Bahagia itu sederhana, sesederhana kita tersenyum dan pandai mensyukuri hidup...
--------------------------------------
"Selamat pagi Mbak Dian."
"Pagi Arum."
"Pagi Mas Rama."
"Pagi juga Arum."
"Semangat pagi Pak Bagus."
"Semangat pagi !"
Semua dibuat heran dengan sikap semangat o pagi ini.
"Kesambet apa tu anak, tumben renyah."
"Lagi jatuh cinta kali."
"Atau lagi menang undian apa ya ?"
Bisik-bisik mereka saling menebak, hal apa yang membuat Arum berbunga-bunga pagi ini.
"Aku suka pagimu hari ini." kata Yanuar setengah berbisik.
"Terimakasih Pak." jawabnya girang.
"Bolehkah berbagai tips ceriamu pagi ini ?" katanya lagi.
"Boleh." jawabnya tanpa beban.
"Ok....aku tunggu di ruanganku."
"Ok...eits...tapi_" ucapnya terhenti setelah sadar apa yang barusan dia katakan.
Tapi Yanu sudah terlanjur berbalik badan kembali ke ruangannya. Dia abaikan perintah Yanu pagi ini. Dia lebih menikmati pekerjaannya dengan di iringi senandung lagu lirih.
"Arum... kamu kelihatannya benar-benar sedang jatuh cinta ya ?"
"Ehemm... begitulah." jawabnya sekenanya.
Tut...tut...tut...
"Selamat siang dengan Arum_"
"Segera ke ruangan saya." kata Yanuar memotong ucapan Arum di telepon.
Arum meletakkan kembali gagang telepon di tempatnya semula. "Huff...." dia hembuskan nafas tak beraturan.
Dia ganti tanda inisial namanya dengan tanda 'rest' di meja counter.
Dengan enggan dia langkahkan kakinya menuju ruangan pimpinannya.
Tok... tok...tok...
"Masuk."
"Permisi Pak....ada yang_"
"Kenapa kamu tidak mengindahkan perintahku untuk menghadap kepadaku sejak tadi pagi ?"
"Iya...maaf Pak, tadi sedang banyak nasabah."
"Mana...sejak tadi masih bisa diatasi, cukup dengan 1 teller."
Arum hanya terdiam, dia memilih untuk mengalah dari pada berdebat dengan Yanuar siang itu.
"Iya Pak... maaf, ada yang bisa saya bantu ?"
ucapnya sembari menundukkan kepala.
"Saya hanya minta tips bagaimana bisa ceria sepanjang hari."
"Ee...iya tapi kan masih jam kerja Pak, lagipula tidak baik ngobrol di kantor." elaknya.
"Tapi ini sudah jam istirahat dan ini di ruanganku Arum, jadi kita bebas berekspresi dan menyampaikan pendapat." bantah Yanu.
"Baik... suka-suka Bapak saja."
"Ok... lanjutkan."
"Jadi benar... Bapak mau tahu kenapa saya selalu ceria akhir-akhir ini ?"
"Ya."
Yanu bersiap mendengar ceramah Arum, dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Ehem...ehem...ada beberapa tips bagaimana kita selalu ceria dan awet muda Pak."
"Hehemm.." masih dengan antusias mendengar.
"Yang pertama, moods kita Pak...kita harus selalu menata moods kita agar tetap bagus, yang kedua hati kita harus tetap positif thinking."
"Itu saja ?"
"Ya, dua pokok itu saja sudah bikin kita selalu ceria dan awet muda."
"Lalu...apa yang membuat mood kamu bagus hari ini ?"
"Hati saya sedang berbunga-bunga." gumamnya dengan pandangan entah kemana.
"Kamu sedang jatuh cinta Arum ?"
"Bukan hanya jatuh cinta tapi benar-benar sudah menemukan tambatan hati."
'Ya Allah...betapa kamu menyakiti hatiku Arum...' keluh Yanu dalam hati.
"Uuppppsss....maaf Pak." ucapnya lirih sembari membungkam bibirnya sendiri.
"Siapa pria yang beruntung bisa meluluhkan hatimu ?"
Arum menggelengkan kepalanya, 'haruskah aku jawab ?'
"Siapa Arum ?" desaknya lagi.
"Maaf Pak...waktu istirahat sudah hampir habis, saya belum sholat dhuhur. Permisi Pak."
Arum berdiri hendak kembali ke tempatnya.
"Arum ?"
Dia hentikan langkahnya saat tangannya memegang handle pintu.
"Kamu tahu...betapa hancurnya hatiku saat ini ? Aku menunggu jawabanmu...tapi malah kamu menerima orang lain."
