Permohonan

Mendengar dirinya dipecat, Ellina segera berlutut dibawah kaki Zean sambil mengatupkan kedua tangannya dan menangis terisak.

"Tuan ...Aku mohon jangan memecatku Tuan! Aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Aku mohon tolong beri aku kesempatan sekali lagi. Aku mohon padamu Tuan! Aku mohon!" pinta Ellina dengan pilu.

Ia terus memohon pada lelaki itu.

Zean berdecih. Dengan kasar ia meraih dagu Ellina hingga tatapan mereka bertemu.

"Kau pikir dengan kau memohon dan berpura-pura menangis seperti ini, aku akan bersimpati dan mengubah keputusanku begitu?! Tidak akan!" ucap Zean.

"Aku sangat tahu bagaimana wanita murahan sepertimu menggunakan air mata buaya untuk mengelabui mangsa-mangsanya! Jadi jika kau pikir aku akan tertipu oleh sandiwaramu, kau salah besar ja lang! Sandiwaramu tidak mempan untukku!"

"Kusarankan, sebelum aku benar-benar menyeretmu keluar dari sini lebih baik kau enyah dari hadapanku!" geram Zean sembari menghempas kasar dagu Ellina.

Ellina hanya bisa menangis tergugu. Jika sampai ia dipecat, bagaimana dengan nasibnya nanti? Bagaimana ia akan membayar uang sewa tempatnya tinggal?

Namun Ellina sadar, meski ia memohon dan mengemis pada lelaki yang sudah menodainya hingga menangis darah sekali pun rasanya percuma. Semua hanya akan berakhir sia-sia, yang ada malah membuat harga dirinya semakin diinjak-injak.

Ellina berusaha menegarkan hati. Ia segera bangkit berdiri sembari menghapus air matanya dan menatap Zean dengan nanar.

"Baik Tuan! Aku akan keluar dari perusahaan Anda! Tapi bisakah Anda memberikan hakku selama aku bekerja disini? Aku sangat membutuhkan uang itu untuk menyambung hidupku Tuan!" ucap Ellina penuh harap.

Mendengar perkataan Ellina, untuk kedua kalinya Zean tertawa keras.

Menurutnya, perempuan dihadapannya ini benar--benar tidak punya malu.

Setelah menjual diri padanya, lalu mencuri uang dan jas mahal miliknya, perempuan itu masih berani meminta haknya. Sungguh menjijikan.

Zean kembali mendekati Ellina lalu mencengkram kedua pipi Ellina dengan satu tangannya hingga membuat perempuan itu meringis kesakitan.

"Kau bilang apa tadi? Memberikan hakmu?"

Dengan susah payah Ellina mengangguk. Sementara tangannya berusaha melepaskan tangan Zean dari wajahnya.

Zean tersenyum sinis lalu menatap Ellina dengan tatapan merendahkan.

"Apa kau lupa ja lang, malam itu kau sudah mencuri uang dan jas mahal milikku disaat aku sedang tertidur bukan? Bahkan sebelumnya aku sudah mengeluarkan banyak uang hanya untuk membayar tubuh kotormu ini. Padahal pelayananmu diatas ranjang sangat tidak memuaskan! Apa semua uang itu belum cukup bagimu hm?!"

Zean semakin menekan jemarinya dipipi Ellina, seolah-olah ingin meremukkan tulang wajah perempuan itu.

"Tu-tuan... sak-kit!"

"Sekarang kau pilih, enyah dari hadapanku saat ini juga atau aku akan benar-benar menyeretmu keluar dari sini!" desis Zean.

Ia menghempas kasar wajah Ellina hingga membuat Ellina merasakan ngilu dirahangnya.

Namun Ellina belum menyerah. Ia masih berusaha membuat Zean mempertimbangkan permohonannya karena Ellina benar-benar membutuhkan uang itu.

"Tuan... aku mohon padamu Tuan..aku sangat membutuhkan uang itu... aku.."

"KELUAR!" teriak Zean.

Ellina tersentak kaget. Ia menatap Zean sambil bergidik ketakutan. Tak ingin sesuatu terjadi padanya Ellina memutuskan meninggalkan ruangan Zean dengan hati luar biasa pedih.

******

Setelah kepergian Ellina, suasana hati Zean berubah menjadi buruk.

Namun ia berusaha untuk mengontrol emosinya karena sebentar lagi ia akan mengadakan rapat penting dengan salah satu klien bisnisnya.

Beberapa jam pun berlalu. Akhirnya rapat selesai dan berjalan dengan lancar.

Zean sukses meyakinkan klien tersebut untuk membuat kesepakatan kerja sama dengan perusahaannya.

Dan seharusnya keberhasilan itu cukup menggembirakan bagi Zean.

Namun faktanya yang terlihat, pria tampan itu malah nampak biasa saja dan terkesan seolah tidak terlalu peduli dengan apa yang baru saja diperolehnya.

Setelah kepergian sang klien, Zean langsung kembali keruangan pribadinya.

Ia mendudukkan diri dikursi kerja sambil menyandarkan kepalanya disana dan menengadahkannya keatas menatap langit-langit ruangan.

Jemari tangannya dikedua sisi kursi saling bertautan. Seolah ia tengah memikirkan sesuatu.

Sesaat Zean memejamkan mata menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Namun itu tak lama karena setelahnya ia segera membuka mata ketika bayangan wajah Ellina melintas dikepalanya.

"Sial! Kenapa aku harus memikirkan perempuan itu?!" umpat Zean kesal. Ia mendengkus sembari meraup kasar wajahnya.

Kemudian tanpa Zean sadari, ia meraih cangkir kopi yang tadi pagi di antar oleh Ellina. Kopi yang belum sempat ia minum. Dan dalam sekali tegukan kopi itu habis tak bersisa.

Zean menaruh kembali cangkir itu diatas meja. Ia mengelap mulutnya dengan tisue. Namun sepersekian detik kemudian ia tersadar akan sesuatu saat akan membuang tisu tersebut.

Netra Zean membeliak lalu tiba-tiba saja ia terbatuk.

Air mukanya berubah merah padam saat ia mengingat bahwa kopi yang baru saja diminumnya adalah kopi buatan Ellina.

"Shitt! Kenapa aku meminum kopi itu?!" umpat Zean sembari melempar tisu yang sudah diremasnya kesembarang tempat.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nurfitri Susanti

Nurfitri Susanti

😰😰😰

2022-06-22

0

Nurfitri Susanti

Nurfitri Susanti

hadehhh😰😰😰

2022-06-22

0

Nana Lucky

Nana Lucky

ku gampar juga kau zean.,,😬😬

2022-06-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!