Allah tak pernah kehabisan cara untuk menyatukan yang berjodoh dan memisahkan yang tak berjodoh...
Lalu.... bagaimana denganku....???
"Assalamu'alaikum...."
"Wa'alaikumsalam....sudah pulang Nduk...?"
"Sudah Eyang..."
"Tumben hari ini pulang tepat waktu..." tanya Eyang kembali.
Karena tidak biasa Arum pulang pulang tepat waktu.
"Iya Eyang...maklum awal bulan, jadi tidak begitu banyak nasabah yang membutuhkan jasa perbankan...." jawabnya lemas.
"Kenapa Nduk....?"
"Gakpapa Eyang...cuma perut Arum terasa tidak nyaman."
"Kenapa Nduk ....kamu telat makan ya...?"
Kelihatannya ada yang salah dengan perutnya, padahal tadi dia tidak makan terlalu pedas. Atau mungkin benar apa yang Eyang bilang...karena dia telat makan.
Sore ini tubuhnya terasa begitu lelah. Apalagi badannya terasa dingin ketika menyentuh air.
Beberapa saat dia rebahkan tubuhnya agar terasa nyaman, setelah terkena guyuran air hangat, badannya terasa segar. Otot \- otot yang tadinya tegang, gini mulai lemas kembali.
Rasa sakit di perutnya juga berangsur\-angsur reda. Mungkin dengan seteguk teh hangat bisa membuat perutnya lebih nyaman lagi.
Sekelebat dia lihat seseorang melintas melalui depan jendela kamarnya. Arum ingin menegaskan pandangannya, namun bayangan itu sudah berlalu entah kemana.
"Eyang....tugas Danu sudah selesai, Danu pamit pulang dulu..."
"Terimakasih ya Le....jangan lupa besok antar Eyang besok ke kota."
"Iya Eyang...saya akan datang tepat waktu."
"Ya... hati\-hati dijalan..."
"Terimakasih Eyang.... Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam..."
Samar\-samar Arum mendengar perbincangan Eyangnya dengan seseorang. Entah siapa yang sedang bersama Eyang. Kalau dari suaranya, kelihatannya seorang Pria.
Tapi siapa...? Apa yang barusan melintas di bawah jendela kamarnya...?
"Danu ... " panggil Eyang lagi.
"Iya Eyang..."
"Tunggu sebentar..." Danu menunggu Eyang yang kembali ke dalam rumah. Entah apa yang akan Eyang sampaikan.
"Tolong.... sampaikan ini kepada mbok Sum, harusnya kemaren.. tapi Eyang tidak ketemu waktu mbok Sum pulang. takutnya besok gak ketemu lagi, kita kan berangkat nya pagi\-pagi sekali..." jelas Eyang.
"Iya Eyang....nanti saya sampaikan, saya permisi Eyang..."
"Iya.... hati\-hati ya Le...."
"Iya Eyang...."
Sebuah amplop putih, pasti isinya gaji bulanan simbok dan 1 paket sembako. Eyang memang sering memberikan tambahan gaji berupa sembako atau keperluan lain.
Arum keluar dari kamarnya, ingin memastikan siapa pemilik suara yang sedang bersama Eyang nya.
"Eyang berbicara dengan siapa...?" Tanya Arum penasaran ketika mendapati Eyangnya sudah sendirian di ruang tengah.
"Ohh....tadi Danu pamit mau pulang."
"Danu....? Danu siapa Eyang...?"
"Putra tunggal mbok Sum..."
Arum tidak melanjutkan pertanyaannya. Karena memang dia belum mengenal siapa putra dari mbok Sum yang Eyang maksud.
"Eyang....eyang...!!!" Teriaknya di balkon belakang.
"Ada apa Arum...? Kenapa kamu teriak\-teriak...?"
Arum kelihatan panik, ada sesuatu yang dia cari di balkon belakang.
"Eyang tahu dimana jaket parasut yang Arum jemur di sini...?"
"Jaket...? Jaket yang mana...?"
"Yang disini Eyang..." Jawabnya menunjukkan ke sebuah jemuran.
"Ooo...yang warna hitam...?"
"Iya...itu punya orang Eyang, Arum belum sempat mengembalikannya...."
"Punya siapa...?"
"Arum...juga tidak tau..." Jawabnya yang membuat Eyang mengernyitkan dahinya.
"Kamu ini bagaimana to Nduk...Kok tidak tau, kamu dapatnya dimana...?"
"Arum dikasih pinjam semalam waktu kehujanan pulang dari tempat foto copy..."
"Terus...kamu tidak tanyakan, siapa pemilik jaket itu...? Namanya mungkin...?"
Arum menggelengkan kepalanya. Memang dia benar\-benar bodoh, bagaimana bisa dia memakai jaket orang lain yang tidak tahu siapa pemiliknya.
"Jaket itu tadi dibawa Danu..."
"Kok Eyang izinkan...itukan jaket gak tau siapa yang punya..."
Eyang hanya tersenyum, sebenarnya tadi siang ada sedikit insident yang membuat Eyang akhirnya tahu, bagaimana jaket Danu ada di antara pakaian Arum yang dijemur.
\*Flash Back On
"Gusti....inikan jaket Danu, tapi bagaimana bisa ada di jemuran Jeng Ayu...." Gumam mbok Sum lirih.
Seperti biasa, siang itu mbok Sum mengangkat Jemuran yang ada di balkon belakang.
Mbok Sum tahu persis dan hapal barang\-barang milik putranya.
"Le....Danu, sini sebentar...." Panggil mbok Sum kepada Dani yang kala itu masih sibuk dengan rumput liar di halaman.
"Ada apa Mbok....?" Jawabnya sembari lari tergopoh\-gopoh mendekat ibunya.
"Jawab dengan benar... bagaimana bisa jaket kamu ada di antara pakaian Jeng Ayu yang sedang dijemur...!!"
Tanya mbok Sum dengan nada sedikit meninggi, takut kalau sampai Ndoro Sepuh mengetahui hal tersebut.
Tapi terlambat...Ndoro Sepuh memang sudah sempat mendengar percakapan ibu dan anak itu.
"Kenapa mbok...?" Tanya beliau ingin mengetahui lebih jelas.
"Anu Ndoro....ini..."
"Anu...ini...apa...??"
"Begini Mbok...nyuwun duko Ndoro Sepuh, semalam...saya melihat Jeng Ayu sedang berlari mencari tempat untuk berteduh sepulang dari tempat fotocopy..." Kata Danu mulai menerangkan.
"Kebetulan Danu juga pulang dari kerja, bermaksud untuk mengambil mantol karena hujan, karena Jeng Ayu berada di depan ruko itu sendirian dalam kondisi mati lampu, Danu mengurungkan niat untuk langsung jalan...." Kedua orang tua itu masih mendengarkan cerita Danu.
"Ketika hujan sudah mulai reda...Jeng Ayu pulang, karena masih gerimis dan kalau tanpa pelindung tetap basah, maka Danu pinjamkan Jaket Danu untuk dipakai Jeng Ayu..." Begitu cerita Danu yang panjang kali lebar.
"Apa.... Jeng Ayu tahu, kalau kamu pemilik jaket ini anak simbok...?" Tanya simbok.
"Tidak mbok... Kebetulan saya juga tidak ngobrol banyak dengan Jeng Ayu..."
"Ya sudah.... tidak apa\-apa, hal sepele begini saja...." Komentar Ndoro Sepuh sembari berlalu meninggalkan mereka berdua.
\*Flash Back Off
Sebenarnya bukan suatu kebetulan Danu berada di tempat yang sama dengan Jeng Ayu malam itu.
Danu sengaja menjaga dan menemani Jeng Ayu yang sudah terlihat ada rasa takut di raut wajahnya.
'Jadi....itu yang namanya Danu, putra tunggal Mbok Sum...' pikirnya dalam hati.
"Ya sudah Eyang...kalau memang jaket itu sudah ada pada pemilik nya...Arum kira hilang..." ucapnya manja.
"Kamu juga aneh ... bawa barang orang kok tidak tau pemilik nya..."
"Ya...karena waktu itu kan Arum takut Eyang, eee....tak taunya masih kerabat mbok Sum."
"Bukan kerabat Cah Ayu...tapi anak tunggal Mbok Sum.." jelas Eyang.
"Ohh...iya Eyang..."
Sebenarnya Arum sendiri belum begitu jelas dengan wajah Danu. Meskipun sudah dua kali dia bertemu, namun semua hanya sebuah pertemuan singkat. Bahkan belum sempat berbincang sama sekali
Biar besok aku temui dia, kemaren juga belum sempat berterima kasih. Kelihatannya dia pemuda yang baik dan bisa diajak berteman. Karena Arum tidak punya teman sama sekali di desa ini.
Tidak ada salahnya dia mengenal Putra Mbok Sum. Pasti juga Eyang mengizinkan nya. Toh dia juga bagian dari keluarga yang telah lama ikut berjasa di keluarga Eyangnya.
~ \-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-
~ \-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-
~ \-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-\-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments