Setibanya didalam kamar, Zean langsung membanting tubuhnya diatas kasur.
Matanya terpejam. Pikirannya melayang entah kemana. Ia merasa lelah sekali.
Bahkan pusing dikepalanya masih terasa akibat banyaknya minuman yang ia tenggak semalam.
Perlahan Zean menggerakkan tangannya merogoh saku celana yang ia pakai. Ia mengambil kotak cincin yang tadinya akan ia berikan pada Lyora.
Untung saja cincin itu tidak ia taruh disaku jas miliknya. Jika tidak, maka sudah pasti cincin tersebut akan terbawa oleh wanita bayarannya semalam.
Zean pun mengamati kotak beludru berwarna merah maroon itu lamat-lamat.
Kemudian ia bangkit dari berbaringnya dan mendudukan diri disisi ranjang dengan kedua kaki menjuntai kebawah.
Zean membuka kotak tersebut lalu mengambil benda berbentuk bulat bertahtakan berlian itu dan memperhatikannya dengan seksama.
Zean tersenyum getir. Ia memesan cincin itu khusus dengan penuh cinta. Tapi yang ia dapatkan adalah sebuah pengkhianatan.
Dan ini pertama kalinya Zean merasakan yang namanya patah hati. Sungguh ia merasakan sakit yang luar biasa.
Saat Zean tengah sibuk melamun tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar. Sontak lelaki tampan itu terkesiap.
"Siapa?!" tanya Zean.
"Ini Ibu Nak!" jawab Andita.
Zean buru-buru memasukkan kembali cincin tadi kedalam tempatnya. Kemudian menyembunyikannya dibawah selimut.
"Masuklah Bu!"
Setelah pintu terbuka, Andita menyembulkan kepalanya kedalam kamar. Ia tersenyum lalu membawa tubuhnya masuk dan berjalan menghampiri putra kesayangannya.
"Kau terlihat lelah Nak! Bukankah seharusnya kau sedang berbahagia?" dengan lembut Andita mengusap kepala Zean lalu mendudukan dirinya disamping putranya itu.
"Bagaimana rencanamu kemarin? Apa semua berjalan lancar?" Andita meraih tangan Zean lalu menggenggamnya dengan kedua telapak tangannya.
Zean terdiam lalu menatap sang ibu lekat-lekat. Kemudian ia menggeleng pelan.
"Maksudmu?" Andita mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Hubunganku dengan Lyora sudah berakhir Bu." lirih Zean. Ia menundukkan pandangannya. Seketika wajahnya berubah sendu.
"Berakhir? Ta-tapi kenapa Nak? Apa kalian memiliki masalah?"
"Dia mengkhianatiku."
"Mengkhianatimu?!" netra Andita membulat sempurna.
"Tunggu! Kenapa bisa begitu? Coba jelaskan dengan benar! Bukankah Lyora mencintaimu Zean?! Bagaimana bisa dia mengkhianatimu?!"
Andita membalikkan tubuhnya menyamping seraya memegang kedua bahu Zean hingga sang putra kini menghadapnya.
"Entahlah! Yang aku tau kemarin aku memergokinya bersama pria lain. Bahkan mereka..." ucapan Zean terhenti kala ia mengingat kejadian menyakitkan itu. Ia langsung membuang pandangannya kesembarang arah.
"Bahkan mereka apa?!" tanya Andita penasaran.
"Bahkan mereka tidur bersama dan melakukan hubungan layaknya suami istri."
Deg
"Apa?!"
******
Setelah mendengar semua penuturan Zean, Andita benar-benar syock dibuatnya. Ia sempat tidak percaya tapi itulah kenyataannya.
Putranya harus menelan pil pahit saat gadis yang dicintainya malah berkhianat.
Didalam kamar, Zean tak kuasa menahan rasa sakitnya hingga ia menumpahkan tangisnya pada Andita.
Andita pun ikut merasakan kesakitan yang dirasakan sang putra. Karena ia juga pernah mengalami apa yang dialami Zean. Tak terasa bulir bening membasahi pelupuk mata Andita.
Namun ia mencoba tegar dan menguatkan Zean. Karena ia tahu yang sang putra butuhkan saat ini adalah sebuah dukungan dan pelukan darinya.
Andita mengusap lembut punggung Zean dan menenangkannya. Saat dirasa cukup tenang ia meninggalkannya seorang diri.
Ia yakin putranya butuh waktu untuk mengendalikan hatinya yang terluka.
Dengan langkah gontai Andita turun kelantai satu mencoba menemui suaminya yang berada diruang kerja.
Setelah mengetuk pintu ia pun masuk kedalam. Zidan menyambutnya dengan senyuman. Tapi seketika senyumnya pudar kala melihat raut wajah istrinya yang muram.
Ia bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri Andita.
"Ada apa sayang? Kenapa wajahmu terlihat sedih?" Zidan mengulurkan tangannya dan mengusap lembut pipi sang istri.
Andita menatap Zidan lekat-lekat. Bukannya menjawab, tiba-tiba ia malah memeluk tubuh suaminya dengan erat.
Menenggelamkan kepalanya disana. Dan tanpa sadar air matanya kembali mengalir.
"Hei! Kau kenapa? Siapa yang membuatmu menangis?" tanya Zidan panik saat mendengar isakan pelan sang istri.
Andita tak menjawab, tubuhnya semakin bergetar. Zidan yang merasa bingung langsung melerai pelukan itu dan menangkup wajah istrinya.
"Katakan! Siapa yang sudah membuatmu menangis? Apa Ayah mengatakan sesuatu yang menyakitimu lagi?!" tebak Zidan.
Andita menggeleng cepat. Ya pasalnya sudah beberapa bulan ini mereka tinggal dikediaman Tuan Wildan untuk merawat kedua orang tuanya.
Namun terkadang Tuan Wildan selalu melontarkan kata-kata tajam saat melihat apa yang dilakukan Andita tidak sesuai keinginannya.
Zidan sempat kesal dengan hal tersebut dan berniat kembali kekediamannya. Tapi Andita mencegah niat Zidan. Ia berusaha meyakinkan suaminya jika ia baik-baik saja.
Bahkan Andita mengatakan bahwa merawat orang tua adalah perbuatan yang sangat mulia. Jangan sampai mereka menyia-nyiakan kesempatan itu. Hingga akhirnya Zidan pun mencoba mengalah.
Zidan masih menunggu jawaban Andita. Andita memegang kedua tangan Zidan lalu menatap mata sang suami lekat-lekat.
"Zean." lirih Andita.
"Zean?!" Zidan mengerutkan alisnya. "Dia yang membuatmu menangis?"
Andita kembali menggeleng. Kemudian ia menceritakan semuanya saat Zidan membawanya duduk disofa.
"Jadi itu sebabnya kau menangis?!"
Andita mengangguk pelan.
"Sudahlah tidak usah terlalu dipikirkan. Mungkin gadis itu bukan jodoh putra kita." ucap Zidan sembari memeluk tubuh Andita yang duduk disampingnya.
"Tapi hatiku sakit saat mendengarnya dikhianati. Kenapa gadis itu tega menyakiti putraku? Apa kurangnya Zean? Bahkan aku sudah menganggapnya sebagai putriku sendiri." lirih Andita. Ia tak bisa membendung kekecewaannya pada Lyora.
"Sudah, sudah. Tidak perlu dipermasalahkan! Patah hati dalam hubungan cinta itu biasa. Kau dan aku juga pernah merasakannya bukan?"
"Ini adalah takdir. Tuhan sudah mengatur semuanya untuk putra kita. Dia memberikan rasa sakit pada Zean karena Dia tahu Zean mampu melewatinya."
"Dan mungkin Tuhan juga sudah menyiapkan jodoh terbaik untuk Zean. Kita sebagai orang tua tidak perlu ikut campur terlalu jauh selagi dia bisa menyelesaikan masalahnya."
"Tugas kita cukup mendidik dan mendoakan kebahagiaan mereka agar putra putri kita kelak mendapatkan jodoh yang baik."
Andita tertegun mendengar ucapan Zidan. Ia tersadar. Memang benar apa yang dikatakan suaminya bahwa sebaiknya ia tidak perlu ikut campur terlalu jauh dalam masalah anak-anak mereka.
Kemudian ia menghapus airmatanya dan menyandarkan kepalanya didada Zidan sembari menggenggam satu tangan lelaki itu. Sementara tangan Zidan yang lain masih setia merangkul bahu Andita.
"Terimakasih sayang. Kau selalu menguatkanku dan membuatku tenang." ucap Andita.
Zidan tersenyum dan mencium pucuk kepala istri tercintanya sangat lama.
"Untuk apa berterimakasih? Sudah tugasku membuatmu nyaman dan tenang. Jika tidak, bisa-bisa kau mencari pria lain!" gurau Zidan.
Andita tertawa kecil mendengarnya. Membuat Zidan ikut senang melihat senyum diwajah istrinya.
"Mana mungkin?! Meskipun terkadang kau galak dan menyebalkan aku tetap jatuh cinta padamu!"
"Benarkah?!"
"Hemm."
"Kalau begitu buktikan!" tangan Zidan sudah mulai bergerilya menggerayangi tubuh Andita. Hingga membuat Andita berdecak dan menjauhkan tubuhnya dari Zidan.
"Hish! Kau ini, selalu mencari kesempatan dalam kesempitan!" gerutu Andita.
"Sebaiknya aku kembali kekamar! Dan kau lanjutkan saja pekerjaanmu!" ucapnya lagi seraya bangun dari duduknya.
"Berani sekali kau memerintahku Nyonya Zidan?!"
Andita terkekeh lalu pergi meninggalkan Zidan sambil meniupkan tanda cinta kearah sang suami.
Zidan yang melihat polah Andita tertawa lebar sembari menangkap ciuman yang dilemparkan Andita dan menyimpannya didalam dada.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Nana Lucky
ibu sama adik.y andhita gimana ya kabar.y,, apa udh nikah juga adik.y andhita.??🤔
2022-06-16
1