Pukul 10 pagi menjelang siang Angga baru saja kembali dari pekerjaannya sebagai nderes karet.
Suara motor Angga terdengar sampai ketelinga Putri yang sedang membuat adonan kue pesenannya.
"Assalamualaikum, dek?" salam Angga memasuki dapur.
"Walaikum salam, mas. Kok pulangnya agak siang, mas?" tanya Putri yang masih mengadoni bahan-bahan kue.
"Iya dek, tadi ngobrol bentar sama teman. Dia baru pulang dari Surabaya." Angga berjalan ke kamar untuk mengintip sang bayi yang sedang tertidur.
"Aurel gak rewel? Kenapa gak kamu titipkan ke ibu?" tanya Angga.
Putri yang teringat bagaimana sikap mertua dan kakak iparnya yang acuh tak acuh kepada dirinya pun tidak menjawab Angga.
Angga hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia paham sekali jika istri dan keluarganya tidak akur. Entah mengapa, Angga pun tidak dapat mengerti mengapa setiap menantu pasti selalu merasa tidak cocok dengan mertuanya.
....
Sore hari, seseorang yang memesan kue ulang tahun untuk anaknya pun datang.
"Berapa mbak putri kuenya?" tanya pelanggan.
"Udah sepakat ya mbak, harganya 120 ribu aja. Biasanya kan 150, tapi karena lagi pandemi jadi aku kurangi," jawab Putri.
"Oh ini mbak!" pelanggan itu pun memberikan uang pecahan 5 ribu.
Putri pun kembali menghitung uang recehan itu.
"Loh mbak, uangnya kurang 5 ribu?" tanya Putri setelah bolak-balik menghitung.
"Loh, apa iya mbak Putri. Ya Allah, maaf ya mbak, kayaknya uangnya jatuh atau nyelip. Duh, kayak mana ini ya?" Pelanggan itu terdengar ikut bingung. Tetapi Putri dapat melihat jika pelanggan itu hanya sedang berakting.
"Hem, ya udahlah mbak gak papa, segini aja." Putri pun tidak memiliki pilihan.
Pelanggan itu pun tersenyum puas.
"Wah! Makasih banyak ya mbak. Semoga rezeki mbak Putri lancar dan berkah!"
"Amiin, ya Allah!"
Usai pelanggan itu pulang. Putri bergegas untuk ke warung mbak Atun untuk membayar hutang.
Tetapi langkahnya terhenti ketika dia mendengar seseorang memanggilnya.
"Put! Putri..!?" Ternyata itu ibu mertua Putri.
"Iya buk, ada apa?" tanya Putri.
"Tadi ibu lihat kue kamu sudah bayar. Ibu mau ambil uang seratus ribunya tadi, buat bayar listrik," ujar sang ibu.
"Oh, sebentar ya buk!" Putri yang mendengar ibu mertua menagihnya pun merasa sangat kesal. Tetapi Putri mencoba untuk tenang.
Dia berjalan menuju Anggun yang baru pulang dari entah mana. Ketika Anggun turun dari motornya, dia di kejutkan dengan Putri yang memanggilnya.
"Mbak Anggun! Mbaaak!" teriak Putri memanggil.
"Apa sih, Put!? Kamu ini sukanya teriak-teriak!?" tanya Anggun.
"Mbak, aku ingin menagih hutang buat bayar ibu?" ucap Putri tanpa basa-basi.
Anggun pun langsung merasa sangat murka ketika dia di tagih seperti ini.
"Aku kan sudah bilang! Aku akan bayar hutang kalo mas Erpan sudah mentransfer uangnya!" sahut Anggun emosi.
"Dari tiga bulan yang lalu mbak Anggun juga bilangnya selalu begitu! Masak mbak Anggun gak kasihan sih sama aku sama mas Angga! Kami ini lebih susah hidupnya dari pada mbak Anggun!" sentak Putri dengan nada gemetar bercampur sesak di dada.
"Dih! Dasar adik ipar kurang ajar! Adik saya aja gak pernah nagih-nagih saya! Kamu siapa kok berani teriak-teriak ke saya!?" Anggun semakin melototi Putri.
Ibu karmi, mertua Putri dengan cepat menghadang menantu dan juga anaknya.
"Heh heh heh, sudah cukup! Kalian ini gak malu apa bertengkar seperti ini di depan rumah!?" tegur ibu.
"Buk, kamu lihat sendiri tuh menantu ibu yang kurang ajar!"
"Buk, ibu tau kan bagaimana keadaan keuangan ku sama mas Angga? Buat makan aja susah, buk! Apa ibu gak kasihan sama mas Angga dan anakku, mereka butuh makan buat hidup!" Air mata Putri kini mengalir begitu saja.
"Putri, Anggun ini adalah kakak kandungnya Angga. Ketika Angga sekolah, Anggun inilah yang membiayai sekolahnya. Jadi wajar jika Anggun meminjam uang kepada adiknya!" Ibu mertua terlihat sangat berat disebelah.
"Tapi masalahnya buk!" Putri seperti kehabisan kata-kata.
Anggun yang terlihat sedikit iba dengan air mata adik iparnya terpaksa mengeluarkan uang dari dompetnya.
Tetapi, karena kurang hati-hati, dompet itu pun jatuh dan mengeluarkan uang merah yang cukup banyak.
Ternyata sebenarnya suami anggun baru saja mentransfer uang kepadanya.
Sontak mata Putri langsung melebar ketika melihat uang itu.
Alhasil, mereka pun saling berebut uang yang jatuh kebawah.
"Putri! Itu uang aku, jangan di sentuh!" teriak Anggun sambil mendorong Putri.
"Mbak, di sini juga ada hak aku! Kamu bilang mas Erpan belum kirim, tapi ini apa!" Putri pun langsung kembali merebut uang itu.
"JANGAN! ITU UANGKU!" Anggun pun terlihat kualahan berebutan uang dengan Putri.
Ibu karmi hanya bisa berdiri karena malu melihat para tetangga yang menonton kelakuan anak dan menantunya dari kejauhan.
Di rasa uang Putri ambil sudah banyak, dia pun langsung berlari ke dalam rumahnya.
"PUTRIIIII, ITU UANGKUUUUUU!" teriak anggun yang menyusul Putri.
Putri pun tidak takut dan terus berlari ke dalam rumahnya sambil berteriak nama Suaminya.
"MAS ANGGAAAA! MAAAS ANGGAAAA!" Putri berlarian dalam rumah mencari sang suami.
Ternyata Angga baru saja mandi.
"Ada apa sih teriak-teriak!?" tanya Angga.
"Ini Mas!" Putri menunjukan uang banyak kepada Angga sambil tersenyum puas.
"Mbak Anggun sudah mengembalikan uangnya. Mas Erpan sudah mentransfer uangnya!" lanjutnya sambil terengah-engah karena lelah.
Tidak lama, Anggun pun masuk dan melihat Putri yang tersenyum menang di samping sang suami.
"Mbak Anggun!? Ini beneran mas Erpan sudah transfer. Makasih banyak ya mbak, alhamdulillah!" Angga pun tersenyum melihat uangnya.
Anggun hanya bisa tersenyum canggung. Kali ini dia tidak dapat mengelak lagi.
"I-iya dek, tapi kayaknya itu kelebihan uangnya?" ucap Anggun memberi tahu Angga.
Angga pun mengambil uang dari tangan Putri dan menghitung uang tersebut.
"O iya, bener mbak. Uangnya lebih 200ribu. Makasih banyak ya mbak, akhirnya hutang mbak lunas juga. Ini 1.700.000-nya Angga terima ya, mbak?" ucap Angga dengan resmi mengatakan jika mbaknya tidak lagi ada hutang padanya.
"I-iya dek, sama-sama. Mbak juga makasih banyak sama kamu karena udah menjamin mbak uang." Anggun benar-benar sangat bermuka dua.
Tidak lama ibu karmi pun datang.
"Angga, ibu mau menagih uang yang kemarin?"
Putri pun dengan tersenyum menghampiri ibu mertuanya.
"Buk, ini uang yang kemarin. Makasih banyak ya karena ibu sudah mau meminjami Putri." Putri pun memberikan uang seratus ribu kepada sang ibu mertua dengan senyum yang sangat manis.
Setelah mendapatkan uangnya, ibu karmi langsung menyeret Anggun untuk ikut bersamanya pulang.
"Anggun, ayok kita pulang sekarang!"
"Iya buk!" sahut Anggun mendengus kesal.
Anggun kesal karena uang itu akan dia belikan hp baru. Karena hp-nya yang lama sering di pakai oleh anaknya untuk belajar daring, jadi dia tidak leluasa memainkan tik-tok kesukaannya.
Kali ini, Anggun benar-benar telah resmi menganggap adik iparnya adalah musuhnya.
.
.
.
.
.
.
..
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN.
KARYA INI MENGADAKAN EVENT.
11 PEMENANG AKAN DI UMUMKAN KETIKA KARYA INI TAMAT.
10 PEMENANG AKAN MENDAPATKAN PULSA SEBESAR 10.000.
DAN JUARA SATU AKAN MENDAPATKAN HADIAH SPESIAL SEBESAR 25.000.
CARANYA..
BERI DUKUNGAN DAN HADIAH KEPADA AUTHOR SEBANYAK-BANYAKNYA 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
mantap wkwkwk!!! Putri keren weessss... sekali2 mmg harus bgitu utk mempertahankan hak kita. klo terus mengalah yg ada ya diinjak-injak terus. seperti Angga tuhh. terlalu lemah & gk tegaan karena merasa berhutang budi pd kakaknya. tp justru itu yg selalu dijadikan senjata oleh Anggun utk terus ngutang tanpa mau tau & peduli dg keadaan adiknya & klrga kecilnya yg kekurangan. puas banget lohh.. Putri bisa memukul telak & Anggun di bikin KO😅😅
2022-08-03
4
Mulaini
Angga kok gak bisa tegas ya?
2022-07-22
1
marni sumarni
wahh seru nih.. jarang2 yg crtia kdhpn orag susah
2022-07-03
1