari cafe tempatnya ngobrol dengan Ryan, dan membeli torso untuk mengamankan asetnya yang melimpah.
Selain di rumah pada saat libur kerja, dia tak pernah membiarkan asetnya berkeliaran bebas. Dan dia tak merasa nyaman.
" Skip skip. Tadi kamu ngomongin apa sama Ryan?" lanjutnya bertanya sambil mencomot satu tusukan cilor yang Dharra makan.
"Gak ngomongin apa apa. Punya aku ih, jangan diabisin" Dharra mengambil tusukan cilor ke dua yang Aji comot.
"Jangan main rahasia rahasiaan. Serius tadi ngomongin apaan?"
"Gak ngomongin apa apa, Aji. Sekarang biarin aku temenin anak kamu tuh. Kesian dari tadi sendirian. Lagian ngapain ngomong berdua kalo kamu juga harus tahu? aneh" Dharra segera berlalu dan mendekat ke ranjang Bintang yang tengah asik memakan camilan yang ia beli.
"Ibu peri?"
"Ya sayang"
"Tadi ibu peri dibawa kemana sama om dokter? ibu peri gak disuntik kan sama om dokter?"
DUA BAB LAGI AGAK SIANGAN YA
ADA YANG MINTA DIKELONIN MUMPUNG SABTU🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
mar
c othor malah nyanyi😂😂😂
2022-06-25
1
mar
yamasa di punggung🤣🤣🤣
2022-06-25
1
Lucy Liestiarini
itunya Dharra diumpetin lagi aji🤣🤣🤣 biarrr gakk bikin gagal fokus orang yang melihat nya
2022-06-25
2