Samuel dan dokter Refa sudah sampai di ruangan dimana Samuel dirawat. Refa juga membantu Samuel berbaring di ranjangnya lalu memeriksa keadaanya.
" Bagaimana dengan kaki mu, apa ada yang sakit, dari kondisi yang saya lihat semuanya baik-baik saja " ucap Refa
" Tidak " ucap Samuel
" Bagus Kalau begitu, lain kali jika ingin jalan-jalan sebaiknya minta di temani suster atau diam saja di taman udaranya sejuk disana " ucap Refa
" Baik Dok, terima kasih atas bantuannya " ucap Samuel
" Sama-sama, kalau begitu saya permisi " ucap Refa hendak pergi namun tangan Samuel malah menariknya
" Ada apa " tanya Refa kaget
" Bolehkah aku meminta nomor telepon mu " ucap Samuel sambil tersenyum
" Untuk apa Samuel meminta nomor telepon ku, Hem.. apa yang di rencanakan " batin Refa
Sebelum Refa memberikan nomor teleponnya pada Samuel, tiba-tiba Handphonenya berbunyi, ia langsung mengangkatnya karena itu nomor telepon dari bagian operasi.
" Sebentar aku terima telepon dulu " ucap Refa
Samuel hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju, Ternyata Refa mendengar kabar jika ada korban kecelakaan dan kondisinya kritis dan harus segera di lakukan operasi.
Mendengar hal itu Refa langsung pamit pada Samuel dan bergegas menuju ruang operasi. Keadaan darurat seperti ini sering terjadi pada Refa.
Dengan perasaan kecewa namun Samuel tidak bisa berbuat apa-apa karena ia tahu jika pekerjaan dokter Refa sangatlah penting apalagi menyangkut nyawa manusia.
" Dia benar-benar sibuk.. tapi aku juga tidak bisa melarangnya " tanya Samuel dalam hatinya
Ia kembali berbaring di tempat tidurnya, perlahan-lahan matanya mulai terpejam dan tertidur pulas. Itu juga efek samping meminum obat yang tadi di berikan suster padanya.
.
...****************...
.
Sedangkan di tempat lain, Refa sudah masuk kedalam ruangan Operasi dengan menggunakan pakaian yang sudah di sediakan. Operasi ini cukup mencengangkan apalagi kondisi pasien yang bisa bertahan sekitar 30%.
Semua alat juga sudah di siapkan sekarang mereka akan memulai operasinya, dengan penuh keyakinan Refa segera melakukan tugasnya.
" Kamu harus bertahan, kita berjuang sama-sama " ucap Refa membisikan kata tersebut pada telinga pasien yang terbaring lemah
" Kalian siap " ucap Refa pada Asisten dan suster yang ada disana
" Siap Dok " ucapnya mereka
Seperti biasanya sebelum mereka melakukan operasi pada pasien, mereka selalu berdoa dulu pada Tuhan, mereka meminta agar Tuhan melancarkan semuanya dan Pasien bisa selamat.
Tanpa Takdir dari campur tangan Tuhan semua bisa saja terjadi karena hidup mati seseorang bukan di tentukan oleh Dokter saja namun karena kehendak Tuhan.
Selama satu jam mereka mengoperasi pasien dan akhirnya pasien bisa terselamatkan. Dengan perasaan lega Refa Langsung menghampiri keluarga pasien.
Ketika Refa keluar dari ruang operasi semua anggota keluarga dari pasien langsung menghampirinya dengan wajah khawatir.
" Dok bagaimana keadaan Anak saya " ucap seorang ibu paruh baya
" Alhamdulillah, pasien sekarang sudah melewati masa kritisnya, dalam beberapa jam pasien akan sadar di mohon untuk keluarga jika ingin melihat pasien bergantian " ucap Refa sambil tersenyum
" Dokter, terima kasih sudah menyelamatkan Anka saya.. saya tidak tahu lagi harus bagaimana berterima kasih " ucap seorang laki-laki yang sepertinya ayah dari pasien
" Sama-sama Pa, Semua ini juga berkat doa kalian.. Saya permisi dahulu " ucap Refa
" Ia dok silahkan " ucapnya
Refa kembali masuk kedalam ruangan operasi, ia merasa puas karena senyuman dari pihak keluarga yang ia tolong membuat rasa lelah dan capeknya.
Menyelamatkan orang lain sudah menjadi tugasnya, ia akan berjuang semaksimal mungkin untuk itu bukan hanya karena pekerjaannya namun hati nuraninya yang berbicara.
" Ayah, Momih terima kasih sudah menolong orang lain selama ini, aku tidak sangka tugas mulia seperti ini membuatku bahagia meskipun aku harus jauh dari kalian semua " batin Refa
Hari ini ternyata Refa di ijinkan pulang cepat, benar-benar membuatnya senang. Ia langsung menuju ruangannya untuk bersiap-siap pulang.
Refa sudah naik kedalam mobil, tiba-tiba turun hujan lebat, ia melihat jika suster Linda sedang menunggu taksi datang di depan gedung rumah sakit.
" Suster Linda, ayo masuk " ajak Refa
" Dokter Refa?? " panggil Linda heran
Linda bingung karena sebelumnya memang mereka tidak terlalu akrab karena Suster Linda adalah salah satu teman Dokter Amel. Namun mungkin karena hujan membuat Dokter Refa tidak tega melihat Suster Linda menunggu taksi dengan kedinginan.
" Terima kasih sebelumnya Dok " ucap Linda
" Sama-sama, kemana arah rumahmu " tanya Refa
" Turunkan saya saja di halte bis " ucapnya
" Memangnya kenapa harus di halte bis " tanya Refa bingung
" Rumah saya agak jauh, kasihan dokter Linda mengantar saja kejauhan karena apartemen Dokter tidak jauh dari sini " ucap Linda
" Kamu tahu apartemen ku dimana " tanya Refa cukup kaget
" Siapa yang tidak kenapa dokter Refa yang hebat dan cantik " ucap Linda
" Kamu ini terlalu berlebihan, aku tidak sehebat yang kamu katakan itu " ucap Refa
" Dokter Refa orangnya baik dia juga tidak sombong " batin Linda sambil tersenyum
" Aku akan mengantarmu juga bukan apa-apa, aku sedang mencari tempat makan yang enak " ucap Refa
" Mau aku Carikan tempatnya Dok.. aku tahu makanan yang enak di daerah ini " ucap Linda
" Baik asal dengan satu syarat " ucap Refa
" Apa itu Dok " tanya Linda
" Jika sedang tidak didalam rumah sakit kamu bisa panggil aku Refa " ucap Refa sambil tersenyum
" Tapi.. " tanya Linda canggung
" Dokter Amel teman ku juga.. kamu bisa memanggilku Refa seperti Amel sering ucapkan " ucap Refa
" Baiklah Kalau begitu " ucap Linda
" Wah kesempatan Lanka aku bisa dekat dengan dokter Refa.. sungguh-sungguh aku kagum padanya " batin Linda
Refa mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, mereka sudah tidak canggung saat tadi awal bertemu, mereka tampak mengobrol satu sama lain meskipun yang di obrolkan hanya masalah pekerjaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments