Sama-Sama Terluka

Begitu Zean terbangun, ekspresi lelaki itu tampak marah.

Bagaimana tidak marah jika perempuan yang sudah disewanya dengan harga selangit demi bisa melayaninya tiba-tiba tidak ada dikamar yang mereka tempati. Bahkan Zean baru menyadari bahwa uang dan jas mahal miliknya pun raib dibawa kabur oleh perempuan sialan itu.

"Shiit! Berani sekali dia meninggalkanku dan mengambil semua uangku! Dasar perempuan ja lang!" umpat Zean sambil melempar dompetnya kesembarang arah dengan kasar.

"Padahal semalam aku sudah membayarnya dengan sangat mahal. Tapi dia masih berani mencuri uangku!" geram Zean.

Zean segera bangkit dari ranjang berniat pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Namun gerakannya terhenti kala sepasang matanya menangkap noda darah diatas sprei yang ia duduki.

Saat itu juga Zean terdiam. Tiba-tiba bayangan saat ia sedang bercinta dengan gadis bayarannya semalam terlintas jelas dikepalanya.

"Dia benar-benar masih perawan." gumam Zean. Seketika seringai tipis muncul disudut bibir lelaki tampan itu.

Jujur saja Zean merasa terpuaskan walau harus melakukannya dengan cara kasar dan penuh paksaan. Selain itu Zean merasa bangga sebab ia adalah lelaki pertama yang merenggut kesucian perempuan itu.

Namun tetap saja hati Zean terasa kosong. Karena ia melakukannya bukan bersama Lyora.

Zean hendak kembali melangkahkan kakinya, akan tetapi ia seolah teringat sesuatu.

"Tunggu! Bukankah gadis itu adalah gadis yang kemarin nyaris tertabrak olehku?!"

Deg.

******

Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh Ellina mendapatkan tempat tinggal. Sebuah kos-kosan kecil dengan harga yang cukup murah.

Ellina merebahkan tubuhnya diatas ranjang yang besarnya tidak seberapa. Mungkin hanya cukup untuk satu orang. Dan dua jika berbaring berdampingan.

Ellina merasa tubuhnya sangat lelah sekali. Ia menghadap langit-langit kamar sembari menghitung sisa uang yang dia ambil dari dompet Zean.

Ellina bertekad akan memakai sisa uang tersebut untuk menunjang kehidupannya kedepan sampai ia mendapat pekerjaan.

Rencananya sore nanti ia juga akan pergi ketoko baju untuk membeli beberapa pakaian dan kosmetik.

Setelah cukup lama terdiam, tak terasa airmata Ellina menetes. Ternyata perbuatan biadab Zean masih membekas dibenaknya. Ellina merasakan trauma hingga membuatnya lagi-lagi menangis.

Lalu ia memiringkan kepalanya menatap kearah jas Zean yang terlampir disisinya.

"Ya Tuhan kenapa nasibku jadi seperti ini?" gumam Ellina dengan lirih.

Ia kembali memandang langit-langit kamar. Lambat laun netranya semakin memberat dan Ellina pun tertidur.

******

Mobil mewah Zean sudah terpakir dihalaman depan kediaman sang kakek sejak sepuluh menit yang lalu. Namun lelaki itu tak kunjung turun dari mobil.

Zean bingung. Apa yang harus ia sampaikan pada keluarganya jika nanti mereka bertanya tentang hubungannya dengan Lyora.

Pasalnya mereka semua tahu bahwa kemarin dirinya akan melamar sang kekasih.

Zean menghembuskan nafas berat. Ia menjambak rambutnya frustasi ketika bayangan Lyora tidur bersama pria lain kembali hadir diingatannya.

Sesak dan sakit, itu yang Zean rasakan saat ini. Meski semalam ia berusaha meluapkan semuanya dengan meminum minuman keras hingga mabuk, bahkan ia sampai membeli keperawanan seorang gadis tapi tetap saja rasa sakit dan kecewa itu masih ada.

Karena Zean amat sangat mencintai Lyora.

"Kenapa kau sampai mengkhianatiku Lyora?! Kenapa?! Apa kurangnya aku?" lirih Zean.

Ia menyandarkan kepalanya pada jok mobil sambil memejamkan mata. Tak terasa bulir bening keluar dari sudut matanya.

Tak ingin berlarut-larut meratapi kisah cintanya yang berakhir menyakitkan, Zean segera menghapus air mata itu dan bergegas turun dari mobil.

Dengan langkah gontai Zean membawa kakinya masuk kedalam rumah.

"Zean! Kau sudah pulang?" tanya Andita begitu melihat kedatangan sang putra.

Semua orang yang tengah menikmati sarapan langsung menoleh kearah Andita lalu pandangan mereka beralih pada Zean yang hendak menaiki anak tangga.

Zean terkejut mendengar suara sang ibu. Ia pun menghentikan langkahnya dan menatap seluruh anggota keluarga yang tengah berada diruang makan. Kecuali Zyl. Gadis itu sedang tidak ada disana.

"Hem, ya Bu! Aku sudah pulang!" jawab Zean pelan.

"Kemarilah Nak! Kita sarapan bersama!" ajak Zidan.

"Tidak yah! Aku sudah sarapan ditempat Darren. Kalian lanjutkan saja sarapannya." dusta Zean.

Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah Zean kembali melangkahkan kakinya keatas menuju kamar pribadinya dilantai dua.

"Tapi sayang..." Andita hendak bicara namun Zidan menghentikannya dengan menggenggam lembut tangan sang istri.

"Biarkan dia, mungkin dia lelah!" ucap Zidan.

"Tapi aku belum menanyakan tentang kelanjutan hubungannya dengan Lyora, sayang!"

"Sayang, kita bisa menanyakannya nanti. Ayo habiskan sarapanmu!" titah Zidan.

"Suamimu benar Andita. Kau bisa menanyakan itu nanti. Zean pasti akan memberi kabar bahagia untuk kita semua." sahut Nyonya Liyana.

Andita terdiam. Mau tidak mau ia pun mengangguk patuh. Kemudian mereka semua kembali melanjutkan sarapannya.

Tanpa ada yang tau bahwa dikursi utama meja makan, Tuan Wildan tersenyum tipis menatap punggung sang cucu yang perlahan menjauh dari pandangannya.

Kakek tahu apa yang baru saja kau alami cucuku. Kakek terpaksa melakukan semua ini karena kakek tidak ingin kau dimanfaatkan oleh perempuan miskin itu.

Perempuan itu tidak pantas untukmu!

Kakek berjanji akan mencarikan perempuan yang tepat dan sederajat dengan keluarga kita!

.

.

Bersambung...

Jangan lupa like, komen, hadiah dan vote nyaa yaa biar autor semangat up nya ❤❤❤

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***