Tinggal Bersama?

"Oma, maaf. Kata Aji- ehem Rakha, apa bener Oma udah ngurusin persyaratan pernikahan kita?"

"Iya sayang. Oma pengen secepatnya ngiket kamu biar Rakha gak kelayapan mulu. Apa lagi dia udah kelepek kelepek sama kamu. Gak kayak sama yang Oma sodorin. Dipake iya, di sah-in enggak. Oma kan jadi hawatir"

"Oma gimana sih? malah buka aib Rakha. Nanti kalo Dharra nya ilfil gimana hayo. Rakha juga punya rasa malu. Minder pula"

"Iya iya maaf. Emang Rakha kenapa minder sama Dharra?"

"Ya oma tau banget kan reputasi Rakha gimana di kalangan cewek cewek di kota ini. Sedangkan Dharra? Dia masih gress. Apa dia mau sama Rakha yang bejat ini?"

"Ya ampun dibahas lagi. Aku bilang yang penting tunjukin kesungguhan kamu"

"Tuh kan. Dharra aja bilang gitu. Kamunya aja jangan ngelunjak. Mentang mentang punya istri baik, pengertian, eh malah balik lagi ke kebiasaan lama. Pokoknya kalo sampe kejadian. Oma pastiin belalaimu hilang"

Aji sontak menangkup miliknya yang terasa nyut nyutan.

Malam tiba. Dharra sedang asik membacakan cerita sebelum tidur pada Bintang.

tring

"Mili? ya ampun lupa. Iya Mil?"

".........."

"Iya maaf, aku lupa ngabarin. Aku masih ada urusan"

"..........."

"Apa? sekarang? Kenapa ga ngehubungin Pak Aji aja sih? kan kita udah nyerahin sepenuhnya sama EO. Masalah nego fasilitas, coba kabarin dulu pihak EO nya"

"..........."

"Aku gak mau tau. Urusanku cuma sama EO. Perusahaan kan udah bayar jasa dia. Tolong kamu sampaikan sama pak siapa?"

"......."

"Iya pak Dimas, bilang kayak gitu. Aku gak mau ketemuan buat bahas masalah kontrak. Apa lagi secara pribadi"

tut

"Seenaknya aja tuh orang. Untung belum tau tempat tinggal aku"

"Ibu peri, kenapa marah marah? Bintang pikir ibu peri gak bisa marah"

"Bintang sayang, ibu peri kan manusia biasa. Jadi pasti bisa marah kalo ada yang ganggu atau nyebelin. Apa- Bintang kecewa? mau genti ibu peri?"

"enggak mau. Bintang gak mau yang lain. Bintang cuma heran aja, ibu peri marahnya lucu, ga ada serem seremnya" Bintang lantas tertawa.

"Enggak serem ya. Bilang... serem ga.. serem ga..." Dharra menggelitiki perut Bintang hingga berguling guling.

"Bintang, ibu peri pulang dulu ya. Udah malem. Ibu peri kan juga harus ngurusin rumah ibu peri. Kapan kapan ibu peri main lagi kesini. Bintang yang pinter ya, jangan gak makan lagi.

"Iya ibu peri. Tapi... gak bisa ya kalo ibu peri tinggal disini aja? kan udah temenan sama papa sama oma juga. Nanti kalo ibu peri kesasar lagi siapa yang nolongin?" ucapnya sendu dan tercekat. Terdengar seperti hendak menangis.

"Sayang. Dengarin ibu peri ya. Orang yang beum nikah itu gak boleh tinggal serumah. Nanti dimarahin pak erte"

"Yaudah, kan ibu peri tinggal nikah aja sama papa sama oma juga biar bisa serumah" harapnya sambil berkaca kaca.

"Sayang, yang nikah itu perempuan sama laki laki aja, gak bisa bertiga gitu. Kamu ini ada ada aja" Dharra terkekeh dengan penuturan Bintang.

"Iya, ibu peri aja sama papa yang nikah ya?" senyumnya lebar. Namun setetes cairan lolos dari mata belonya. Mungkin dia takut dengan jawaban Dharra yang lagi lagi menolaknya halus.

"Iya sayang. Ibu peri sama papa mau nikah kok. Tapi sebelum itu terlaksana, ibu peri sama papa harus pisah rumah dulu. Ya sayang" Dharra membujuknya dengan lembut. Tak mau membuatnya kecewa.

"Kalo Bintang yang serumah dengan ibu peri- boleh ga?"

"Bintang mau tinggal sama ibu peri?"

"Iya. Bintang mau tinggal sama ibu peri. Lagian kata oma, rumah kecil papa sebelahan sama ibu peri. Jadi kita bisa barengan terus tapi ibu peri ga serumah sama papa, kan kan kan" Bintang sangat antusias.

"Baiklah. Nanti biar ibu peri ijin dulu sama oma sama papa juga ya?"

"Tentu saja boleh" Aji dan oma entah dari kapan mereka mendengarkan bujuk rayu maut Bintang.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***







Episode sebelumnya

Bintang Pulang

Episode berikutnya

Pintu Penghubung

