Satu hal yang dia ingat saat ini...'kalau kau mencintai karena Allah, cintamu tak akan pernah pudar sampai maut memisahkan'...
------------------------------------
Senja di ufuk barat menjadi saksi kebersamaan mereka berdua. Entah apa rencana-Nya...disaat dia merindukan seseorang disaat itulah cintanya datang.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..."
Simbok sedikit terkejut ketika membukakan pintu utama rumah Ndoro Sepuh, ternyata anak semata wayangnya yang datang berkunjung.
"Kamu to Le....ada apa ? bukannya kamu pergi hari ini ?"
"Iya Mbok...tapi sudah digantikan sama Heri tadi." jelasnya.
Heri, teman kerjanya yang berasal dari kota Surabaya salah satu kota di Jawa Timur.
"Ada apa Le...tumben nyusul Simbok ke sini ?"
"Danu...mau...ada perlu Mbok_"
"Iya ada perlu apa ?" Simbok memotong ucapannya yang terbata-bata.
"Tapi ada perlu sama_"
"Sama saya Mbok." sela Arum yang mendengarkan pembicaraan mereka.
Arum sadar ada rasa takut yang tersirat dari pembicaraan mereka. Mungkin karena saat itu Eyang sedang tidak ada di rumah. Simbok takut kalau apa yang Danu lakukan akan berakibat tidak baik untuk keluarganya.
"Jeng Ayu...monggo Jeng."
"Arum Mbok...panggil Arum saja." ucapnya sambil tersenyum manis.
Simbok membiarkan mereka bicara berdua. Beliau kembali ke belakang, namun sempat terhenti di balik pintu untuk memastikan keperluan apa yang akan putranya selesaikan.
'Ya Allah... mereka memang cocok jika menjadi sepasang kekasih, tapi apa itu mungkin terjadi ? bagaimana nanti jika Ndoro Sepuh tahu hal ini ?' gejolak hati Mbok Sum yang tumpang tindih antara iya dan tidak.
"Mbok Sum ?" suara Arum mengagetkan lamunannya.
"I...iya Jeng Ayu."
"Arum izin keluar sebentar ya ?" pintanya.
"Oh ...iya Jeng, sama Danu ?"
"Iya Mbok."
Danu berdiri mendekati ibunya dan memohon izin untuk keluar bersama cucu majikannya itu.
Tidak banyak yang bisa Mbok Sum katakan, kecuali mengizinkannya. Apalagi Arum yang memintanya.
"Hati-hati Le...jangan terlalu malam pulangnya." pesan Mbok Sum.
Hari ini malam minggu, apa lagi yang dilakukan dua sejoli yang keluar di malam minggu. Itulah yang membuat Mbok Sum tidak bisa berfikir jernih. Ada rasa takut di hati beliau.
"Kita mau kemana mas ?"
"Kamu maunya kemana ?"
"Kemana saja, aku ikut."
Semakin lama kedekatan mereka semakin terlihat. Bahkan Arum sudah mulai terang-terangan berani memeluk pinggang Danu ketika mereka berboncengan.
Kali ini mereka pergi keliling kota gudeg ini dengan mengendarai Suzuki GSX milik Danu. Yang selalu menemaninya kemanapun dia pergi.
Dia berhenti di area parkir sekitar alon-alon kidul.
"Ramai sekali Mas ?"
"Iya, namanya juga malam minggu, pasti ramai."
"Baru kali ini aku jalan ke tempat ini Mas."
Memang... meskipun sudah bertahun-tahun Arum berada di Jogja, tapi belum pernah dia pergi malam-malam keluar rumah.
"Masak sih...memang gak pernah di ajak keluar sama teman atau pacar mungkin."
"Hhhmmmm.....ini tanya apa ngledek ya ?"
"Aku tanya sayang."
Karena tidak mungkin seorang Arum yang selain cantik juga cerdas ini tidak punya pacar sebelumnya.
Arum meraih tangan Danu yang berjalan di sampingnya dan Danupun membalasnya dengan menggenggam erat tangan Arum.
Mereka berjalan memutar menuju kerumunan banyak orang.
"Apa yang sedang mereka lakukan Mas ?"
"Itu yang namanya beringin kembar, yang konon katanya kalau kita bisa melewati garis tengah dengan mata tertutup, apa yang menjadi keinginan kita akan terkabul."
"Namanya kita hidup di tanah Jawa, masih kental dengan budaya mistis."
"Iya...kalau menurut Mas, ini juga melatih konsentrasi kita untuk selalu bertindak lurus dan benar."
"Setuju, aku sependapat dengan Mas."
"Mau mencoba ?"
"Enggak ah...kalau niat kita belum dikabulkan, pasti sakitnya tuh di sini." ucapnya sembari menunjuk dadanya sendiri.
"Memang apa keinginanmu ?" tanya Danu mendekatkan wajahnya.
"Rahasia." bisiknya setengah berjinjit.
'Keinginanku untuk selalu bisa bersamamu Mas...' ungkapan hatinya.
'Aku hanya ingin kebersamaan ini tetap abadi sampai akhir hayat nanti Arum...' bisik hati Danu.
"Ayo kita ke sana." kata Danu menarik tangan Arum.
Danu menyewa sebuah becak yang dihias dengan berbagai karakter dan lampu warna-warni. Mereka bilang, ini yang namanya becak cinta.
Arum benar-benar menikmati kebersamaan malam ini. Tangan Arum tak lepas dari genggaman tangan kiri Danu. Sedangkan tangan kanannya berada di setir becak cinta.
"Arum."
"Ya Mas..."
"Apa yang kamu pikirkan ?" tanya Danu ketika dia lihat kekasihnya diam dengan pandangan kosong.
"Tidak ada...aku bahagia sekali hari ini." jawabnya berbohong.
Danu hanya tersenyum menanggapi pernyataan Arum saat itu. Dalam hati dia bimbang, 'apa mungkin kebahagiaan ini akan kekal'.
'Sebenarnya banyak yang sedang aku pikirkan Mas...aku takut kebahagiaan ini hanya sesaat.' gumamnya dalam hati.
"Berapa Pak ?" tanya Danu ketika mereka sudah menyelesaikan putarannya.
"20 ribu mas."
Tarif yang sangat terjangkau bagi khalayak umum.
"Murah sekali ya Mas ?" komentar Arum.
"Itulah hasil dari tangan kreatif mereka, meskipun murah, tapi dalam semalam bisa meraup untung jutaan rupiah."
Arum menganggukkan kepalanya, memang benar... bayangkan saja jika dalam semalam ada 10 orang yang naik sudah bisa dihitung dengan jari, apalagi kalau malam minggu begini, yang antri sudah panjang sekali.
Danu kembali mengajak Arum menikmati kuliner malam, mereka memesan 2 wedang ronde dan cemilan berupa jagung bakar dengan aneka rasa.
Benar-benar sempurna, saat rasa capek mereka rasakan ada suguhan yang mengurangi rasa dahaganya.
Sedangkan Simbok di rumah menunggu kepulangan mereka dengan penuh rasa cemas.
'Kemana putranya membawa pergi cucu majikannya ? kenapa jam segini mereka belum kembali juga ?'
Pertanyaan itu yang dari tadi Simbok pikirkan.
Mbok Sum takut jika sampai hal ini di ketahui oleh Ndoro Sepuh, apa yang akan Mbok Sum jelaskan nanti.
Mbok Sum segera berdiri ketika mendengar deru motor Danu memasuki halaman rumah majikannya.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..."
Danu mencium punggung tangan ibunya.
"Sudah Danu kembalikan tanpa lecet sedikitpun." ucapnya bercanda.
"Kamu gak mampir dulu Mas ?"
"Gak usah Jeng Ayu, sudah malam...gak enak sama Mbok Sum." ledeknya sembari memeluk dan mencium ibunya.
Mbok Sum semakin yakin kalau ada apa-apa antara mereka berdua. Nyatanya...dulu Arum memanggilnya dengan sebutan 'Danu' sekarang dia sudah mulai memanggilnya 'Mas'.
Sepulangnya Danu, membuat Mbok Sum tidak bisa memejamkan matanya. Terdengar dari dalam kamar Arum, dia sedang menerima telepon yang tidak lain pasti dari Danu.
"Jeng Ayu...boleh Mbok Sum tanyakan sesuatu ?" tanya Mbok Sum pagi itu saat mereka berdua berada di meja makan.
"Iya Mbok." jawabnya sambil menyantap nasi goreng di depannya.
"Apa Jeng Ayu ada hubungan serius dengan Danu ?"
Arum menghentikan suapannya, dia raih tangan tua Mbok Sum.
"Iya Mbok...izinkan Arum untuk lebih dekat dengan Mas Danu."
"Entahlah Jeng...jujur Simbok senang tapi juga takut."
"Apa yang Mbok Sum takutkan ?"
"Apa kata Ndoro Sepuh jika beliau tahu akan hal ini." ucapnya cemas.
"Eyang pasti bisa mengerti Mbok, Simbok jangan khawatir... serahkan semua kepada Arum."
Mbok Sum sedikit lega dengan pernyataan cucu majikannya. 'semoga apa yang kamu katakan benar Nduk...' ucapnya dalam hati.
---------------------------------
---------------------------------
---------------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments