Sakit itu anugerah... tergantung bagaimana kita menyikapinya, jika kita menikmati rasa sakit itu, Allah akan menambah nikmatnya dengan berbagai cara....
-------------------------------------------------------------------
Dua hari sudah Arum berbaring di ranjang rawat inap. Dokter menyatakan kalau dia terkena gejala typus dan harus banyak istirahat.
Pagi ini Arum tidak melihat keberadaan Danu. Hanya Mbok Sum yang sejak tadi menyiapkan gantinya untuk mandi.
"Arum...."
"Eyang...."
"Bagaimana keadaanmu Nduk ?"
"Alhamdulillah....sudah agak mendingan Eyang..."
Ternyata Eyang tidak sendiri, ada Danu bersamanya. Mungkin...tadi, pagi-pagi sekali Danu diminta untuk menjemput Eyang Putri.
"Mbok Sum....siang ini biar saya yang disini, simbok pulang dulu... istirahat..." pinta Eyang.
"Gakpapa Ndoro....saya sudah banyak istirahat disini, malah sebaliknya Ndoro Sepuh yang harus banyak istirahat ."
'Ya Allah...aku telah merepotkan banyak orang. Semoga besok aku sudah boleh pulang....' pintanya dalam hati.
"Le... apa kamu tidak ada perjalanan hari ini?"
"Tidak Mbok...saya_"
"Aku meminta Danu untuk izin dan membantuku kesana kemari, selama Arum sakit Mbok..." kata Eyang memotong pembicaraan mereka.
"Inggih Ndoro Sepuh."
Danu mohon diri untuk keluar sejenak dari ruangan itu, dia sengaja meninggalkan ketiga srikandi itu, untuk pergi sekedar minum kopi di kantin rumah sakit.
Namun...belum sempat dia langkahkan kakinya keluar, seseorang juga membuka pintu kamar rawat inap ini dari luar.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam...."
Seorang laki-laki, yang nampak gagah dengan kemeja warna biru dan buah keranjang di tangannya.
"Pak Yanu..." sapanya.
"Arum....apa kabar ?"
"Alhamdulillah.... sudah mendingan Pak."
"Syukurlah."
Dia letakkan apa yang dia bawa tadi di atas nakas yang disediakan pihak rumah sakit.
"Eyang.... Mbok Sum, ini Pak Yanuar... beliau pimpinan Arum di kantor tempat Arum bekerja." jelasnya.
"Silahkan Pak ....maaf, cucu saya harus izin untuk istirahat sampai kondisi tubuhnya membaik."
"Terimakasih Eyang... tidak apa-apa, memang harusnya begitu."
Arum duduk di ranjang rawatnya. Yanuar duduk di kursi dekat ranjang itu. Sedangkan Danu, mengurungkan niatnya untuk ngopi ke kantin.
Dia ikut memperhatikan tamu yang barusan datang.
'Dia pimpinan Arum di kantor, tapi kenapa dia besuk Arum sendirian.
Kenapa tidak bareng dengan karyawan lain?
Apa mereka ada apa-apa?
Karena yang aku dengar, pimpinan baru BANK tersebut masih single.
Berbagai pertanyaan berkecamuk di pikiran Danu.
"Lekas sembuh.... kantor sepi tidak ada kamu..." ucapnya.
"Iya Pak ....saya segera masuk."
"Eeehhh....aku sekedar basa - basi loo, aku gak memaksa...biar pulih benar tenagamu."
Pak Yanu kali ini beda, cara memanggilnya juga aku kamu. Mungkin karena kebetulan sedang tidak di kantor. Jadi ngobrolnya lebih santai.
Sama dengan yang sedang Danu pikirkan, dia ngerasa Yanu lain. Sebagai seorang pimpinan, dia terlalu dekat dengan Arum. Ngomongnya saja aku kamu.
'Ya sudah....aku pamit dulu, ingat kabari aku kalau ada apa-apa...semua biaya rumah sakit, biar kantor yang tanggung."
"Terimakasih banyak Pak."
"Sama-sama."
Yanuar pergi dengan meninggalkan senyumnya yang manis.
"Saya pamit dulu Eyang." ucapnya ketika mendapati Eyang berada di ruang tunggu pasien..."
"Terimakasih atas waktunya untuk menjenguk cucu saya."
"Sama-sama...semoga Arum segera sehat kembali."
"Aamiin."
Dari sikap dan perhatiannya, nampak adanya rasa simpati dari seorang laki-laki kepada perempuan, bukan sekedar pimpinan kepada pegawainya.
Lagi-lagi Danu harus menelan kenyataan bahwa dirinya hanya anak dari seorang abdi dalem yang menduduki kasta terendah.
Mana mungkin dia akan bersaing dengan seorang pimpinan BANK. Yang ada hanya akan jadi bahan tertawaan saja.
Ini bukanlah sekedar lamunan, tapi fakta yang harus dia hadapi.
Kring....kring...
Dering telepon menyadarkan kembali lamunannya. 'Ibuku' nama yang terlihat di layar handphonenya.
Mungkin ada hal yang membutuhkan bantuannya, atau mungkin simbok mencarinya. Karena setelah kepergian Yanuar dari ruangan Arum, Danu pergi ke kantin tanpa sempat berpamitan terlebih dahulu.
D : "Ya Mbok."
S : "Kamu dimana Le ?"
D : "Danu ngopi di kantin Mbok."
S : "Ya sudah Le... lanjutkan dulu."
D : "Ada apa Mbok ?"
S : "Ndoro Sepuh mau pulang."
D : "Iya Mbok, Danu segera kembali."
Tugasnya kali ini memang mengantar kemana saja Ndoro Sepuh pergi, selama Pak Karman izin cuti karena keperluan pribadinya.
"Monggo Eyang... Mobilnya sudah Danu parkir di depan."
"Iya Le...Eyang pamit dulu sama Arum."
Danu hanya memperhatikan sikap Eyang dan cucunya itu dari jauh.
Tak berapa lama, Eyang keluar dari ruang rawat cucunya.
"Danu...tadi Dokter menyampaikan kalau besok siang, Arum sudah di perbolehkan untuk pulang..." kata Eyang ketika mereka sudah dalam perjalanan.
"Alhamdulillah...iya Eyang, apa Eyang akan ikut menjemput besok pagi ?"
"Tidak Le...sudah ada Mbok Sum yang membantu, tinggal kamu jemput saja."
Entah kenapa, setiap bertemu dengan Arum hati Danu selalu bergemuruh. Seakan ada hal yang tidak bisa dia ungkapkan.
***
Pagi ini...sesuai tugas dari Eyang, Danu harus menjemput Arum dari rumah sakit. Mbok Sum sudah mengabarkan kesiapan mereka untuk kembali pulang.
"Sudah siap Jeng Ayu ?" sapa Danu usai menyelesaikan administrasi rumah sakit.
Namun tidak ada jawaban dari pemilik nama yang baru saja dia sapa. Entah karena tidak dengar atau memang tidak mau menjawab sapaanku.
Tas pakaian dan perlengkapan selama di rawat sudah tidak ada di tempatnya. Mungkin Mbok Sum sedang membawanya ke mobil yang tadi sudah disiapkan Danu di dekat pintu keluar rumah sakit.
Kalau Mbok Sum sedang menata barang bawaannya, itu artinya Arum sendiri di ruangan ini.
"Jeng Ayu...ada yang bisa saya bantu lagi ?"
lagi-lagi Arum tidak menjawab.
"Maaf ...Jeng Ayu, mobil sudah siap...apa yang bisa saya bantu bawa ?"
"Berapa kali harus aku bilang, panggil aku Arum...." protesnya yang tidak mau dipanggil dengan sebutan 'Jeng Ayu'
"Iya...Arum "
upss...ternyata, dia diam karena aku salah menyebut namanya.
Mereka berjalan beriringan, dari jarak jalannya, terlihat sekali kalau mereka hanya sebatas majikan dan sopir.
"Silahkan Jeng Ayu..."
Danu mempersilahkan Arum untuk duduk di bangku depan. Sekali lagi dia memanggilnya dengan sebutan 'Jeng Ayu', semata-mata menghormatinya disaat ada orang lain diantara mereka.
"Nu... bantu Simbok bawakan tas pakaian Jeng Ayu yang warna merah." pinta Mbok Sum ketika mereka sampai di rumah.
"Iya Mbok..." Danu berlalu usai membukakan pintu mobil untuk cucu majikan ibunya itu.
Eyang sudah menyambut kedatangan mereka, tapi ada yang beda dari penampilan beliau saat ini. Eyang sudah rapi dengan kebaya yang beliau kenakan.
"Eyang...kok sudah rapi begini, Eyang mau pergi...?" tanya Arum.
"Iya Nduk... Eyang ada urusan ke Cilacap lagi, mungkin sedikit agak lama, karena ada yang harus Eyang selesaikan."
"Apa Eyang akan diantarkan Danu ?"
"Tidak.... Danu punya tanggungjawab pada pekerjaannya, Eyang akan pergi bersama Pak Karman."
Sebelum berangkat, Eyang meminta Mbok Sum untuk tinggal bersamaku selama ditinggal Eyang pergi.
Arum tidak pernah menanyakan apa maksud dan tujuan kepergian Eyang ke Cilacap. Namun menurut cerita yang dia dengar dari Mbok Sum, Eyang pergi karena persoalan hak waris.
----------------------------------------------
----------------------------------------------
----------------------------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments