Orang yang cerdas tidak boleh khawatir dengan jodohnya, karena Allah menciptakan kita berpasang-pasangan...
-------------------------------------------------------
Pagi itu Arum sudah terlihat rapi dan mempercantik diri. Dia segera keluar dari kamarnya, berharap pagi ini masih bisa melihat keberadaan Danu yang semalam tidur di sofa ruang tengah.
"Selamat pagi Jeng Ayu ?"
"Pagi Mbok."
Tapi hanya ada Mbok Sum di sana, Beliau sedang membersihkan ruang tengah.
"Simbok sudah lama datangnya ?"
"Tadi habis subuh Jeng Ayu, maaf semalam simbok tidak bisa menemani Jeng Ayu."
"Tidak apa-apa Mbok, Danunya mana Mbok ?" tanya Arum memberanikan diri.
"Danu sudah berangkat bekerja Jeng Ayu."
"Oooo..." hanya itu komentarnya.
"Apa Jeng Ayu mau Simbok buatkan susu hangat."
"Tidak usah Mbok, terimakasih."
Arum belum mulai bekerja, hari ini jadwalnya dia untuk kontrol. Harapannya ada Danu yang akan bersedia mengantar, tapi ternyata Danu sudah pergi memenuhi tanggung jawabnya.
"Arum pergi kontrol dulu ya Mbok."
"Jeng Ayu mau naik apa ?"
"Biar Arum bawa motor saja mbok.
"Apa tidak sebaiknya memesan taxi online saja Jeng Ayu ?"
"Tidak apa-apa Mbok...Arum kuat kok, lagipula tidak begitu jauh juga."
Sebenarnya, agak malas juga Arum untuk pergi sendiri. Seandainya semalam dia bicarakan hal ini kepada Danu, mungkin Danu bisa mengantarkannya saat ini.
'Ah.... sudahlah, aku tidak boleh merepotkan banyak orang...' gumamnya sendiri.
"Selamat pagi Ibu, ada yang bisa kami bantu ?"
"Pagi Sus...saya mau kontrol." katanya sembari menyodorkan surat pengantar yang Dokter berikan waktu dia keluar dari rumah sakit.
"Baik... silahkan ditunggu sebentar." ucapnya, setelah menemukan data diri pasien.
Pagi ini antrian tidak begitu panjang, hanya ada beberapa orang saja.
"Ibu Arum, silahkan..." panggil suster setelah giliran dia melakukan pemeriksaan.
Arum melakukan beberapa prosedur kesehatan, sebelum akhirnya Dokter memeriksanya langsung.
"Silahkan Mbak Arum.... alhamdulillah, semua hasilnya bagus, banyak makan buah dan sayur ya...? jangan terlalu banyak makan pedas." terang Dokter kala itu.
"Iya, terimakasih banyak Dok..." ucapnya.
Usai menebus obat di apotek yang tersedia di klinik itu, Arum segera melajukan motornya kembali pulang.
"Jeng Ayu... bagaimana hasil periksanya ?"
"Alhamdulillah...Arum sudah sehat kembali Mbok, cuma kadang masih terasa pusing."
"Banyakin istirahat Jeng Ayu, sini biar simbok bantu."
Mbok Sum membantu cucu majikannya ini untuk kembali beristirahat di kamar.
"Ayo....jeng Ayu istirahat dulu, biar Mbok Sum siapkan makan siang, minum obatnya dan kembali istirahat." kali ini, nasehat Mbok Sum sudah mengalahkan seorang Dokter.
Meskipun Dokter menyatakan kalau dia 'sehat', tapi dia tetap harus menghabiskan jatah obat yang diberikan kepadanya.
"Terimakasih banyak Mbok."
ucapnya sembari membereskan bekas makan siangnya.
***
Seharian dia hanya bermalas-malasan di kamar. Rasa jenuh membuatnya bingung harus berbuat apa.
Entah kenapa ada perasaan yang hilang dalam hatinya. Mungkin ini pengaruh dari rasa jenuh yang dia alami.
Tidak.... memang ada perasaan lain yang membuat hatinya sedikit galau. Tapi apa itu...?
Danu...ya sosok pria yang beberapa hari menemaninya dan dengan telaten membantunya saat dia sakit, gini tiba-tiba menghilang begitu saja.
Sudah tiga hari Danu pergi, tapi bagi Arum waktu tiga hari terasa lama sekali. Bagaimana mengobati rasa rindu itu... sedangkan dia tidak tahu kemana dia harus menghubungi, bahkan mereka belum sempat bertukar nomor handphone.
"Mbok Sum..."
"Iya Jeng Ayu."
"Boleh Arum minta nomor handphone Danu ?" pintanya, setelah dirasa tidak kuat lagi menahan rindu.
'Rindu' ....apa benar ini yang dinamakan rindu ? tapi memang itu yang dia rasakan saat ini.
"Oh... buat apa Jeng Ayu ? bukannya kemaren seharian Danu bersama Jeng Ayu...kenapa belum minta nomor handphonenya ?" tanya Mbok Sum sedikit heran.
"Ee ... kemaren, kita belum sempat ngobrol banyak Mbok, dan Arum baru ingat kalau Arum mau nitip sesuatu, siapa tahu di tempat wisata yang Danu datangi ada yang sedang Arum cari." jawabnya sedikit berbohong.
"Oh... sebentar Jeng Ayu, ini... silahkan Jeng Ayu catat sendiri." jawab Mbok Sum sembari mengulurkan handphone jadul miliknya.
"Terimakasih Mbok.
Arum telah menyimpan kontak pribadi milik Danu, dia memandangi foto profil yang ada di akun WhatsAppnya. Danu lebih pantas menjadi seorang pilot, postur tubuhnya tegap, Dia terlihat gagah dengan seragam yang dia kenakan.
Bukannya senang sudah mendapatkan apa yang dia mau, tapi malah membuat Arum semakin bingung, bagaimana caranya menghubunginya ? Arum takut mengganggu jam kerjanya.
*Sedangkan di sebrang sana
Seorang Danu sedang beristirahat di bagasi Bus yang dia kemudikan. Peserta yang dia bawa sedang menikmati objek wisata di Pulau Dewata ini.
Tut...tut...tut...
"Mas...ada telepon." kata Ridwan Co Driver yang bersamanya. Dia serahkan handphone yang dari tadi berdering di atas dasboard kemudinya.
"Terimakasih Wan."
Dia pandangi sebuah nomor tak bertuan yang mengetuk layar handphonenya.
Nomor siapa ini ? kenapa belum ada di daftar kontaknya ?
Tidak pernah terpikir olehnya kalau Arum akan menghubungi.
D : "Hallo."
A : "Hallo..."
Sejenak Danu terdiam dan mengamati, siapa pemilik suara itu. Rasanya sangat familiar di telinganya.
D : "Jeng Ayu." katanya mencoba menebak, tapi hatinya berkata memang itu suara Arum.
A : "Bukan....ini Arum." jawabnya yang membuat Danu tersenyum sendiri.
D : "Iya Arum...ada apa ?"
A : "Tidak ada apa-apa...apa kamu sedang repot ?"
D : "Tidak...tadinya aku merasa bosan dan ngantuk, tapi... setelah mendengar suaramu, aku kembali segar dan bersemangat."
A : "Ehmmm...aku juga sudah mulai bosan di rumah."
D : "Darimana kamu dapat nomor handphoneku ?"
A : "Dari Mbok Sum."
D : "Kenapa ? apa kamu mulai kangen kepadaku ?"
A : "Ih...siapa juga yang kangen, aku cuma bertanya kepada Mbok Sum, kemana kok tiba-tiba menghilang."
D : "Inilah pekerjaanku Arum, aku jarang pulang, hidupku kebanyakan piknik."
A : "Tidak apa-apa... dinikmati dan disyukuri, lain kali jangan piknik sendiri, ajak aku pergi bersamamu."
D : "Benarkah ? apa tidak ada yang akan marah ?"
A : "Marah ? siapa ?"
D : "Siapa saja yang merasa sayang bidadarinya dibawa seorang sopir sepertiku."
Arum hanya menjawab komentar Danu dengan tawanya yang terdengar renyah di telinga. Mereka menyudahi sambungan teleponnya setelah lama berbasa-basi.
"Siapa mas yang telfon, kok senyum-senyum sendiri ?" komentar Ridwan yang melihat Drivernya terlihat bahagia setelah menerima panggilan.
"Apa...kepo." jawabnya malu, sembari kembali meringkuk di bagasi sekedar melepas lelah.
Danu tidak pernah berharap untuk bisa dekat dengan cucu majikan ibunya itu. Jangankan berharap, bermimpi saja dia tidak berani. Secara Danu tahu diri, dia hanyalah seorang sopir bus pariwisata yang jauh dari kata layak untuk seorang Arum.
Sama halnya dengan Danu, Arum masih senyum-senyum sendiri di kamarnya. Entah apa yang dia rasakan saat ini, yang jelas hatinya sedang berbunga-bunga.
---------------------------------------------
---------------------------------------------
---------------------------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments