Bukan karena Cinta, tapi sara sayang...aku belum mengerti apa artinya cinta, tapi aku yakin...sayang itu bagian kecil dari cinta...
Ceklekkk....
Arum menoleh ke arah pintu ruang perawatan yang terbuka. Seorang pria yang beberapa hari lalu pernah dua kali menolongnya, bahkan sempat hadir dalam mimpinya gini sedang ada di hadapannya.
"Maaf....apa saya membangunkan tidur Jeng Ayu...?" Sapanya sembari menatap wajahku lekat.
Dia menutup kembali pintu kamar rawat inap ini dengan pelan. Dia layangkan pandangan matanya ke seluruh ruangan ini. Entah apa atau siapa yang dia cari.
Arum hanya menggelengkan kepalanya. Dia merasa risi berdua dalam satu ruangan bersama seorang pria asing.
Tapi saat ini dia sedang tidak berdaya. Coba kalau kondisi tubuhnya sedang sehat, pasti sudah keluar tu Omelan dari bibir mungilnya.
"Saya bawakan pakaian ganti buat Jeng Ayu..." katanya memecah kesunyian.
"Terimakasih..." Arum mencoba menjawab.
Tenggorokannya terasa kering, dia ingin meminum sesuatu untuk membasahi kerongkongannya.
'Tapi ...kemana mbok Sum...? Siapa yang akan membantunya mengambilkan minum..?' rintihnya.
"Ooohhhh...."
Kepalanya pusing, pandangan matanya berkunang\-kunang ketika dia mencoba untuk bangkit dari ranjangnya.
"Jeng Ayu...." Teriak Danu yang tiba\-tiba mendekatinya bermaksud untuk membantu.
Tubuh limbungnya ditahan oleh tangan kekar Danu ketika akan terhuyung jatuh.
Tapi Arum masih kelihatan Jaim. Terbukti dengan sikapnya yang acuh terhadap niat baik Danu.
"Jangan sungkan Jeng Ayu...apa yang anda butuhkan...?" Tanyanya sopan.
Sejenak dia pandangi pria yang gini ada di dekatnya.
"Aku...aku haus..." pintanya.
Danu mengambilkan segelas air yang ada di atas nakas. Dia membantu Arum untuk duduk tegak di ranjangnya.
"Apa anda ingin minum yang manis\-manis...?"
"Tidak....cukup air putih saja..."
Alhamdulillah .... rasa kering di kerongkongannya gini sudah mulai basah dengan seteguk air mineral.
Beberapa saat yang lalu, Arum seperti tanaman yang layu karena kurang asupan air.
"Maaf jeng Ayu....tadi simbok tinggal sholat Isyak..." kata mbok Sum yang tiba\-tiba muncul dari balik pintu yang memang tidak tertutup dengan sempurna.
"Gakpapa Mbok....maaf merepotkan..."
"Tidak apa\-apa Jeng Ayu...simbok senang bisa menjaga Jeng Ayu..."
Sejak Arum kecil, mbok Sum sudah telaten menjaganya, ketika kedua orang tuanya belum memutuskan untuk pindah dari kampung halaman yang indah ini.
"Mana pakaian ganti Jeng Ayu Le...?"
"Oh...iya, ini mbok...Danu taruh di dekat almari..." katanya sembari menunjuk tas pakaian yang tadi dia bawa.
Mbok Sum membereskan pakaian Arum yang dibawa Danu dari rumah.
"Le....apa tidak sebaiknya kamu pulang terlebih dahulu...?"
"Danu sudah sempat pulang, mandi dan berganti pakaian tadi mbok..."
Memang...tadi saat ke rumah sakit, Danu baru sampai dari Cilacap, mengantarkan Ndoro Sepuh.
"Simbok istirahat saja, biar Danu yang menjaga Jeng Ayu..." ucapnya ketika melihat mata lelah ibunya.
Seharian memang mbok Sum sudah terlalu capek bekerja di rumah Eyangnya dan sekarang, beliau harus menjaganya di rumah sakit.
Tak berapa lama, simbok terlelap di tempat tidur lain yang memang disediakan untuk keluarga pasien.
"Jeng Ayu tidak tidur...?"
"Aku ... aku belum ngantuk..."
Danu mendekat kan kursi nya di dekat ranjang perawatan Arum.
Entah kenapa mulai malam Arum malah tidak bisa memejamkan matanya. Mungkin karena seharian tadi dia tertidur oleh obat yang diberikan dokter.
"Apa mau saya nyalakan TVnya...?"
"Iya...gakpapa..."
Danu memutar beberapa Chanel, mencari acara apa yang pas untuk mereka tonton. Hingga terhenti di sebuah Chanel stasiun televisi yang menayangkan sinetron FTV.
"Terimakasih...." Terdengar suara lirih Arum mengucapkan sesuatu.
"Terimakasih....?? Untuk apa...?" Tanya Danu memastikan.
"Untuk semua yang pernah kamu lakukan untukku..."
Danu tertawa mendengar pengakuan cucu majikan ibunya itu.
"Itu hanya Kebetulan saja Jeng Ayu, apalagi Jeng Ayu adalah cucu dari majikan simbok..."
Berat rasanya Danu mengucapkan hal itu. 'Seandainya kamu bukan cucu majikan simbok... mungkin aku sudah menyatakan isi hatiku kepadamu...' bisik hatinya.
"Jadi....jika aku bukan cucu dari majikan mbok Sum, kamu tidak akan menolongku...?"
"Tergantung Jeng Ayu..."
"Tergantung apa...?"
"Tergantung bagaimana posisi saya saat itu..."
"Maksudnya ....??"
"Ya ... tergantung bagaimana saya harus memposisikan diri saya..."
"Konkretnya ...?? Bicara yang benar, yang bisa dipahami banyak orang..." Gerutunya.
"Ahahahah... ternyata Jeng Ayu sudah sembuh ya..itu sudah bisa marah..." godanya.
"Apaan sih..." Wajah Arum yang pucat terlihat merah merona karena malu.
"Iya...inilah Jeng Ayu yang sebenarnya, bukan seorang gadis yang ada di gendongan saya kemaren yang kelihatan rapuh..."
"Memangnya kamu yang menggendongku...?"
"Kalau bukan saya, satu \- satunya yang perkasa diantara para Srikandi siapa lagi..."
"Ahhahahahaha..... ternyata kamu banyak bicara juga ya..."
"Hanya kalau sedang mood saja..."
"Kalau sedang tidak mood...?"
"Memilih untuk diam, karena diam lebih aman..."
Malam itu terasa menyenangkan hatinya, baru kali ini Arum bisa bercanda dan sedikit tertawa dengan seorang pria.
Rasa sakit yang dia derita saat ini, berasa sembuh seketika.
"Sudah malam Jeng Ayu...apa belum terasa kantuk...?"
Tanya Danu yang sempat melirik jam dinding yang tersedia di ruang rawat inap itu.
"Iya...sebentar lagi aku tidur...."
"Apa mau aku matikan lampunya...?"
"Iya...nanti setelah aku tertidur..."
"Baiklah..."
Danu kembali fokus ke layar televisi di hadapannya.
"Danu..."
"Iya Jeng Ayu..."
"Boleh aku minta tolong...?"
"Tentu....apapun itu, pasti untuk Jeng Ayu.."
Ucapnya setengah bercanda. Arum tersenyum mendengar seloroh Danu.
"Tolong mintakan surat izin sakit ke dokter dan antarkan ke kantorku besok..."
"Iya Jeng Ayu..."
"Arum...panggil aku Arum..."
"Tapi....saya..."
"Aku tidak akan lagi bicara padamu jika kau masih memanggilku Jeng Ayu..." Gertaknya.
'Mana bisa begitu, aku ingin sekali dekat denganmu...tapi jangan kamu bikin peraturan baru untuk tidak memanggilmu Jeng Ayu...' keluh Danu dalam hati.
"Tapi jika memang kamu tidak mau lagi berteman denganku... tidak apa\-apa, panggil saja aku sesukamu..."
Danu masih terdiam, dia mencermati wajah cantik yang ada di depannya itu.
"Danu...apa kamu mendengarku...?!"
"Hhaaaa....ehh...iya, apa...?"
"Sudah lah .... terserah kamu saja..." Ucapnya sembari menata bantalnya.
"Jeng Ayu....Jeng Ayu marah...??"
Arum membelakangi Danu, dan mencoba memejamkan matanya. Berharap bisa tidur dengan nyenyak malam ini.
"Arum...apa kamu benar\-benar sudah tidur...?" Panggilnya lirih, Beberapa saat setelah sinetron yang mereka tonton hampir usai.
Arum hanya tersenyum tanpa menoleh ke arah yang memanggilnya. Dia hanya pura\-pura tidur.
Melihat tidak adanya pergerakan dari tubuh Arum, Danu berdiri dan mematikan lampu di ruangan itu, menggantikan nya dengan yang redup.
Diapun pergi sedikit menjauh dari ranjang Arum dan merebahkan tubuhnya di sebuah sofa di dalam ruangan itu.
~ \-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-
~ \-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-
~ \-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Udik KuotaAngienn
bagus ceritanya thorrr.. sukaaaaa
2021-09-18
1
Linggar
lanjut thorr....
2021-05-07
1
AtinyRyesa24
sudah ku boom like sama ku bintang lima
2020-05-07
1