My Ex- Is My Neighbour
Fuhhh.... pindahan memang menguras tenaga dan pikiran. Jika saja gaji nya tidak semenggiurkan itu, aku malas untuk pindah ke luar kota.
Aku memilih membeli rumah sederhana di kompleks perumahan yang sedang tumbuh. Menurut perhitunganku, dengan gaji segitu dan kontrak kerja di kota ini selama 5 tahun, bisa lah buat nyicil rumah sederhana. Meski hanya 5 tahun kan sayang jika hanya mengontrak. Kupikir dengan usiaku yang sudah cukup matang, sudah saatnya aku belajar menginvestasikan penghasilanku. Toh jika aku kembali ke kota asalku, aku bisa menyewakannya.
Aku memilih hari jum'at untuk bertolak ke kota tujuanku. Agar ada waktu untuk rehat sejenak setelah 12 jam perjalanan menggunakan kereta.
Namaku adalah Dharra Pricilia. Umurku bulan depan adalah 27 tahun. Aku bekerja di Dealer mobil mewah. Sejak lulus SMA, aku langsung bekerja di perusahaan itu sebagai marketing freelance. Karena kemampuanku dalam berkomunikasi semasa SMA yang tergabung dalam organisasi siswa intra sekolah di seksi humas, memudahkan ku dalam mendapatkan customer. Sehingga setiap bulannya point target ku selalu tercapai, bahkan melebihi yang di targetkan. Aku bahkan sesekali membantu teman seperjuanganku dalam mencapai point nya, sehingga dia aman dari kick off. Itu bahasa yang supervisor ku selalu jadikan ancaman kala mendekati laporan akhir bulan. Hal itu tak luput dari pantauan kepala cabang. Akhirnya masa percobaan 3 bulanku berakhir, dan aku mendapat promosi menjadi pegawai tetap.
Semangatku membara kala mengingat tidak ada orang tua yang memeluk dan mengucap syukur atas pencapaianku. Hingga aku memutuskan untuk menempuh kembali pendidikan ke jenjang S1, dengan mengambil kelas karyawan. Tentu saja dengan sokongan perusahaan yang puas akan kinerjaku. Hingga kesempatan itu datang.
Di tahun ke-8, aku kembali di promosikan menjadi kepala cabang di luar provinsi. Padahal sebelumnya aku berhasil menembus kantor pusat. Hanya saja, keluarga bibi ku yang mengurusku selalu berhasil mengejar dan mengusik kehidupan pribadiku. Saat tawaran di luar provinsi itu datang, tanpa berfikir 2 kali, aku langsung menerimanya.
"Fuhhh... bebenah beres, tinggal beli beberapa perlengkapan dapur" Aku berniat keluar untuk belanja perlengkapan dapur, sambil refreshing.
Kulihat beberapa ibu ibu muda sedang mengobrol di seberang rumah. Kuputuskan untuk bertanya sekaligus memperkenalkan diri. Toh aku adalah warga baru, sudah selayaknya memperkenalkan diri.
"Permisi ibu ibu. Perkenalkan, saya Dharra, penghuni baru rumah depan. Mau tanya, kalo rumah pak erte sebelah mana ya?" tanyaku ramah.
"Oh, kamu yang baru pindahan tadi malem ya. Saya Yuli, kita tetanggaan dong. Enak kalo udah diisi rumahnya, jadi gak serem lagi. Oh iya, kalo rumah pak erte deket tuh, cuma masuk ke belokan sana, terus rumah ke 3 sebelah kiri, itu rumahnya" Jawab ibu ibu berdaster sambil menggendong anak berusia sekitar 3 tahunan. Kelihatannya dia tipe tipe dominan. Karena sedari tadi cuma dia yang keliatan menyem menyem, sedangkan 2 orang lainnya hanya manggut manggut.
"Oh gitu. Makasih ya ibu ibu, saya langsung ke sana. Mau laporan. Permisi" pamit ku ramah. Tak mungkin aku menampilkan wajah jutek. Aku juga punya misi disini.
Untungnya Pak erte sedang ada di rumah. Sekedar persyaratan, aku pun memberikan berkas sebagai warga pendatang baru dengan status pemilik rumah di blok B itu.
"Oh iya pak, kalau rumah sebelah itu ada pemiliknya atau masih kosong ya? saya ada maksud untuk melakukan sedikit renovasi. Dan jika ada penghuninya, saya mau silaturahmi sekalian minta ijin jika sedikit mengganggu"
"Oh rumah Pak Rakha ya. Beliau paling pulang setiap akhir pekan. Maklum kerjanya luar kotaan. Tapi tenang saja, beliau orangnya baik kok. Selalu memberikan donasi ekstra kalau er we kita mengadakan acara tujuh belasan. Gampang lah, nanti saya bantu minta ijin sama beliau" terang pak erte yang bernama Sobar itu.
"Terima kasih sebelumnya ya pak. Kalau begitu saya permisi. Mau nyari perabot dulu"
Aku baru sadar ternyata dari blok rumahku, lumayan jauh karena jalanan sedikit menanjak hanya untuk mencapai gerbang kompleks. Ingatkan aku untuk membeli akomodasi. Syukur syukur anggaran akomodasi turun dan cukup untuk mencicil mobil kecil.
Akhirnya sampai di rumah, setelah seharian turun naik angkot yang ternyata salah jurusan. Salahkan si mamang angkot yang dengan sengaja membawaku ke arah berlawanan agar dia mendapat penumpang. Yang akhirnya aku harus naik lagi angkot melewati jalan sebelumnya ke arah Mall yang hanya berjarak tak jauh dari perumahan. Tak bilangin Chelsea biar kena getok kunci inggris😑
Aku pulang menggunakan taksi, mengingat barang belanjaanku yang ternyata lumayan besar besar.
Selesai menata perabot dapur, perut mulai meronta ronta.
"Mi instant enak nih pake telor sama irisan cabe rawit"
Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Selesai makan, seperti biasa, mata ini gak bisa di ajak kompromi buat tetap melek membereskan panci dan mangkok bekas makan mi instant tadi. Aku pun tertidur di kamar yang kasurnya digelar di lantai.
"Ahh.. ahh.. ahh..." dalam tidurku, terdengar suara laknat. Tapi dalam mimpiku gelap.
Apa selelah itu hingga tak tergambarkan?
"Ahh.. ahh.. ahh..." kembali suara laknat itu muncul. Sialan, teman sekamarku em el di kamar. Lagi lagi aku dijadikan pajangan. Kututup telingaku dengan bantal.
"Aaaahh...lebih cepaat...."
Sontak mataku membelalak. Teman sekamar apaan? Aku baru tersadar jika sekarang aku tinggal sendiri.
"Mimpi sialan. Gara gara temen laknat. Kelakuan laknatnya kebawa kesini" racauku yang kembali merebahkan diri dan menutup mataku lagi.
"Aaahhhhh.....rakha... teruus.."
Kembali kukumpulkan nyawaku agar aku tersadar sepenuhnya.
Kupasang telingaku dengan tajam. Kuedarkan pandanganku. Ruangan memang sedikit gelap. Bulu kuduk ku seketika berdiri kala mengingat selintas pikiran parno ku.
"Gawat... setan cabul..." lirihku ngeri jika ada penampakkan tiba tiba. Kurapalkan do'a sebisaku agar terhindar dari godaan setan cabul. Mulutku komat kamit hingga aku tertidur kembali.
Pagi menyongsong, tak sadar aku tertidur lelap setelah mimpi mengerikan semalam. Hari ini hari minggu, aku memutuskan untuk memasak menu sederhana. Setelah berbenah dan membersihkan diri, aku melihat ke luar jendela. "Ah ada kang sayur" aku langsung keluar rumah, hanya mengenakan celana jins sebatas lutut, dan t-shirt indies, rambut kuikat asal.
"Pagi ibu ibu, jam segini dah ngerumpi aja" sapa ku basa basi sambil memilih sayuran calon penghuni meja makan ku.
"eh mba Dharra. Iya nih, apa lagi kerjaan emak emak komplek kalo gak ngerumpiin duda depan rumah" entah mengapa mereka cekikikan. Aku cuma fokus sama calon penghuni panci sama piring yang baru ku beli kemariin.
Menjelang malam, aku teringat kembali kengerian tadi malam. Lampu sengaja tak kumatikan karena rasa takutku.
Karena tak kunjung tak bisa tidur, aku mencoba trik orang bule. Menghitung domba.
"satu..dua..tiga.. empat ..ahh..ahh.. lima.. enam.. tujuh..ahh.. ahhh.."
🐑🐑🐑🐑🐑🐑🐑🐑🐑🐑🐑
HAI HAI HAAAAIII... KETEMU LAGI SAMA KARYA BARU OTHOR KUYA🤗
MASIH AWAL YA BEIBZ SELOW DULUU SELAMAT MENIKMATI😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Sandisalbiah
isi absen thor..
2024-04-13
0
Susana Sari Sari
aku mampir lgi dikaryakan Thor......cocok ya tuh Arthur...bikin cerita yg sengklek...jagoannya wecek² jd kita para emak2 greget bacanya Ampek lupa waktu semakin dibaca semakin penasaran...😀👍👍
2024-03-22
1
Revi Ani
lah kenapa jadi ngadu sama Chelsea 😅
2022-12-15
1