"Jangan malu jadi jomblo...karena jomblo itu mahal, tidak semurah mereka yang sering gonta-ganti pasangan...."
--------------------------------------------
"Subhanallah....Pak, Bapak....lihat apa yang Jeng Ayu belikan untuk simbok..." teriaknya sembari berlari menunjukkan kotak perhiasan di tangannya.
"Apa ini Mbok...?"
"Perhiasan Pak...ini kan peniti emas..."
"Iya Mbok ...kok Jeng Ayu kasih buat Simbok, gak keliru ini Mbok ?" tanya suaminya heran.
"Gak mungkin keliru Pak...tadi Ndoro Sepuh juga dibelikan, tapi Simbok gak nyangka kalau bakal dibelikan juga."
"Na itu yang di tas kertas itu apa lagi ?"
"Itu ada daster 3 stel sama sarung buat Bapak."
"Lah kok bapak juga dijatah to Mbok...kita kan belum mau lebaran ya..." kata bapak yang hanya mendapatkan bingkisan ketika lebaran saja.
"Assalamu'alaikum...."
"Wa'alaikumsalam....Le, kok wes pulang cah bagus...?" tanya Simbok yang melihat anaknya mengucapkan salam.
Dia mencium kedua punggung tangan orang tuanya.
"Sudah Mbok...kan Danu cuma bawa rombongan city tour saja, besok juga masih berlanjut."
°Arya Kamandanu
Biasa dipanggil Danu, Dia Putra satu-satunya Mbok Sum. Danu lahir ketika usia pernikahan Mbok Sum sudah memasuki tahun ke 12.
Alhamdulillah...Gusti Allah masih mempercayakan seorang anak untuk diasuhnya, mengingat usianya sudah tidak muda lagi.
Danu bekerja sebagai sopir bus pariwisata di salah satu perusahaan transportasi yang ada di Jogjakarta. Karena tugas kerjanya, membuat Danu jarang di rumah.
"Ya wes...gek mandi sana, biar segar badannya."
"Ini apa Mbok....? kok banyak banget belanjaannya...?" tanya Danu yang melihat paper bag pemberian Arum.
"Le... Simbok dapat rezeki, tadi Jeng Ayu . memberikan hadiah ini kepada Simbok..." jawabnya sembari menunjuk kan kotak perhiasan yang masih dia pegang.
"Baik sekali Jeng Ayu...." komentarnya sambil berjalan menuju kamarnya.
"Iya Le .... sudah baik, cantik lagi." kata Simbok yang sibuk membereskan hadiahnya.
'Sekar Arum, seperti apa cantiknya dia sekarang...?' gumam Danu dalam hati.
Dulu...ketika masih SD, Danu sering menyusul simboknya yang bekerja di rumah Eyang Hayati.
"Sering-sering main ke sini Le...temani Eyang, tombo kangen sama cucu." kata Eyang kala itu setiap Danu pamit pulang.
Eyang juga sayang terhadap Danu, karena cucu Eyang satu-satunya waktu itu masih di Jakarta bersama Papa dan Mamanya.
Dan hanya saat lebaran saja mereka berkumpul. Danu pernah akrab sebentar waktu itu.
Tapi setelah itu dia sama sekali tidak pernah bertemu dengan cucu Eyang Hayati. Hingga beberapa hari yang lalu simbok cerita Kalau Jeng Ayu sekarang ikut tinggal dengan Ndoro Sepuh.
"Ahh....kenapa aku berandai\-andai yang bukan pada tempatnya..." gumamnya lirih sembari tersenyum tipis.
Tok...tok...tok...
"Le....ayo makan dulu !!" panggil simbok.
"Iya Mbok...komplit sekali masakan simbok hari ini...?"
" Iya Le...tadi Simbok masak banyak banget di rumah Ndoro Sepuh, karena Jeng Ayu seharian tidak makan di rumah, jadi Simbok bawa pulang..."
Danu makan dengan lahap, ada sambel goreng dan rendang daging lengkap dengan lalapan nya.
"Besok kamu berangkat jam berapa Le ?
"Pagi Mbok...habis subuh, karena jam 7 harus sudah siap di lokasi."
"Kamu nginep Le ?" tanya Bapak menyela.
"Tidak Pak....dua hari ini Danu city tour, senin Danu libur gak ada pemberangkatan."
"Kebetulan sekali...senin bapak harus ke kantor desa, ada undangan dari pak Kades."
"Acara apa Pak....? kok simbok gak tahu...?" tanya Simbok menyela.
"Sek to Mbok...aku tak bicara dulu, tadi kebetulan pas pulang dari kebon, aku dipanggil Ndoro Sepuh buat bersihkan rumput di halamannya yang sudah mulai tinggi. Karena bapak gak bisa, kamu gantikan sebentar ya Le...nek mau menolak, gak enak sama Ndoro Sepuh..." terangnya panjang lebar.
"Inggih Pak...."
Sejak kecil Danu adalah anak yang penurut. Dia anak yang cerdas, cuma nasib saja yang belum berpihak kepadanya.
Namun dia selalu bersyukur dengan pekerjaannya sekarang. Dengan kemampuan menyopirnya, dulu yang cuma jadi kernet sekarang sudah naik menjadi sopir.
Lagi pula, sopir bus pariwisata tidak seperti sopir bus angkutan lainnya. Dia selalu berpenampilan rapi dan wangi. Serta tutur katanya yang sopan akan menambah nilai plus bagi para pelanggan.
Sayangnya dia masih jomblo sampai sekarang. Entah type gadis seperti apa yang dia cari hingga belum satupun gadis yang menarik perhatiannya.
"Jam berapa Danu harus ke rumah Ndoro Sepuh Pak....?"
"Lebih baik pagi Le...biar tidak terlalu panas, nanti kalau bapak sudah pulang, langsung bapak gantikan..."
"Iya Pak ....biar Danu saja yang selesai kan."
Malam ini malam Minggu, Danu yang belum memikirkan perempuan, hanya berdiam diri dirumah menikmati dinginnya udara malam.
Begitupun dengan Sekar Arum, dia lebih banyak duduk di ruang tengah bersama Eyangnya.
"Arum....ini kan malam minggu, apa kamu belum punya kenalan seorang pria di luar sana ?" tanya Eyang yang membuatku merasa miris mendengarnya.
"Eehhmmm...tidak, belum Eyang..." jawabku gugup.
"Kamu sudah dewasa Nduk, sudah waktunya menerima seorang laki\-laki untuk pendamping hidup."
"Iya Eyang, tapi...Arum belum berfikir sampai kesitu eyang, Arum masih fokus dengan pekerjaan Arum."
"Kalau Eyang....apapun yang menjadi pilihanmu, akan Eyang restui... sepanjang itu baik menurutmu."
"Iya Eyang...."
Apalagi pacar, melirik seorang pria saja dia tidak mau. Jadi ingat apa yang pernah dikatakan mbak Dian.
Tapi Arum tidak akan buru,-buru memilih jodoh, karena dia tidak hanya untuk sesaat tapi selamanya akan menjadi pendamping hidup nya.
"Besok hari Minggu...kamu ada rencana mau kemana lagi Arum...?" tanya Eyang.
"Enggak kemana mana Eyang, Arum akan bangun lebih awal dan lari\-lari menuju lereng merapi..."
"Bagus itu Nduk...tapi kalau pagi dingin lo Nduk, apalagi udaranya berkabut."
"Iya Eyang.... tidak apa\-apa, sambil lari kan tidak terasa dinginnya."
'Arah ke merapikan arah ke rumah simbok juga, tapi aku belum tahu dimana rumah mbok Sum...' pikirnya dalam hati.
"Eyang....kalau rumah Mbok Sum jauh tidak...?"
"Enggak Ndok....ya sekitar empat ratusan meter, gampang juga nyarinya kiri jalan sebelum persimpangan."
"Oh...iya Eyang, siapa tahu bisa sampai sana besok."
"Iya...gakpapa, mumpung lagi gak ada acara."
Arum tidak akan menyia-nyiakan waktu liburnya di rumah. Karena mulai hari Senin, dia akan dihadapkan dengan angka-angka yang membuat pusing kepalanya.
Belum lagi nanti berhadapan dengan pimpinan yang baru. Entah seperti apa beliau... harapannya lebih baik dari pemimpin yang lama, minimal sama.
"Eyang ngantuk...Eyang tidur dulu ya Nduk ?"
"Injih Eyang.... sebentar lagi Arum juga tidur..."
"Iya... segera istirahat, jangan tidur terlalu malam, gak baik untuk kesehatan."
Itulah sebabnya eyang selalu kelihatan bugar dan awet muda. Selain minum jamu tradisional, Eyang juga telaten mengolah menu makan nya dan terutama mengontrol waktu tidurnya.
Hal itu tertanam sejak jaman dahulu. Berbeda dengan jaman milenial, banyak muda mudi yang selalu begadang tak tau waktu.
Kadang mereka gunakan waktu luang hanya untuk hura-hura menghabiskan harta orang tuanya untuk hal yang tidak jelas manfaatnya.
--------------------
--------------------
--------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
KUDANIL JR
suka banget sama tutur katanya
2021-01-20
1
Sri Mawardi
jangan terlalu bertele" dong thor
2021-01-15
1
Romianna Sitepu
semangat Thor
mampir juga ya ke
RINDU DI RIBUAN KILOMETER
2020-05-02
1