Dalang Dibalik Semua

"Bagaimana? Apa semua berjalan lancar?"

"Sesuai perintah anda Tuan! Semua berjalan dengan lancar."

"Bagus! Lalu apa yang dilakukannya pada wanita itu?"

"Dia langsung mengakhiri hubungannya dan meninggalkan wanita itu begitu saja Tuan."

"Hemm... Bagus! Itulah yang ingin aku dengar. Ternyata tidak salah aku memilihmu. Kau memang bisa diandalkan."

"Terimakasih Tuan."

Sejenak keheningan membentang diantara keduanya.

"Sesuai dengan perjanjian yang telah kita sepakati aku akan menyuntikan dana pada perusahaan Ayahmu, tetapi perlu kau ingat, rahasia ini tidak boleh sampai bocor atau diketahui oleh siapapun! Jika sampai itu terjadi, maka aku akan membuat perusahaan ayahmu hancur hingga tak bersisa!"

"Anda tenang saja Tuan! Saya pastikan rahasia kita akan aman."

"Baiklah aku percaya padamu. Tunggu saja besok. Akan ku pastikan perusahaan ayahmu bisa kembali beroperasi dengan normal."

Mendengar kabar baik tersebut lelaki diseberang sana sontak tersenyum lebar.

"Terimakasih Tuan! Terimakasih! Saya tidak akan pernah melupakan bantuan anda!"

"Hemm."

Tak lama sambungan telepon pun terputus. Tuan Wildan meletakan ponselnya diatas meja.

Senyum kemenangan terbit diwajahnya setelah mendengar laporan yang baru saja disampaikan oleh orang suruhannya, yang tak lain adalah Devan.

Ya, ternyata Tuan Wldan adalah dalang dibalik hancurnya hubungan Zean dan Lyora.

Tanpa diketahui siapapun, Tuan Wildan menugaskan Devan untuk menjebak Lyora. Karena sesungguhnya Tuan Wildan sama sekali tidak merestui hubungan sang cucu dengan perempuan itu. Perempuan yang tidak jelas asal usulnya.

Jika Tuan Wildan dulu mau tidak mau merestui hubungan Zidan dan Andita, tapi kali ini tidak dengan cucunya.

Ia tidak akan pernah membiarkan Zean menikah dengan perempuan dari kalangan biasa.

Tuan Wildan tidak ingin cucu lelaki satu-satunya mengikuti jejak sang putra.

Mau taruh dimana muka dan reputasinya saat para kolega bisnisnya nanti menanyakan latar belakang cucu menantu keluarganya yang tidak sepadan.

Hingga akhirnya Tuan Wildan pun menyusun sebuah rencana jahat.

Suatu hari, ketika Tuan Wildan mendengar kabar jika perusahaan ayah Devan mengalami kerugian besar akibat kalah tender, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung menghubungi Devan yang kebetulan menjabat sebagai CEO disana.

Tuan Wildan juga tahu jika Devan dan Zean adalah rival bisnis. Namun demi kepentingan pribadinya Tuan Wildan mengesampingkan hal tersebut.

Ia mengajak Devan untuk bekerja sama. Tuan Wildan berjanji akan membantu perusahaan Ayah Devan dengan syarat Devan harus mau membantunya untuk menjauhkan Lyora dari Zean.

Pada awalnya Devan menolak tawaran Tuan Wildan mentah-mentah. Meski ia dan Zean adalah rival bisnis, namun mereka selalu bersaing secara sehat tanpa mencampur adukan urusan pribadi.

Namun karena Tuan Wildan terus menerus meyakinkan Devan dengan mengatakan bahwa jika ia ingin perusahannya kembali berjaya maka tidak ada salahnya bila Devan mencoba cara licik.

Hingga akhirnya Devan pun terhasut dan menerima tawaran Tuan Wildan.

.

******

Waktu menunjukan pukul 4 pagi.

Sejak semalam Ellina sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Rasa sakit menjalar disekujur tubuhnya terutama dibagian intinya.

Setelah mahkotanya direnggut paksa oleh Zean, dan ketika lelaki itu sudah tertidur pulas, Ellina langsung membersihkan dirinya dikamar mandi sambil menangis tergugu. Lalu segera memakai pakaiannya kembali walau harus berjalan dengan terseok-seok.

Kemudian ia mendudukan dirinya disofa sambil memeluk kedua kakinya yang tertekuk dan menenggelamkan kepalanya disana, berharap pagi segera tiba agar ia bisa melarikan diri dari tempat terkutuk itu.

Jika tidak, sang paman pasti akan menjualnya kembali pada pria hidung belang hanya demi kepentingan pribadinya.

Saat dirasa waktunya tepat, Ellina bersiap untuk pergi. Sebelum keluar, entah mengapa ia ingin sekali menoleh kearah ranjang.

Untuk terakhir kali ia menatap pria yang memperkosanya semalam dengan tatapan penuh luka. Pria itu terlihat damai dalam tidurnya.

Tidak berapa lama tatapan Ellina terputus ketika ia melihat sebuah dompet tergeletak diatas nakas.

Dengan sedikit ragu, Ellina melangkahkan kakinya mendekat. Kemudian ia meraih dompet Zean.

Ellina pikir sebelum ia pergi, ia harus memiliki bekal untuk bertahan hidup.

Sedangkan saat ini dirinya tidak memiliki uang sepeserpun.

Awalnya Ellina tidak berani membuka dompet itu. Namun setelah mempertimbangkannya akhirnya ia membukanya juga.

Meskipun Ellina sendiri belum tahu setelah mendapatkan uang tersebut ia akan pergi kemana.

Saat Ellina mulai membuka dompet Zean, ia terperangah dengan isi didalamnya. Begitu banyak sekali uang berwarna merah muda yang terjejer rapi disana.

Sejenak Ellina membatin.

Haruskah ia mengambil semua uang pria itu karena dia sudah merenggut keperawanannya? Bukankah itu sama saja dengan ia menjual dirinya?

Lalu bagaimana jika nanti pria itu melaporkannya atas tuduhan perncurian uang?

Keraguan kembali menyelimuti Ellina.

Akhirnya setelah cukup lama berpikir, Ellina pun meyakinkan dirinya bahwa uang itu tak sebanding dengan mahkotanya yang telah direnggut paksa oleh Zean.

Lantas Ellina pun mengambil seluruh uang Zean dari dompet lelaki itu.

Begitu juga dengan jas mahal milik Zean yang dipakai Ellina untuk menutupi bagian tubuhnya yang terekspos.

Setelah itu Ellina bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut ketika dirasa sudah tidak ada lagi orang yang berjaga didepan pintu.

.

.

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***