Menikah Tak Semudah Bayangan
Angga meratapi nasibnya yang kini jauh dari segala angan-angan. Dia termenung dan membayangkan 2 tahun silam ketika dia melamar sang kekasih.
2 tahun silam di sebuah permainan pasar malam. Angga dan putri terlihat sangat malu-malu hanya untuk sekedar memakan jagung bakar di tangan mereka.
"Dek?" panggil Angga kepada Putri.
"Iya, mas?" jawab Putri malu-malu.
"Apa janggugnya gak enak? Kegosongan ya jagungnya?" tanya Angga yang melihat jika Putri hanya menggerogoti jagung dikit-dikit.
"Oh, gak kok, mas. Jagungnya enak, cuma aku malu aja," jawab Putri.
"Malu kenapa putri? Kita udah hampir satu tahun pacaran, tapi kamu masih saja malu-malu sama aku. Aku pegang tangannya aja gak boleh," tutur Angga.
"Kata bapak kan gitu mas. Kalo jalan gak boleh macem-macem. Kalo niatnya mau makan, ya makan aja, ngapain harus pegang-pegang tangan," jawab Putri.
Masya Allah. Angga benar-benar merasa jika Putri adalah calon istri yang sangat Sholehah untuknya. Sungguh beruntung dirinya karena berhasil mendapatkan hati sang Putri.
Fix. Aku akan melamar putri secepatnya setelah dia lulus sekolah. batin Angga, karena Putri saat ini masih mengikuti ujian nasional.
"Ya sudah, kita pulang yuk? Kata bapak juga kan gak boleh pulang malam-malam. Jam 8 harus segera pulang," lanjutnya putri.
Padahal mereka baru pergi setelah bada isya. Sekarang baru jam 8, berarti mereka baru jalan selama waktu kurang dari 30 menit.
Angga yang tidak ingin membuat Putri marah pun langsung menuruti maunya meski sebenarnya dia masih ingin berlama-lama dengan Putri untuk menikmati permainan pasar yang jarang-jarang ada di desa mereka.
Permainan pasar malam hanya akan ada ketika ulang tahun desa. Itu pun tidak mesti setiap tahun ada.
Menggunakan motor king, Angga membawa motor dengan sangat lambat supaya bisa berlama-lama dengan Putri.
Putri pun hanya bisa diam. Dia juga berpikir jika Angga pelan membawa motor itu karena takut akan celaka.
"Putri, kalo kamu sudah lulus, boleh gak aku lamar?" tanya Angga ragu-ragu.
Putri kurang paham harus menjawab apa.
"Gak tau mas, Putri ikut bapak aja. Kalo boleh insya Allah Putri mau," jawab Putri malu-malu.
Angga pun langsung tersenyum samar-samar.
"Dek, mamas ini beneran cinta loh, dek. Mas hancur kalo dek Putri menolak lamaran mamas," ucap Angga mencoba untuk meyakinkan Putri betapa seriusnya dirinya.
"Yah, kok gitu mas. Jangan hancur geh mas, Putri mau kok nikah mas Angga. Mas Angga orangnya baik juga ganteng," jawab Putri yang masih malu-malu.
Angga sangat senang ketika dirinya di puji oleh sang pujangga hati. Tapi sayang, meski motor sudah melaju sangat lambat, tetapi mereka sudah sampai di depan rumah Putri.
Angga sebenarnya masih ingin ngobrol dengan Putri, tetapi bapak Putri sudah menunggu mereka sedari tadi di depan teras. Mau tidak mau Angga pun harus mengakhiri pertemuan dengan sang pujangga hati.
"Om, saya langsung pamit ya? Assalamualaikum," ujar Angga yang bahkan enggan untuk turun dari motor. Bukan karena apa, hanya melihat kumis sang bapak saja sudah membuat kaki Angga terasa lemas.
"Putri, lihat teman kamu itu. Tidak ada sopan-sopannya sama orang tua!" sindir bapak.
"Makanya kumis bapak di kerok, geh. Semua orang pada takut kalo liat kumis bapak," jawab Putri mencoba membela sang pacar.
"Justru itu! Kalo bapak gak galak, nanti banyak laki-laki kurang ajar yang sering mengapeli anak bapak ini," jawab sang bapak. "Masih sekolah sebenarnya gak boleh pacar-pacaran. Udah kaya bapak gak kasih yang jajan aja!"
Putri pun sedikit ragu untuk berbicara, tapi mau gak mau Putri harus coba dulu.
"Pak, masuk yuk. Ada yang ingin putri omongin."
Sang bapak pun menurut dan masuk. Di sisi lain, Angga ternyata belum pulang. Dia berhenti di dekat rumah Putri tetapi gak terlihat karena ada semak-semak.
Angga mencoba untuk menguping apakah Putri mau menuruti perkataannya untuk meminta izin.