Arum tersentak kaget, ketika tangan Yanu sudah mendarat di bahunya.
"Pak...maaf, Pak Yanu tidak pernah mengatakan hal itu, jadi mana saya tahu perasaan Bapak kepada saya." Dia singkirkan tangan itu dari bahunya.
"Tunggu Rum... bukannya aku pernah bilang ke kamu waktu itu ?" Yanu kembali meraih pergelangan tangan Arum.
"Itu bukan sebuah pernyataan Pak...tapi diskusi."
Arum kibaskan tangan Yanu dan dia keluar dari ruangan itu menuju Musholla yang ada di kantor.
Yanu terduduk diam menelaah kembali apa yang barusan Arum katakan.
'Kamu benar Arum...aku belum bicara dengan sungguh-sungguh waktu itu...dan sekarang penyesalan itu akan terjadi.'
'Tapi...aku tidak mau menyerah begitu saja, selama janur kuning belum melengkung masih milik umum.' begitulah dialog hatinya.
***
"Arum." panggil Yanu yang melihat pegawainya duduk termenung di ruang tunggu luar kantor.
"Iya Pak."
"Kamu ngapain masih di sini ?"
"Menunggu ojek online Pak." jawabnya lemas.
"Ojek online ? Motor kamu kemana ?"
"Motor saya mogok, tadi minta tolong pak Yadi bawa ke bengkel ternyata belum jadi." terangnya.
Beberapa saat tadi sesudah waktunya pulang, motor Arum memang ngambek. Dia mencari Pak Yadi, satpam jaga malam untuk memperbaiki. Tapi ternyata motornya harus dibawa ke bengkel dan baru beres besok.
"Ayo aku antar."
"Terimakasih Pak, saya sudah memesan ojek online."
"Batalkan."
"Tapi_"
"Batalkan."
"Iya Pak." mau tidak mau dia harus membatalkan pesanannya dan menuruti kemauan pimpinannya itu.
"Pacar kamu tidak datang menjemput ?" tanya Yanu memecah kesunyian di dalam mobil yang mereka kendarai."
"Tidak"
"Kenapa ?"
"Dia berada di luar kota Pak."
"Apa pekerjaan dia ?"
"Hahhh..." Arum mendengus kasar. Dia merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Yanu 'seperti sensus penduduk saja.' gerutunya dalam hati.
"Terimakasih Pak." ucapnya setelah mereka sampai di depan rumah Eyang.
"Kamu tidak mempersilahkan saya untuk mampir ?"
"Tidak Pak...sudah sore." jawabnya tegas.
Yanu menggelengkan kepala sembari tersenyum mendengar jawaban Arum.
"Semakin lama aku semakin tertantang untuk bisa meluluhkan hatimu Arum." gumamnya sendiri.
Rumah dalam keadaan sepi, saat Arum mengucapkan salam tidak ada jawaban dari dalam.
"Syukurlah... tidak ada orang dirumah, jadi tidak perlu banyak pertanyaan yang harus aku jawab." omelnya sendiri.
"Arum." panggil Eyang yang tiba-tiba muncul dari belakang.
"Iya Eyang."
"Siapa tadi yang datang Nduk ?"
"Pak Yanu Eyang, Beliau mengantarkan Arum pulang."
"Loo...motor kamu kemana ?"
benar dugaan Arum, pasti akan banyak pertanyaan yang harus dia jawab.
"Motor Arum rusak Eyang, masih di bengkel."
Tidak berhenti sampai disitu, masih ada lagi yang menjadi bahan pertanyaan Eyang sore itu. Sampai tidak ada peluang bagi Arum untuk sekedar mandi dan beristirahat sebentar.
"Ngomong-ngomong...Yanu itu orangnya baik, perhatian, dia juga tampan." gumam Eyang disela-sela kita makan malam.
Eyang sengaja memancing pendapat Arum waktu itu, tapi tidak ada komentar sama sekali yang keluar dari bibirnya.
"Arum...apa kamu tidak tertarik sama dia ?"
sampai akhirnya pertanyaan itu keluar dari ucapan Eyang.
Arum menggelengkan kepala dengan mulut masih penuh makanan.
'Aku kira sudah lupa... ternyata masih berlanjut.' gerutunya dalam hati. Untuk sesaat tadi Arum memang sedikit lega, karena Eyang menyudahi pertanyaannya. Tapi... tidak disangka, beliau melanjutkannya kembali disaat dia ingin menikmati makan malamnya.
------------------------------
------------------------------
------------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments