Dharra memilih untuk langsung pulang. Kebetulan ada taksi yang baru menurunkan penumpang. Tak ada alasan baginya untuk berlama lama di tempat ini. Di dalam taksi, lagi lagi mamang supir harus dibuat salah tingkah karena dirinya yang terisak.
Dia sudah mensugesti dirinya sendiri agar tak menjatuhkan hatinya lagi padanya. Tapi hatinya menghianati pikirannya.
Dharra memilih menghabiskan waktu di Mall. Selain berjalan jalan, dia menghabiskan waktunya di time zone, arena favoritnya sedari SMA dulu. Dengan begitu dia bisa melampiaskan kesedihannya. Dia tak punya sahabat dekat seperti orang lain. Dia lebih suka sendiri. Menyimpan rahasianya sendiri. Bahkan tak pernah datang saat diadakan reuni.
Dharra tiba di rumah pukul 9 malam. Perutnya terasa penuh karena menghabiskan 2 porsi jumbo eskrim.
Dengan langkah gontai dia memasuki pagar rumahnya sambil memegang perutnya.
"Dari mana saja kamu?" tanya suara bariton yang tengah memperhatikan Dharra di sebelah mobilnya. Tampak wanita tadi siang tengah bergelayut manja merangkul lehernya.
"Jalan jalan" jawab Dharra singkat.
"Kenapa gak bilang mau pergi kemana?" lanjutnya lagi. Si wanita itu terus menempelkan tubuh depannya pada lengan kekar Aji.
"Bukan urusanmu kan? Lagian aku bukan orang yang penting untuk kau hawatirkan. Hawatirkan dirimu yang terjebak di duniamu sendiri" Dharra langsung membanting pintu rumahnya.
Dia tak pernah merasa tertekan seperti ini.
Dia ingin sendiri. Dia lelah. Saat ada yang serius meminangnya, keluarga dengan sengaja menghambatnya. Seolah tak boleh memiliki kebahagiaan.
Dharra menyetel musik dengan keras, lalu menangis sekencang kencangnya.
Aji melihat kemarahan dan kesedihan di matanya.
Suara laknat itu kembali terdengar dari rumah sebelah. Dharra tak peduli lagi. Apa yang bisa ia harapkan dari seorang player seperti Aji? Dia tertidur dalam tangisnya sambil mendengarkan musik melalui ear set.
Aji sengaja mengencangkan volume speaker home theater yang diarahkan pada tembok pembatas kamarnya dengan kamar Dharra. Ia menyetel film 21+ untuk menggoda dan menghiburnya. Tadinya. Namun mood Aji sendiri ambyar gara gara kemunculan wanita yang tak ia harapkan.
Pagi menyongsong, minggu pagi ini Dharra memutuskan melakukan sedikit olah raga. Jogging di sekeliling perumahan adalah pilihannya.
Dharra mengenakan sport leging hitam se betis dengan atasan tanpa lengan pas body berwarna hot pink. Rambut diikat ekor kuda dengan hiasan head set yang menutupi kedua telinganya. Sepatu kets putih pink menghiasi kaki jenjangnya.
Saat keluar pagar dilihatnya mobil Aji tak ada di tempat. Dia tak peduli. Dia mulai melakukan langkah lari kecil sebagai pemanasan. Hal itu diperhatikan Yuli dari dalam rumahnya. Dia merasa puas karena melihat Aji bersama wanita lain semalam.
Asik dengan langkah teraturnya diiringi musik yang menempel di telinganya, membuatnya tanpa sadar melupakan track yang ia lalui. Hingga ia berada di kompleks perumahan elite yang ternyata terhubung melalui jalan yang jauh dari rumahnya. Kompleks elite tersebut terhubung langsung ke jalan raya utama dekat dengan pintu tol.
"Gila huh huh aku nyasar hah hah" Dharra berhenti sejenak di pinggir trotoar sambil memindai sekeliling. Ada sebuah mini market di sebrang nya. Namun dia melihat anak kecil yang tiba tiba berlari keluar dari rumah dan sebuah mobil yang melintas. Reflek Dharra berlari ke arah sang anak agar tak terserempet mobil.
ciiit
"aaaaaaa"
Anak itu memekik karena kaget. Untunglah Dharra berhasil menariknya sehingga mobil tak menabrak anak itu karena kemunculannya yang tiba tiba.
tiiiiiiiin
Dharra melotot ke arah pengemudi. Ada sedikit rasa kesal. Mungkin sang anak yang salah karena muncul tiba tiba berlari hendak menyebrang jalan. Tapi tak seharusnya bersikap seperti itu.
"Kamu gak papa sayang?" Dharra mengecek kondisi anak itu barangkali ada yang terluka. Namun sang anak malah sesenggukan.
"Hei hei.. it's okay now. Ssshhh..... dimana rumahmu sayang?" Dharra mengusap lembut air mata sang anak lalu merapikan rambut lembut nya yang acak acakan dan baru setengah di kepang. Dia tersenyum. lalu merapikan rambut anak itu dengan membuat satu kepangan cantik.
"There you are. You're so pretty"
"Am I ?"
"Ofcourse you are" Dharra mengapit hidung mungilnya gemas.
"Sekarang bilang sama tante. Rumah kamu dimana? biar tante antar" bujuknya lembut.
"Tapi bintang gak mau pulang. Kita ke rumah tante aja ya?"
"Tapi rumah tante jauh, sayang. Tante juga kesasar. Gak tau arah pulang" Dharra merasa lucu dengan dirinya. Ingin mengantar anak ini pulang namun dia sendiri tak tahu kemana arah pulangnya.
"Tante lucu" gelak anak itu menampilkan lesung pipi yang cantik.
"Bintang.... Ya ampun papa mu nyariin kamu tuh. Jangan rewel deh. Kamu kalo gini nyusahin tau gak" ketus seorang perempuan ber make up tebal dengan baju terusan rok mini dan stilleto.
"Aku gak mau pulang" teriak anak itu yang langsung bersembunyi di belakang Dharra.
"Jangan nakal kamu ya. Nanti papa hukum kamu" bentaknya.
"Enggak. Papaku baik. Papaku gak pernah hukum aku. Kamu aja yang pulang sana. Bintang gak suka" tolaknya sambil berteriak. Setelah itu dia sesenggukan dan memeluk kaki Dharra erat.
Dharra menggendong anak itu yang terlihat akan menangis.
"Ehm mba, biar saya antar saja ya adik nya"
"Kamu siapa? Jangan jangan tadi kamu mau nyulik bintang ya?" bentaknya pada Dharra.
"Bukan, mba. Tadi anak ini hampir ketabrak mobil karena lari. Saya juga tadi udah mau nganterin anak ini"
"Hallah, alasan. Denger ya saya bisa laporin kamu ke satpam-"
"Bintang..." seru suara bariton yang terengah karena habis berlari.
"PAPAAAAA......" Bintang langsung menangis memanggil papanya dan memintanya agar menggendongnya.
"Dharra? kamu ngapain kesini?" tanya Aji keheranan melihat Dharra menggendong Bintang.
"Kebetulan lewat lagi jogging. Kurasa anak ini sudah aman. Aku pergi"
"IBU PERI JANGAN PERGII" teriak Bintang yang masih sesenggukan.
"Bintang, kamu apa apaan sih? Biarin aja dia pergi. Dia cuma orang gak jelas" bujuk si wanita.
"Papa... tadi ibu peri nolongin Bintang mau ketabrak. Terus nenek sihir ini marah marahin bintang sama ibu peri" adunya polos.
"Kamu siapa berani bentak anak saya?" geram Aji.
"Kamu percaya sama omongan anak kecil?"
"Aku lebih percaya sama anakku sendiri. Sekarang kamu boleh pulang. Dan jangan pernah datang lagi" tegasnya dingin.
Wanita itu terlihat kesal lalu pergi sambil menghentak hentakkan stiletto nya.
"Ibu peri gendoong" Bintang menjulurkan kedua tangannya kearah Dharra minta di gendong.
"Sayang, tante harus pulang" tolak halus Dharra.
"Nanti papa yang anter. Kan tante kesasar" ucap polos Bintang yang membuat wajah Dharra bersemu merah.
"Kamu kesasar?" terlihat Aji menahan tawanya.
"Berisik" Dharra mengabil alih bintang untuk digendongnya. Lalu melangkah.
"Ibu peri salah jalan lagi. Rumah Bintang ke sana" Dharra langsung berbalik arah sambil menyikut perut Aji yang terbahak. Disusul dengan kikikan Bintang yang ikut menertawakan tingkah Dharra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Lucy Liestiarini
ohhhh nooo🤣🤣🤣🤣 ternyata ibu peri darra nolongin bintang anak Ex-nya yang mesumm
2022-06-19
2
NR..
kok aq ilfil ama aji ya
2022-06-19
6
mar
ohoho anak siapa tuh
2022-06-19
2