Terkadang bukan rindu yang menyesakkan dada...namun rasa ingin tahu, apakah dia mempunyai rasa yang sama dengan kerinduan yang kita rasakan saat ini....
--------------------------------------
Hampir dua minggu, tidak ada kabar yang Arum terima dari Danu. Entah kenapa Arum merasa separuh hatinya ikut hilang bersama dengan kepergiannya.
Makan terasa tidak enak, tidurpun tak nyenyak. Bahkan Arum tidak bisa konsentrasi dengan baik saat dikantor. Banyak kesalahan yang harus dia perbaiki karena kurangnya konsentrasi.
"Arum, bagaimana ini...kenapa banyak kesalahan penulisan, cek ulang...saya tidak mau kalau sampai ada kesalahan dalam perhitungan juga !" maki Pak Yanu waktu itu.
Sejak penolakannya beberapa pekan yang lalu, Yanu memperlihatkan sikap jaimnya terhadap Arum. Namun sesekali dia tunjukkan perhatiannya juga.
Weekend kali ini tidak seru lagi baginya. Dia hanya berdiam diri di rumah, tanpa ada rencana... apa yang akan dia kerjakan hari ini.
"Arum...apa kamu tidak ingin pergi ke suatu tempat ?" tanya Eyang yang mendapati cucunya sedang melamun sendiri di taman belakang.
"Enggak Eyang...Arum sedang tidak ingin kemana-mana."
"Sayang kalau Sabtu, Minggu hanya berdiam diri di rumah saja."
"Iya Eyang...nanti Arum pikirkan harus kemana." ucapnya datar.
Eyang memperhatikan perubahan sikap cucunya, pandangannya kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Atau....kamu mau ikut Eyang ke Solo ?" tanya Eyang menawarkan. Arum memutar tubuhnya menghadap ke arah Eyangnya.
"Eyang...mau ke Solo ? acara apa ?"
"Iya... Eyang ada acara arisan keluarga trah dari almarhum Eyang Kakung, mungkin Eyang akan menginap semalam di solo."
Arum kembali pada posisi duduknya semula. Masih dengan memeluk lututnya sendiri. Dia mendengus, membayangkan rasa jenuh yang akan dia rasakan jika ikut dengan Eyangnya ke Solo.
"Arum di rumah saja Eyang...siapa tahu ada sesuatu yang bisa Arum kerjakan nanti." jawabnya malas.
"Serius kamu tidak akan ikut bersama Eyang ?" tanya Beliau memastikan kembali.
"Iya Eyang...biar Arum di rumah saja dengan Mbok Sum."
"Ya sudah, Eyang persiapan dulu ya."
"Apa ada yang perlu Arum bantu ?" pintanya.
"Iya, Eyang minta tolong...kamu rapikan oleh-oleh yang sudah Eyang siapkan di meja itu, biar Eyang bersiap ganti pakaian."
"Baik Eyang."
Sudah menjadi kebiasaan keluarga besarnya, jika akan bersilaturahmi ke rumah kerabat dan saudara, tidak luput dari oleh-oleh.
Dua kardus besar oleh-oleh khas jogajsudah Arum paking. Pak Karman membantunya menata kardus itu ke dalam bagasi mobil yang akan mengantar Eyang ke Solo.
"Arum... Eyang tinggal dulu ya, biar nanti Mbok Sum yang temani Arum di rumah."
"Iya Eyang...Arum juga berani di rumah sendiri, tapi... Mbok Sum kok belum kelihatan Eyang ?"
Memang sedari tadi dia melamun, belum terdengar suara Mbok Sum ada di rumah Eyangnya. Biasanya jam segini Mbok Sum sudah ramai dengan canda tawanya.
"Iya, hari ini Mbok Sum izin. Mbok Sum harus masak buat tukang yang membantunya mengolah sawah. Mungkin nanti siang, antar makanan untukmu."
Arum menganggukkan kepalanya, hari ini akan benar-benar garing. Tidak ada Mbok Sum yang bisa diajaknya bercanda.
"Eyang berangkat ya Nduk..."
"Iya Eyang, hati-hati di jalan."
"Kabari Eyang kalau ada apa-apa."
"Iya Eyang, Eyang tidak perlu khawatir...Arum bisa jaga diri."
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..."
Setelah kepergian Eyang, Arum pergi untuk membersihkan diri dan melanjutkan kegiatannya untuk mager hari ini.
Dia mencoba menghilangkan diri dengan menonton acara televisi. Namun... tidak ada yang menarik sama sekali. Dia lempar kembali remoet TV ke sofa dan memilih untuk meringkuk membuka aplikasi NovelToon.
Namun...ketika Dia sedang menikmati jelajah kehidupan di dunia imajinasi, ada suara pintu depan yang di ketuk.
"Assalamu'alaikum..." sapa seorang yang mengetuk pintu rumahnya.
Arum sempat tertegun, dia pandangi tamunya yang datang siang itu.
Dia datang dengan sebuah rantang di tangannya. Seseorang yang sebenarnya dia rindukan sejak beberapa hari yang lalu.
"Wa'alaikumsalam.... Danu ?" gumamnya
"Apa kabar ?"
Senyum Danu yang selalu manis mengembang, membuat setiap perempuan jatuh hati kepadanya.
"Arum...apa kamu akan membiarkanku berdiri di ambang pintu seperti ini sampai nanti ?" ucapnya ketika melihat gadis di depannya itu masih bengong melihatnya.
"Arum ?" tanyanya sekali lagi.
Tiba-tiba Arum menghambur ke pelukan Danu. Antara bingung, terharu dan bahagia membuat Danu merentangkan kedua tangannya. Ingin sekali dia lingkarkan tangannya, tapi takut kalau itu menjadi suatu kesalahan.
Arum menengadahkan wajahnya memandang pria yang ada dalam pelukannya.
"Kenapa ?" kata Danu penuh pertanyaan.
"Aku...aku kangen." tanpa sadar kata-kata itu keluar begitu saja dari bibirnya. Tersirat jelas dalam matanya, ada cairan bening yang menggenang disana.
Arum membungkam mulutnya sendiri. Dua langkah dia mundur ke belakang, melepaskan pelukannya.
"Maaf..." ucapnya lirih.
"Eehhmmm....kenapa minta maaf ?"
Tidak ada jawaban darinya, dia hanya tertunduk malu. Dengan sedikit keberanian, Danu meraih dagu Arum.
"Lihat aku Arum...kenapa mesti malu ?"
Sebenarnya Arum berharap Danu punya perasaan yang sama. Sama-sama memendam rasa rindu.
'Kelihatannya hanya aku yang merasakannya...' gumamnya dalam hati.
"Ahh... sudahlah, lupakan. Apa yang mas bawa ?" tanyanya Lo mencairkan suasana.
Dia raih rantang susun tiga yang dari tadi ada di tangan Danu. Danu hanya menggelengkan kepalanya, dia ikuti kemana langkahnya.
"Mbok Sum kemana ?" tanyanya sembari memindahkan isi rantang ke wadah dan menatanya di atas meja.
"Kamu belum jawab pertanyaanku Arum ?"
"Pertanyaan yang mana ?"
Kali ini dia pura cuek, menanggapi ucapan Danu sembari menikmati apa yang dia bawakan untuknya.
"Apa aku tadi tidak salah dengar ?" bisik Danu.
"Apa ?" ucapnya sedikit gemetar
Dia raih kedua tangan Arum dan menariknya hingga menghadap ke arahnya.
"Apa kamu benar-benar kangen denganku ?"
'Ya Allah.... hindarkan aku dari pandangan matanya, aku tidak mau menanggung perasaan itu sendiri...' gemuruh hatinya.
"Kenapa diam ?" ulangnya lagi.
"Ahh...aku cuma bercanda tadi." katanya mencoba mengalihkan perhatian.
"Tidak.... tidak Arum, kamu tidak sedang bercanda tadi."
"Aku...aku tidak tahu, itu refleks begitu saja."
"Apa kamu malu jika aku juga merasakan rindu ?"
Sontak pernyataan itu membuat Arum kaget, jantungnya seakan berhenti berdetak. Dia tepuk pipinya sendiri.
"Apa Mas juga merasakan hal yang sama ?" tanyanya lirih.
"Ya...aku juga kangen kamu Arum."
Entah kenapa Arum merasa sangat bahagia. Ingin sekali dia berteriak menyiarkan kepada dunia meluapkan emosi hatinya.
'Inikah yang namanya jatuh cinta ? benar kata orang, nano-nano rasanya.'
"Apa itu artinya, kita bisa lebih dekat dari sekedar sahabat dan saudara ?" tanyanya kepada Danu.
"Jika memang Allah mempertemukan kita untuk berjodoh, kenapa tidak ? meskipun sebenarnya aku merasa tidak pantas untukmu." ucapnya lirih.
"Kenapa kamu bicara seperti itu ?"
"Karena aku hanyalah seorang anak dari abdi dalem, sedangkan Jeng Ayu_"
Arum membungkam bibir Danu dengan jari telunjuknya. Dia tidak mau hari yang membahagiakan ini berubah menjadi air mata.
------------------------------
------------------------------
------------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments