Fakta Menyakitkan

Seketika netra Devan membulat sempurna. Ia terkejut saat melihat siapa orang yang baru saja tiba diapartemen Lyora.

"Zean?!"

Tubuhnya mematung ditempat. Netranya menatap wajah Zean dan bunga yang tengah digenggam lelaki itu secara bergantian.

"Kau?!" suara Zean terkecat. Ia tak kalah terkejut melihat keberadaan sang rival diapartemen kekasihnya.

"Apa yang kau lakukan disini?! Bukankah ini apartemen Lyora?!" geram Zean. Sorot matanya tajam menatap lelaki dihadapannya.

Zean memperhatikan penampilan Devan dari atas sampai bawah. Lalu mengalihkan pandangannya kedalam ruangan. Ia yakin bahwa dirinya tak salah unit. Dan benar feelingnya, ini adalah apartemen Lyora.

Kemudian Zean kembali menatap Devan dan mengulangi pertanyaannya.

"Bajingan jawab pertanyaanku! Sedang apa kau diapartemen Lyora, DEVANDRA?!"

Dengan kasar Zean melempar bunga ditangannya kearah Devan. Amarahnya memuncak saat pikiran negatif berseliweran dikepalanya.

Sementara Devan mencoba tenang dan tak terpengaruh dengan amukan Zean. Ia tetap berdiri santai didepan pintu sambil memasukan tangannya kedalam saku boxernya. Lalu menatap Zean dengan tatapan sinis.

"Menurutmu? Apa lagi yang aku lakukan jika bukan bersenang-senang dengan wanitaku, Tuan Zean Arion Wijaya?" jawab Devan dengan tatapan mengejek.

"Wanitamu?!" Zean menyipitkan mata. "Lyora Fransisca adalah kekasihku, Devandra!" ucap Zean penuh penekanan. Sebisa mungkin ia menahan gejolak emosinya.

Mendengar jawaban Zean, Devan terkekeh. Ia semakin senang melihat ekspresi Zean yang terbakar amarah karena cemburu.

"Benarkah? Kalau begitu dia sudah tidak setia padamu Zean! Dia baru saja tidur denganku."

Deg

Perkataan Devan bagaikan petir disiang bolong yang menyambar tubuh Zean.

Wajah Zean semakin memerah. Tangannya mengepal kuat. Bahkan rahangnya mengeras menahan geram.

Tanpa banyak bicara Zean mendorong kasar tubuh Devan dan meninju wajah tampan itu dengan keras.

Buggh

Devan terhuyung dan tersungkur kelantai.

"APA YANG KAU KATAKAN BA JINGAN!"

Zean langsung menindih tubuh Devan dan menghajarnya secara membabi buta. Bahkan Zean tak memberi kesempatan pada Devan untuk bicara ataupun membalasnya.

Bugh Bugh Bugh

Berulang kali Zean melayangkan bogem mentah ke wajah Devan hingga kedua sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah.

Melihat Devan terkapar tak berdaya, Zean pun bangkit dari tubuhnya dan segera mencari sang kekasih.

"LYORA! LYORA!" teriak Zean. Sama sekali tak ada sahutan dari wanitanya.

Zean pun membuka pintu kamar pribadi Lyora dan betapa terkejutnya ia saat mendapati wanitanya tengah tertidur pulas dengan selimut yang menutupi tubuhnya hanya sebatas dada.

Deg.. Deg..Deg

Jantung Zean berpacu lebih cepat. Ia tidak menyangka akan melihat pemandangan seperti ini didepan matanya.

Sementara diluar kamar, Devan yang berusaha bangkit berdiri menatap punggung Zean sembari tersenyum sinis.

"Lyora?!" lirih Zean. Nafasnya tersendat. Tangannya mengepal kuat seiring dengan emosinya yang bergemuruh didalam sana.

Bahkan matanya mulai memanas ketika Zean melihat noda merah diatas sprei berwarna putih yang tidak tertutup selimut itu. Dan Zean tahu noda apa itu.

"Eughh Devan.." gumam Lyora pelan. Namun terdengar jelas ditelinga Zean. Membuat hati lelaki itu kian diremas oleh tangan tak kasat mata.

Rupanya Lyora masih dalam pengaruh minuman alkohol dan obat perangsang, hingga yang dia ingat hanyalah sosok Devan yang tengah menggaulinya.

Devan tersenyum puas. Inilah yang dia inginkan melihat kehancuran Zean.

Tanpa sadar Zean menitikkan airmata. Ia benar-benar tidak percaya bahwa Lyora akan mengkhianatinya.

Tiga tahun mereka menjalin kasih, selama itu Zean berusaha mati-matian untuk tidak menyentuh Lyora agar setelah menikah nanti, mereka memiliki malam pertama yang berkesan.

Namun faktanya kini, sang kekasih malah menyerahkan mahkotanya pada lelaki lain! Dan yang paling menyakitkan bagi Zean, Lyora tidur dengan rival bisnisnya sendiri.

Sungguh pengkhianatan yang sempurna.

Lyora mulai membuka mata. Perlahan-lahan ia mengerjap. Kedua tangannya menyentuh kepala yang teramat sangat pusing. Kemudian ia mengedarkan pandangannya, dan...

Deg Deg Deg

Netranya berhenti tepat pada tubuh Zean yang mematung. Lyora berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ia memfokuskan pandangannya dengan menyipitkan kedua matanya.

Dan ternyata ia tidak salah lihat. Lelaki yang tengah berdiri tidak jauh dari bibir ranjangnya adalah Zean, sang kekasih.

Saat itu juga mata Lyora melebar sempurna.

"Zean? Kau disini?"

Keduanya saling menatap. Zean memandang Lyora dengan tatapan marah, kecewa sekaligus jijik.

Sementara Lyora yang merasa aneh dengan tatapan Zean langsung melihat kearah tubuhnya sendiri. Dan betapa terkejutnya ia saat mendapati tubuhnya polos tanpa busana dan hanya terbungkus selimut tipis.

"A-apa yang terjadi denganku?!" tanya Lyora dengan bibir bergetar. Ia mencoba mengontrol rasa terkejutnya dan mengingat-ngingat apa yang sudah terjadi pada dirinya.

Zean menatap sinis.

"Kenapa kau malah bertanya Lyora? Bukankah kau baru saja bersenang-senang?" tanya Zean sarkas dengan hati yang luar biasa pedih.

Lyora kembali menatap Zean. Kini matanya sudah berkaca-kaca. Bahkan nafasnya tersendat untuk menjelaskan semuanya.

"Zean, ini tidak seperti yang kau lihat. Aku tidak.."

"Tidak apa? Tidak melakukan itu?!" netra Zean menunjuk noda merah yang terpampang nyata diatas sprei.

Lyora tampak syock melihatnya. Ia membekap mulutnya sendiri.

"Zean, sungguh aku tidak..."

"CUKUP LYORA!" bentak Zean hingga membuat gadis itu memejamkan matanya. "Aku tidak ingin mendengar pembelaan apapun dari mulutmu! Apa yang aku lihat sudah cukup menjelaskan semuanya! Bahwa kau telah mengkhianatiku!" ucap Zean dengan amarah menggebu-gebu.

"Mulai detik ini hubungan kita berakhir! Kau bukan lagi kekasihku!"

Lyora terhenyak mendengar keputusan Zean. Ia menggelengkan kuat kepalanya, bersamaan dengan air matanya yang mulai berderai.

"Tidak Zean! Aku bisa menjelaskan semuanya!"

Namun Zean yang terlanjur sakit hati tak menggubris panggilan Lyora. Ia menutup mata dan telinga lalu memantapkan hatinya untuk mengakhiri kisah cinta mereka.

Dengan langkah lebar Zean pun keluar dari apartemen itu dengan membawa sejuta luka didalam dada.

*****

Satu jam kemudian.

Selepas kepergian Zean, Lyora mulai sedikit tenang. Sebelumnya ia menangis histeris karena tidak menyangka bahwa Zean akan memutuskannya secara tiba-tiba.

Lyora masih belum percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Ia yang awalnya hanya ingin merayakan ulang tahun Devan, harus menerima pil pahit dalam hidupnya. Dimana mahkotanya harus terenggut oleh laki-laki yang tidak dicintainya.

"Kenapa kau lakukan ini padaku Devan?! Kenapa?! Apa salahku padamu?!" lirih Lyora sambil memeluk lututnya dengan kedua tangan yang melingkar.

Tubuhnya yang terbungkus selimut sampai batas leher ia sandarkan dikepala ranjang.

Air matanya sedari tadi terus berlinang dan tak mau berhenti.

"Kau tidak memiliki salah apapun Lyora. Kita melakukannya atas dasar suka sama suka." jawab Devan dengan entengnya sembari duduk disisi ranjang.

Lyora menatap Devan dengan tatapan penuh luka. Ia tidak percaya Devan akan mengatakan itu padanya.

"Apa katamu?! Atas dasar suka sama suka?! KAU BAHKAN MENIDURIKU SAAT AKU MABUK DEVAN!" teriak Lyora. "Dan sekarang aku kehilangan Zean."

Lyora kembali menangis tergugu. Sungguh ia tak bisa lagi membendung rasa sakitnya.

Devan diam mematung. Tiba-tiba rasa bersalah menyusup kedalam hatinya.

Ya, awalnya ia tidak berniat menyentuh Lyora. Semua diluar rencananya. Ia hanya ingin menjebak gadis itu untuk tujuan tertentu.

Namun siapa sangka, Devan terjebak permainannya sendiri hingga ia kehilangan akal sehatnya.

Dibawah pengaruh minuman alkohol dan obat perangsang, Lyora tampak begitu menggairahkan dimata Devan dan itu berhasil membuat kejantanannya bangkit.

Melihat tubuh Lyora yang kepanasan dan meliuk-liuk diatas ranjang jelas membuat hasrat Devan terpancing. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menggagahi gadis itu.

"Tak ada yang perlu disesali Lyora! Semua sudah terjadi. Kita sama-sama mabuk dan kita melakukannya tanpa sadar."

"Dan satu hal lagi, kau tidak perlu takut mengenai apapun. Kau tidak akan hamil karena aku tidak membuang benihku didalam rahimmu. Jadi kau tetap aman." ucap Devan tanpa dosa.

Lyora menatap nyalang lelaki itu dengan tajam.

"Kau benar-benar bajingan Devan! Jika aku tahu kau sebiadab ini aku tidak akan pernah mau mengenalmu! Sungguh aku benar-benar menyesal! Pergi kau dari sini! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" teriak Lyora dengan penuh emosi.

"Baiklah, aku akan pergi. Jaga dirimu baik-baik!"

Tanpa menunggu diusir dua kali, Devan segera bangkit dari duduknya. Kemudian ia pergi dari apartemen Lyora dengan lenggang.

Sementara Lyora kembali menangis terisak meratapi nasibnya yang sungguh sial.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ufika

Ufika

kasihan lyora padahal dia juga di jebak

2022-06-15

2

Redmi Empata

Redmi Empata

lyora dg zean blum berjodoh mungkin jodohnya zean gaduh yg d tabrak SMA zean...

2022-06-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!