Hidup itu tak melulu soal hati, tak usah resah tentang tulang rusuk yang masih tersembunyi...jika sudah waktunya pasti akan menampakkan diri...
------------------------------------------------------------
"Pagi Arum...sudah sehat ?" sapa rekan-rekan kerja di kantor.
"Alhamdulillah...sudah mas."
"Arum !" teriak Mbak Dian yang baru saja memasuki ruang teller.
Dia menghambur dan tiba-tiba memelukku. Untung ini masih terlalu pagi, jadi belum banyak nasabah yang datang.
"Mbak Dian, apa kabar ?"
"Alhamdulillah sehat luar biasa, kamu sendiri bagaimana ? kenapa sudah masuk ?"
"Alhamdulillah...aku sudah sembuh Mbak, bosen di rumah terus."
"Iya...aku juga bosen tidak ada kamu disini, Pak Yanu nyebelin." ucapnya setengah berbisik.
"Ehem...ehem..."
Yang mereka bicarakan tiba-tiba muncul di depan meja teller.
"Selamat pagi Pak..."
"Pagi Arum...apa kamu sudah sehat ?"
"Alhamdulillah sehat Pak..."
"Oya...klaim biaya rumah sakit ke kantor, bawa resinya ke ruanganku."
Belum sempat Arum menjawab permintaannya, tapi Beliau sudah berlalu dan menghilang di balik pintu ruang direktur.
"Gimana ini Mbak, aku tidak membawa resinya, bahkan mungkin sudah terlanjur di buang sama Mbok Sum." kata Arum yang memang tidak berharap ada penggantian biaya rumah sakit untuknya.
"Gakpapa... menghadap dulu saja, kebijakan di tangan Pak Yanu."
"Baiklah...saya ke ruang beliau dulu ya Mbak."
"Oc..."
Mumpung belum banyak nasabah, dia selesaikan dulu urusannya dengan Yanuar.
Tok...tok...tok...
"Masuk."
"Permisi Pak."
"Duduk Rum."
"Maaf Pak...mengenai resi pembayaran biaya rumah sakit, sudah terlanjur saya buang."
"Hah...kamu ada-ada saja, masak diaknosa kesehatan juga kamu buang."
"Kalau itu mungkin masih ada Pak."
"Ya sudah tidak apa-apa, bawa diagnosa kesehatan ke sini, biar saya coba ajukan klaim."
"Baik Pak, saya permisi dulu Pak."
"Ya...eh, tunggu Rum."
Arum kembali duduk di kursinya.
"Ya Pak..."
"Aku akan usahakan biaya kesehatan kamu cair, tapi ada syaratnya."
"Syarat..."
"Apa boleh aku minta tolong."
"Sepanjang saya bisa membantu, Insha Allah saya bantu Pak."
"Tidak enak kalau saya bicara di sini, nanti sore... sepulang kerja saya minta waktunya sebentar."
"Baik Pak."
Arum kembali ke counter tempat dia bekerja, masih menjadi teka-teki baginya, apa yang akan Pak Yanu katakan nanti.
***
"Arum... sudah selesai ?" sapa Pak Yanu ketika jam kantor usai.
"Iya Pak."
"Saya tunggu di tempat parkir." ucapnya sambil berlalu.
"Kemana Rum ?" tanya Mbak Dian penasaran, ketika mendengar pimpinannya mengajak pergi Arum secara terang-terangan.
Arum hanya mengangkat bahunya, karena memang dia sendiri tidak mengerti akan diajak kemana dia sore ini.
Dianpun tidak bisa komentar apa-apa, dia hanya maklum dengan kesendirian Pak Yanu saat ini, mungkin dia butuh pendamping hidup.
Lagipula... tidak ada salahnya jika pimpinannya itu jatuh cinta, toh dia masih muda, tampan dan mapan. Arum juga cantik, tidak ada yang tidak akan jatuh hati dengan gadis single di sebelahnya ini.
"Arum duluan ya Mbak."
"Iya Rum... hati-hati di jalan."
Arum berjalan menuju tempat parkir dimana Yanu sudah menunggunya.
"Lama sekali ?"
"Maaf Pak...masih ada yang harus saya bereskan."
Yanuar melajukan mobilnya ke arah berlawanan dengan rumahnya. Entah kemana dia akan membawanya.
"Kita mau kemana Pak ?" tanya Arum ingin tahu.
"Bisa kita bicara biasa saja kalau diluar kantor ?" pintanya to the point.
"Maksud Bapak ?"
"Panggil saya Mas atau Yanu mungkin ?"
Arum hanya terdiam tanpa menjawab permintaan pimpinannya, sampai dia hentikan mobilnya di sebuah resto yang berada di pinggir sawah.
Arum mengikuti langkah Yanuar menuju salah satu tempat kosong yang ada di resto tersebut.
Resto ini begitu natural, pemandangannya alami tanpa ada yang dipugar. Hanya diberi sentuhan tangan kreatif yang membuat tempat ini mempunyai nilai jual lebih tinggi.
"Kamu suka ?" tanya Yanuar yang melihatku memperhatikan sekeliling tempat ini.
"Oh ...iya."
"Silahkan, mau pesan apa ?"
Arum melihat beberapa menu yang menarik perhatiannya. Yanuar mengambil daftar menu yang ada di tangannya.
"Kelamaan." komentarnya.
'Ih... nyebelin juga ternyata ini orang !' gerutuku dalam hati.
Yanu memesan 1 paket menu andalan di sini. 1 bakul nasi putih, 1 cah kangkung, 1 gurami asam pedas, 1 urap lengkap dengan sambel dan lalapan.
"Segini banyak siapa yang makan Pak ?"
"Kamu, untuk pemulihan energi" jawabnya sembari tertawa kecil.
Berbeda sekali ketika sedang di kantor, kali ini Yanu lebih akrab. Bahkan sikap jaimnya hilang begitu saja.
"Apa yang akan Bapak katakan ?"
"Habiskan dulu makanmu."
"Saya sudah selesai Pak, sudah kenyang."
Yanu meletakkan kembali segelas lemon tea di tangannya yang belum sempat dia teguh. Perubahan raut wajah Arum membuat selera makan Yanu berkurang.
"Arum.... langsung pada titik pembicaraan saja, aku membutuhkan pertolonganmu untuk...."
"Untuk apa Pak ?" tanya Arum penasaran. Dia sudah mulai kesal dengan sikap Yanuar yang hanya berputar-putar di sekitar mereka.
"Untuk pura-pura menjadi kekasihku."
"Uuhuk, uhuk..uhuk."
Arum tersedak mendengar permintaan Yanu.
"Ya Arum....jika sampai akhir bulan depan, aku tidak bisa memperkenalkan seorang wanita kepada orang tuaku, mereka akan menjodohkanku dengan anak dari teman ayahku." terangnya kemudian.
"Mana bisa begitu Pak, saya karyawan Bapak, apa kata orang nanti."
"Ini cuma pura-pura Arum..."
"Maaf Pak...saya tidak bisa." jawab Arum tegas.
Yanuar terdiam, entah apa yang dia pikirkan. Wajahnya tegang memandang Arum yang sedang duduk mematung di hadapannya, hingga membuatnya salah tingkah.
"Jika bukan pura-pura...apa kamu mau jadi kekasihku yang sesungguhnya ?" ucapnya memecah suasana.
Arum melototkan, dia menata pendengarannya.
'Apalagi ini ? jangan pernah mengambil keputusan tanpa di dasari rasa yang kuat arum !' gejolak hatinya.
"Pak Yanu jangan pernah main-main dengan ucapan bapak." jawabnya lirih.
Yanu meraih tangan Arum, dia simpan dalam genggaman.
"Aku serius Arum." katanya kemudian.
"Maaf Pak...." ucapnya terbata.
"Saya tetap tidak bisa." imbuhnya kemudian. Dia tarik kembali tangannya dan berlalu dari tempat itu. Dia tinggalkan Yanu yang penuh harap akan jawaban 'iya' dari bibir Arum.
"Arum...tunggu Arum !" teriaknya.
Arum menghentikan langkah kakinya, dia putar tubuhnya 360°.
"Aku belum selesai bicara." pintanya kemudian.
"Maaf Pak... sebaiknya jangan mengambil tindakan disaat hati kita sedang ditekan keterpaksaan."
"Tidak Arum, aku serius." ucapnya meyakinkan.
Namun, Arum kembali melangkahkan kakinya sembari melambaikan tangannya membelakangi Yanuar yang masih terduduk di tempatnya.
Yanuar mengacak rambutnya sendiri, entah apa rencananya kemudian untuk meyakinkan keluarganya. Dia tidak mau menjatuhkan pilihan yang salah untuk kedua kalinya.
'Mungkin, Arum masih butuh waktu untuk bisa menerimaku...dan aku akan berusaha untuk itu.' gumamnya dalam hati.
Dia tatap kepergian gadis itu sampai menghilang dari balik pintu.
'Tidakkah kau lihat kalau aku benar-benar serius Arum, aku sudah jatuh cinta padamu.' keluh hatinya.
----------------------------------------------------
----------------------------------------------------
----------------------------------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
MazTian
next...💪💪
2020-05-21
1