MERAPI TAK PERNAH INGKAR JANJI
Kita akan menikmati hidup, jika kita pandai mensyukuri hidup....
------------------------------------------
"Jeng Ayu....sudah siang, bukankah ini hari pertama Jeng Ayu bekerja...?" kata Mbok Sum membangunkanku.
°Sekar Arum Ayuning Jagad
Itulah namaku, sebuah nama yang jauh dari kata milenial dan aku sendiri pun tidak tahu apa artinya.
Teman-temanku biasa memanggilku Arum. Tapi orang-orang di sekitarku selalu menyebutku 'Jeng Ayu'.
"Huuuuaaaaaa....."
Rasa kantuk masih menggelayuti tubuhku, kulemaskan otot-otot tubuhku dengan menggeliat ringan.
Perlahan mulai kubuka separuh mataku. Terlihat Mbok Sum membuka jendela yang ada di kamarku.
"Jam berapa ini mbok ?" tanyaku seraya menghirup udara segar di pagi hari ini.
"Sudah hampir jam 6 jeng Ayu... Mbok tinggal siapkan sarapan dulu ya ?"
"Iya Mbok.... terimakasih"
Tapi belum sempat Mbok Sum melangkah kan kakinya keluar, gadis yang dipanggilnya 'Jeng Ayu' itu memanggilnya kembali.
"Mbok Sum"
"Iya Jeng Ayu"
"Apakah Eyang sedang tidak ada di rumah ?"
Karena biasanya Eyang yang mengetuk pintu kamarnya ketika subuh tiba. Tapi hari ini, bukan Eyang yang selalu getol membiasakanku pentingnya beribadah.
Selama aku ikut Eyang, aku selalu belajar agama dari beliau. Sejak kecil, aku dibesarkan oleh kedua orang tuaku yang selalu sibuk dengan dunia bisnis.
Sehingga mereka lupa bagaimana mengajarkan Agama untuk putri semata wayangnya.
"Iya Jeng Ayu...tadi pagi\-pagi sekali Ndoro Sepuh pergi, mungkin ada keperluan yang kita tidak perlu tahu" jelas Mbok Sum.
"Oh...iya Mbok, terimakasih."
Arum memperhatikan kepergian Mbok Sum.
°Mbok Sumini
Sebelum Arum di ukir, Mbok Sum sudah bekerja ikut Eyangnya sebagai abdi dalem.
Usianya sudah tidak muda lagi, tapi tenaganya masih sekuat muda-mudi jaman now.
"Wahh.... Jeng Ayu, cantik sekali hari ini...?" Puji mbok Sum yang meletakkan segelas susu di meja makanku.
"Terimakasih Mbok...apa biasanya Arum tidak cantik ?" sungutku manja.
"Pasti cantik Jeng Ayu...tapi hari ini benar\-benar mangklingi dengan seragam kerja baru Jeng Ayu."
Hari ini, hari pertama Arum bekerja di sebuah BANK swasta anak perusahaan BUMN.
Arum yang biasa dengan kehidupan glamor di ibu kota dan serba kecukupan dari harta orang tuanya, memutuskan untuk meniti karirnya di Jogja bersama neneknya.
"Arum....kamu belum berangkat Nduk ?" Tanya Eyang yang tiba\-tiba masuk melalui pintu sebelah.
"Belum Eyang....Arum masih sarapan, Eyang dari mana ?" tanyaku sekedar ingin tahu.
"Eyang tadi ada urusan sebentar." jawabnya tanpa mengatakan lebih detail.
"Tehnya Ndoro..." kata Mbok Sum sembari meletakkan secangkir teh untuk Eyang.
"Terimakasih Mbok..."
Usai menghabiskan sarapannya, Arum berpamitan untuk berangkat kerja.
"Biar Pak Karman yang antar ya Nduk ?" Kata Eyang memberikan tawaran.
"Tidak usah Eyang, Arum akan naik motor saja."
"Ya sudah...hati\-hati di jalan ya, semoga kerja mu hari ini lancar." do'a Eyang pagi itu.
"Aamiin.... terimakasih Eyang."
ucapnya sembari mencium punggung tangan Eyangnya.
Hari ini begitu menyenangkan, Arum mendapatkan banyak pengalaman, teman baru dan dunia baru.
Tugasnya sebagai teller membuat para nasabah berdecak kagum dengan keluwesan dan kecantikannya.
"Selamat siang Ibu, dengan Arum ada yang bisa kami bantu...?" ucapnya sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada, ketika menerima nasabah.
"Siang Mbak Arum...saya mau melakukan transfer untuk anak saya..." jawabnya.
"Iya... silahkan Ibu, mohon maaf dengan Ibu siapa ?"
"Saya Bu Endang..." jawabnya sembari meletakkan blanko tranfer dan uang tunai di meja kerja Arum.
"Baik Bu Endang...boleh saya hitung uangnya ...?"
"Monggo Mbak..."
"Ini uangnya pas ya Ibu....mohon untuk menunggu sebentar..."
"Mbak baru ya...saya baru lihat Mbak di sini..." tanyanya kemudian.
"Iya Ibu...ini resi transfernya, sudah langsung masuk ya Bu..." jawabnya.
"Oh...ya, terimakasih banyak..."
"Terimakasih kembali...ada lagi yang bisa saya bantu..."
"Sementara sudah, saya permisi Mbak..."
"Iya Ibu....silahkan."
Arum sangat menikmati pekerjaannya. Sampai hari ini belum ada kesulitan yang berarti baginya.
Ternyata hidup sederhana itu sangat mudah dijalani, asalkan kita pandai-pandai untuk bersyukur dan menikmati apa yang Tuhan berikan kepada kita.
Tidak pernah dia bayangkan, untuk keluar dari kemewahan dan mengganti nya dengan jerih payah mencari keringatnya sendiri.
"Hidup itu pilihan Nduk...jangan pernah mau dipaksakan atas kehendak, ikuti kata hatimu, hanya kamu sendiri yang tahu apa yang terbaik untukmu..."
Itu nasehat yang dulu pernah Eyang berikan, sehingga dia bisa duduk di bangku ini. Bertemu dengan banyak orang dengan berbagai karakter.
"Arum...apa laporanmu belum selesai...?" tanya Mbak Dian, dia seniorku teman seprofesi yang sama\-sama pegang kendali di meja teller.
"Sudah Mbak... sudah saya tutup, barusan sudah saya laporkan sekalian uangnya." jawabku.
"Ya sudah...kita pulang bareng yuk..." ajaknya ketika diliriknya jam yang berada di dinding sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB.
"Boleh" awab ku.
Kubereskan meja kerjaku, karena di sinilah rumah ke duaku. Seharian aku akan duduk dan berinteraksi di tempat ini. Jadi kebersihan adalah prioritas utamaku.
Arum gadis yang supel dan mudah bergaul, jadi sangat gampang bagi dia mendapatkan kenalan.
"Mbak Dian naik apa...?" tanyaku sebelum kita keluar kantor menuju tempat parkir.
"Tadi mbak bareng sama Mas Ridwan suami Mbak..." jawabnya.
"Ya sudah...bareng Arum aja, kita kan searah..." Kataku menawarkan tumpangan.
"Boleh, sebentar aku kirim pesan ke mas Ridwan dulu ya..."
"Dian...." panggil seseorang yang baru saja masuk menghampiri mereka.
"Mas Ridwan...itu aku sudah dijemput Rum, lain kali saja Mbak nebengnya ya...?"
"Iya mbak....hati\-hati di jalan ya...?"
"Oke...daa...."
Arum berjalan perlahan sambil memainkan Handphonenya menuju area parkir khusus karyawan.
Brruuukkkk....
"Oh...maaf, saya tidak tahu" ucapnya setelah merasakan tubuhnya terantuk sesuatu.
"Tidak apa-apa" jawab pria itu sambil berlalu begitu saja.
Arum mengambil Handphonenya yang terjatuh.
"Maaf Pak....apa ini milik anda..?" panggil Arum sambil memperlihatkan sebuah kunci almari yang terjatuh.
Pria itu menoleh sembari meraba-raba kemeja dan celananya, mencari sesuatu.
"Oh....iya, terimakasih" ucapnya setelah mengambil barang itu dari tangan Arum.
'Dia memarkirkan mobilnya di area parkir karyawan, apa dia juga karyawan disini...?' Gumamnya dalam hati.
Tapi seharian tadi Arum tidak melihat pria itu di kantor.
'Mungkin tamu atau nasabah khusus...' pikirnya.
Karena memang ada nasabah khusus yang selalu bertransaksi melalui orang-orang dalam.
'Tapi...inikan sudah jam pulang, ada keperluan apa bapak itu ke kantor sore-sore begini dan siapa yang akan beliau temui ?' Gumamnya lagi.
'Ahh....biarlah, bukan urusanku juga... lagipula didalam masih ada beberapa orang yang belum pulang, mungkin salah satu dari mereka yang dia cari.' pikirnya sembari berlalu meninggalkan area parkir.
----------------------------
----------------------------
----------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Hayurapuji
sekar arum ayuning jagad sudawirat biar lebih panjang kak kayak kereta api hhaha
justkid
2021-01-17
1
Yani Hendrayani
mampir
2020-12-21
1
Priska Anita
Semangat 💪
Like dari Rona Cinta sudah mendarat disini 💜
2020-07-19
1