Please, Mengertilah!

"Mas!?" Putri berbicara sambil tangannya memilih duri yang ada di ikan asin..

"Iya, dek?" Angga pun menatap sang istri.

"Besok ada pesanan kue untuk ulang tahun."

"Alhamdulillah. Kalo gitu besok mas bantu jagain Aurel ya. Kebetulan besok mas gak ada kerjaan." Angga mencoba untuk memberi perhatian.

"Bukannya mas memang gak ada kerjaan dari dua bulan yang lalu? Tumben mau bantu-bantu?" sindir Putri.

"Ya sesekali bantu kan gak papa."

"Mas, harusnya mas Angga itu bantu aku setiap hari, bukan sekali-kali! Kerja nggak, main terus, ngabisin uang gak jelas!" sentak Putri kesal.

"Mamas ini gak main loh, dek! Mamas lagi tanya-tanya kerjaan sama teman. Siapa tau mereka punya loka. Lagian mamas bukan ngabisin uang gak jelas, tapi teman mas minjam buat ongkos berangkat kerja ke luar kota. Kata dia, kalo ada loka mamas pasti akan di kabarin," jelas Angga.

"Kamu itu cuma di peralat sama teman kamu mas. Buktinya sampai sekarang dia gak ngabarin mamas."

"Hem, ya kalo dari sananya gak ada kerjaan mau gimana lagi." Angga terlihat menghela nafas.

"Mas, aku minta uang buat modal beli bahan bikin kue?" pinta Putri.

"Em, mamas lagi gak megang uang sepersen dek. Kamu ngutang aja dulu tempat warung mbak Atun, ya?"

Putri pun mendelik ke arah Angga membuat Angga salah tingkah.

"Loh! Uang hasil nderes kemarin mana? Bukanya minggu ini giliran Mas Angga yang dapat jatah nderes karet!?" tanya Putri yang mulai terlihat kesal.

"Nganu dek, uangnya di pinjem sama mbak Anggun buat beli magiccom. Katanya Magicom ibu rusak," jelas Angga.

Anggun adalah kakak perempuan Angga yang tinggal di rumah orang tua Angga yang bertepatan dengan sebelah rumah yang Angga dan Putri tumpangi.

"Ya ampun, Maaaas! Magicom ibu itu gak rusak mas, cuma kalo pas nasinya udah matang colokannya harus di cabut, kalo nggak nasinya akan cepat basi. Aku udah ngomong sama ibu supaya colokannya di cabut aja kalo nasinya udah matang. Kalo nasinya dingin juga bagus kok buat kesehatan!" Putri nampaknya mulai berapi-api.

"Ya masalahnya mbak Anggun gak bisa makan nasi dingin, dek!" Angga masih mencoba untuk membela keluarganya.

"Ya Allaaah!"

"Aaarggh! Panas-panaaas!" Putri mencoba mengontrol emosi dengan mengipaskan wajahnya pakai tangan.

"Mas!" Putri kembali menatap wajah sang suami.

"Kamu tahu, utang kita di warung mbak Atun sudah tembus dari 200ribu. Kamu tau, ibu-ibu kalo sedang menggosip, ngomongin apa!? Ngomongin aku mas!" Putri memperagakan ibu-ibu kampung sedang menggosipi dirinya.

"Hey, kalian tau gak! Putri akhirnya memecahkan rekor hutang terbanyak di warung saya!"

"Eeeh, masak iya mbak Atun. Padahal kayaknya anaknya kalem, gak suka hutang, gak suka bergosip!"

"Kata siapaaaa, kalem? Dia itu suka ngebantah sama mertuanya, apa lagi sama mbak iparnya, gak ada sopan-sopannya!"

"Masak sih, yuu? Yang bener, kamu kata siapa?"

"Aku kemarin liat sendiri, Putri marah-marah sama mbaknya cuma gara-gara uang 50 ribu. Pas aku tanya sama Anggun, katanya uangnya hilang 50 ribu dan dia langsung menuduh Anggun. Apa ngak ngelunjak namanya tiba-tiba menuduh mbaknya sendiri maling."

Setelah mempraktekan gaya ibu-ibu yang menggosipkan dirinya, Putri langsung kembali duduk di samping suaminya untuk melihat reaksinya.

Angga pun sedikit bingung harus berkata apa. Sebenarnya Dldia tahu jika bukan mbaknya yang mengambil uang istrinya. Tapi dia sendiri yang mengambil uang istrinya untuk di berikan ke mbaknya.

"Ee.. Mmm.. itu kan cuma gosip tetangga, kamu jangan dengerin dan ambil hati ya? Besok aku akan coba meminjam uang sama ibu buat modal kamu bikin kue," ucap Angga mencoba untuk menenangkan sang istri.

"MAS!" Putri pun nampak sangat kecewa dengan respon sang suami.

"Aku masak pakai panci karena gak punya Magicom! Tapi kamu dengan mudahnya memberikan uang jatah kita ke mbak cuma gara-gara dia gak bisa makan nasi dingin!? Setiap mbak meminjam uang langsung kamu kasih! Kalo aku minta uang buat beli beras, kamu seolah-olah berfikir aku memintanya untuk membeli berlian! Kamu ini sebenarnya perduli gak sih sama aku!? Aku ini istri kamu loh mas, sudah jadi kewajiban kamu memberi aku nafkah!" Putri akhirnya melupakan unek-unek yang sudah dia pendam.

"Huuusstt!" Angga pun langsung membungkam mulut Putri karena takut jika ada yang mendengar. "Jangan keras-keras, gak enak di dengar tetangga!" tegur Angga.

Putri pun akhirnya mengatur nafasnya untuk mengontrol emosinya.

"Mas, bukannya setiap minggu kita bergantian menderes karet? Seminggu bapak, seminggu mbak, seminggu kita. Kalo jatah kita kamu kasih ke mbak, terus kita makan apa mas!? Kamu kerja aja nggak, aku sendiri gak mesti dapat pesanan kue karena lagi musim pandemi kaya gini. Di tambah mbak Atun terus-menerus menagih uang warung. Aku harus kaya mana, mas!?" Terlihat Putri yang sangat lelah dengan semua keadaan ini.

Apalagi statusnya yang menyandang mama muda, tentu itu sangat berpengaruh kepada psikis Putri. Mentalnya jelas sangat di pertaruhan untuk menghadapi segala cobaan yang ada.

"Sudah-sudah, mamas sangat ngerti perasaan adek. Mamas janji setelah ini gak akan meminjami mbak sebelum uang yang sebelumnya di kembalikan. Besok Mamas juga akan minjam uang ke ibu buat modal kamu buat kue. Oya, kata mbak kita di suruh pakai Magicom yang lama. Besok akan mas ambil sekalian."

"Ngak! Aku gak mau! Jangan di ambil, mas!?" Putri beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamarnya.

Angga pun menyusul Putri ke dalam kamar.

"Loh, kenapa ngak mau dek!?" tanya Angga.

"Ya kalo Magicom lama di ambil, pasti nanti utangnya gak di pulangin sama mbak! Aku itu paham mas sama sifat mbak kamu. Pokoknya aku gak mau, aku cuma mau uang kita di pulangin! Aku gak masalah masak nasi di panci." Putri dengan kesal merebahkan tubuhnya di samping anaknya yang sudah tertidur pulas.

Angga yang tidak ingin berdebat lagi dengan istrinya pun langsung keluar kamar dan membiarkan Putri tidur.

Padahal Putri sama sekali tidak memejamkan matanya. Dia justru sedang menguras danau yang ada di matanya. Rasanya benar-benar sangat lelah berada di situasi seperti ini.

Hanya demi keutuhan keluarga dan demi sang anak yang masih bayi, Putri harus menyimpan semua duka untuk dirinya sendiri.

Putri bisa saja mengadu pada bapaknya. Tapi jika sampai Putri mengadu, maka hubungannya dengan Angga akan langsung berakhir. Atau bapaknya akan ikut urusan rumah tangga mereka. Putri tidak ingin merusak nama baik Angga di depan keluarganya

Jadi jika Putri berkunjung ke rumah bapak ibunya. Dia sama sekali tidak menceritakan ketegangan yang selalu terjadi di rumah tangganya karena campur tangan mertua dan kakak iparnya.

Di sisi lain,

Angga menuju dapur berniat untuk membuat kopi. Cukup melihat gula yang hanya tinggal beberapa sendok, Angga pun mengurungkan niatnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN.

KARYA INI MENGADAKAN EVENT.

11 PEMENANG AKAN DI UMUMKAN KETIKA KARYA INI TAMAT.

10 PEMENANG AKAN MENDAPATKAN PULSA SEBESAR 10.000.

DAN JUARA SATU AKAN MENDAPATKAN HADIAH SPESIAL SEBESAR 25.000.

CARANYA..

BERI DUKUNGAN DAN HADIAH KEPADA AUTHOR SEBANYAK-BANYAKNYA 🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

Erna Waq

Erna Waq

memang sulit hidup berdampingan sama ipar...

2025-04-12

0

Cemplox Tink

Cemplox Tink

mewakili kisah didesa desa

2023-01-08

0

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

bukan slh Putri dong klo Angga gk bisa menikmati kopi panas yg manis??? mungkin klo pas pacaran kopi. pahit akan terasa manis klo minumnya sambil ngelihatin sang pujaan hati. tp setelah menikah pahitmu kenyataan melebihi pahitnya kopi tanpa gula. kenyataan bahwa tdk cukup hanya dg cinta utk bisa membahagiakan Putri... tp materi jd yg hakiki. part 1 seolah Putri yg tega sama suaminya.. tp di part 2 ini jelas Angga yg tega membiarkan istrinya menderita batin sebab haknya tak dipenuhi oleh suaminya. Angga gitu sihhhh... bengek dh!!!

2022-08-03

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!