"Bapak, kata mas Angga, dia gak mau pacaran lama-lama. Jadi nanti pas Putri lulus, dia mau melamar Putri, bagaimana pak?" tanya Putri ragu-ragu.
Bapak pun memainkan kumisnya sambil menatap sang anak.
"Hem... Ternyata dia lelaki yang bertanggung jawab. Tapi semua bapak serahkan semua kepadamu," jawab sang bapak.
Di balik jendela, Angga pun kegirangan dan pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Mulai saat ini, dia akan menyiapkan segalanya untuk melamar sang kekasih.
Angga dan Putri sama-sama membayangkan hidup bahagia dalam satu atap bersama. Melalui suka duka bersama-sama. Sepertinya hidup akan sangat mudah jika di lalui bersama-sama.
.....
Sampai akhirnya hari H pun tiba, acara resepsi pernikahan pun berlangsung. Dua mempelai terlihat sangat bahagia duduk di singgah sana.
Tetapi namanya saja di desa, ada saja orang-orang julid yang suka bergosip.
"Masih kecil udah di nikahi. Baru lulus harusnya biarin di suruh kerja dulu," ujar lambe turah 1.
"Anakku tak suruh kuliah dulu. Biar enak kalo di nikah bisa ikut kerja cari duit sendiri. Jaman sekarang kalo gak sekolah tinggi mau jadi apa!" lanjut lambe turah 2.
"Halah, palingan udah hamidun duluan. Kalo nggak, mana mungkin!" sahut lambe turah 3.
"Masak iya sih, Yu. Padahal Putri kayaknya orangnya kalem, baik. Bapaknya Lo padahal galak banget!" ujar Lambe turah 1.
Masih sambil mengiris bawang merah, mereka pun sangat khusyuk bergosip sampai tidak sadar jika Angga sudah ada di belakang mereka. Angga kebelakang karena dia ingin membuang air kecil.
"Ya Allah, berilah azab yang setimpal untuk orang yang suka bergosip dan dzolim. Amiin...!" suara Angga pun menganggetkan ketiga lambe turah itu.
Ibu-ibu itu hanya bisa menundukkan kepala mereka berpura-pura tidak dengar dan tidak tahu kehadiran Angga.
.....
Sampai akhirnya, malam pertama pun tiba. Di khayalan Angga, malam pertama adalah hal yang benar-benar sangat syahdu.
Angga pun membayangkan ketika dirinya mencium istrinya yang masih terlihat malu-malu.
Sampai akhirnya dunia nyata pun membuyarkan lamunan Angga.
MAK KLUNTAAAAANG...
KLUANTAAAANG...!
MEOOOOOOOOOOONG......!"
"DASAR KUCING AS******.... !" teriak Putri sambil mengejar kucing yang sudah lari terbirit-birit sambil membawa ikan di mulutnya.
"Putri! Ada apa sih?" tanya Angga kaget.
"Bilangin sama ibu kamu, mas! Kalo gak bisa kasih makan kucing, Gak usah pelihara KUCING...!" tukas Putri dengan mata yang menyala.
"Apa sih, dek. Cuma kucing kok heboh," sahut Angga.
"Apa kamu bilang apa, mas? Terus aku harus diam aja kalo lawuh satu-satunya di ambil kucing!? Kamu mau makan pakek apa, Maaass!?" Putri semakin berapi-api ketika sang suami tidak membelanya dan malah membela kucing itu.
"Ya sudah, sudah. Aku akan makan nasi sama kecap aja," jawab Angga mencoba untuk mengalah, karena memang perekonomian mereka lagi tercekik. Musim pandemi jarang orang yang mau membangun sesuatu. Karena pekerjaannya adalah jadi tukang bangunan di desa mereka.
"Kecap habis!" sahut Putri.
"Hem, ya udah sama garem aja."
"Garem tinggal sak cumut mas. Besok pagi masak pakek apa kalo garem kamu makan juga?"
"Ya, udah! pakek nasi aja udah cukup!" sahut Angga pasrah.
Di meja makan, Angga hanya bisa menelan nasi dengan susah ketika melihat sang istri dengan nikmat makan nasi dengan satu ikan asin.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA LIKE AND KOMEN ☺️☺️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
𝑨͢𝒔𝒌𝒂
alhamdulillah makasih banyak yah Kak udah masuk pulsa nya dari siang tadi tapi baru sempat on sekarang 🤭
semoga sukses selalu untuk semua karya-karya nya 🥰
2022-10-20
3
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
pas pacaran Putri terkesan malu2.. bgitu dh nikah smua berubah drastis... jd sadis & bengis. masa iya tega suaminya makan nasi putih doang? knp gk dibagi 2 tuh ikan asin? wkwkwk.. nasipmu, Angga.. keknya uang belanja musti ditambah dh.. biar Putri balik kalem & manis kek waktu pacaran. semangat Angga!! semangat thor😁✌
2022-08-03
2
syafridawati
like dan fav mampir
2022-06-16
3