Marah ada Alasannya.

Karena di rumah tidak ada kopi dan gula hanya tinggal beberapa sendok, akhirnya Angga berjalan menuju rumah orang tuanya yang tepat ada di sebelah rumah yang dia sewa.

Terlihat Bapaknya Angga sedang duduk sendiri di depan teras.

"Assalamualaikum, pak?" sapa Angga.

"Walaikum salam, belum tidur Le?" tanya si bapak.

"Belum, pak. Pak, ibu udah tidur belum?" tanya Angga.

"Belum, masih nonton tv itu di dalem sama mbak mu."

Angga pun berjalan ke dalam dan melihat ibu dan mbaknya sedang menonton tv.

"Angga, kamu belum tidur to dek?" tanya Anggun.

"Belum, mbak. Bu, kopi masih gak?"

"Masih Le, buat aja sendiri di belakang," sahut sang Ibu.

Angga pun membuat kopi sendiri dan kembali ke ruang tv.

"Buk, Angga pinjam uang buat modal Putri buat kue ya. Dia ada pesanan kue besok, kalo udah di bayar nanti langsung di kembalikan," ujar Angga menyampaikan kedatangannya.

"Maaf ya dek, gara-gara mbak kamu jadi susah." Anggun berakting menyedihkan.

"Gak papa mbak. Nanti kalo mas Erpan transfer bisa di kembalikan uangnya. Lagian dulu waktu Angga sekolah, mbak juga bantu biayain sekolah Angga," jawab Angga sok seperti sudah punya uang banyak. Padahal istrinya hampir sering kelaparan di rumah.

"Istrimu pasti marah kan uangnya mbak pinjem?"

"Dikit mbak. Tapi gak papa kok, yang penting pinjami aku buat modal dia buat kue besok."

"Berapa?" tanya Ibu.

"Seratus aja buk."

"Ya udah ibu ambilkan dulu."

Usai memberikan uang seratus ribu, Angga langsung meneguk habis kopinya yang sudah mulai dingin.

"Buk, mbak, Angga pulang dulu ya."

"Itu Magicom yang lama jadi mau di bawa gak Ngga?" tanya Anggun.

"Em, kata Putri nggak mbak. Katanya takut listriknya naik," jawab Angga berbohong. Padahal sebenarnya Putri hanya takut kalo hutangnya tidak dibayar.

"Alah, Magicom loh listriknya seberapa." Anggun nampak sewot.

Angga cuma tersenyum lalu pergi, karena dia sedang tidak ingin mendengar keluarganya menjelek-jelekkan istrinya

"Pak, Angga pulang dulu."

"Iya, Le. Sudah malam gek bubuk. Besok tolong gantiin bapak nderes ya, Le? Mbak kamu ada acara di sekolahan Puji. Bapak lagi gak enak badan mau nderes," ujar si bapak.

"Oh, iya pak. Tapi nanti hasil nderesnya bagi dua ya? Hehehe."

"Gampang!" jawab si bapak.

Angga pun pulang dengan wajah yang sumringah.

Ketika Angga masuk rumah, dia melihat istrinya yang sedang mengganti popok anaknya yang mengompol. Karena anaknya tidak menggunakan Pampers.

"Apa Aurel bangun?" bisik Angga.

"Nggak, mas. Cuma pipis aja sama minta nyusu," jawab Putri yang sudah terlihat lebih tenang.

"Kalo udah mamas tunggu di depan ya?"

"Iya, mas."

Setelah menggantikan anaknya popok. Putri pun langsung menuju ruang tamu.

"Dek, ini uang buat belanja besok." Angga memberikan uang seratus ribu kepada Putri.

"Makasih, mas. Ini dari ibu apa dari mbak Anggun?" tanya Putri.

"Aku minjam sama ibu. Mbak Anggun pasti akan mulangin uang kita kalo sudah dapat kiriman dari mas Erpan."

Putri kembali menghela nafas berat.

"Aku gak mau tau, pokoknya nanti untung dari jualan kue bakal buat nyicil bayar hutang ke warung mbak Atun!"

"Tapi, dek. Mas udah bilang sama ibu kalo uang kue sudah bayar, uang ini bakal mas balikin. Uang ini buat bayar listrik kata ibu," jelas Angga.

"Ya mamas minta aja uang sama mbak Anggun. Hutang dia sama kita 1.700.000 ribu, kalo di tagih cuma bilang tarsok-tarsok( bentar besok)! Aku juga butuh makan, mas!" Putri mulai kembali kesal.

"Hem, ya udah. Nanti biar mas ngomong sama mbak."

"Dari kemarin, kemarinnya, dari berbulan-bulan yang lalu mas Angga juga ngomongnya gitu. Nanti aku ngomong sama ibu, nanti aku ngomong sama mbak Anggun, ini udah dua bulan utangnya gak di bayar dan malah minjam lagi. Memangnya mas Erpin gak hasil apa kerjanya di luar kota sana!?" Keluh Putri.

"Ya ini kan musim pandemi, dek. Lagi susah cari kerjaan."

"Udah tau lagi susah gitu sok minjemin temen, minjemin mbak! Belum-belum istrinya susah mau makan! Tau, Ah! Aku mau tidur." Putri pun kembali ke kamar dan tidur.

Angga menghela nafas. Dia sangat bingung dengan kondisinya saat ini. Dia berfikir, apakah dia terlalu baik dan terlalu royal dengan orang di luar sana?

Tapi Angga berfikir jika keroyalannya kepada teman-temannya akan membuahkan kebaikan untuknya di kemudian hari. Karena teman adalah rantai terpenting dalam urutan siklus kehidupan. Pikir Angga.

..............

Subuh ini Angga terlihat akan mulai berangkat nderes karet.

Putri yang baru selesai sholat subuh pun langsung menghampiri suaminya.

"Loh, mas Angga mau kemana?" tanya Putri.

"Mau berangkat nderes, dek."

"Loh, bukannya Minggu ini jatah bapak ya?" tanya Putri.

Karena lahan karet hanya ada sepetak. Jadi keluarga memutuskan untuk bergantian mengambil getah. Minggu pertama Bapak, Minggu kedua Mbak Anggun dan Minggu ketiga Angga. Hal ini terus berlanjut jika sampai Angga masih tidak juga mendapatkan pekerjaan.

"Iya, bapak bilang lagi gak enak badan, dan mbak Anggun lagi ada acara di sekolahan Puji. Jadi mamas yang gantiin bapak, tenang aja, kita nanti dapat separonya," ujar Angga.

"Jangan di ambil mas, kasihan bapak. Itukan jatah dia."

"Kamu itu gimana sih, dek! Bentar-bentar marah karena gak ada uang, pas ada rezeki malah di tolak!?" Angga semakin tidak mengerti dengan istrinya.

"Ya bedalah mas. Aku marah karena hak aku kamu kasihkan ke orang lain. Sedangkan ini jatah bapak, hak bapak, bukan hak kita mas! Itung-itung kamu membantu bapak. Lagian kita sebagai anak belum pernah bisa kasih apa-apa ke orang tua. Kalo gak bisa kasih uang ya bantu dengan tenaga. Banyak pahalanya loh mas kalo kita berbakti kepada orang tua." Kini Putri semakin fasih menasehati sang suami.

Angga hanya bisa terdiam. Diamnya bukan karena setuju dengan ucapan Putri, Angga hanya tidak dapat mengerti dengan sikap wanita yang selalu ingin benarnya sendiri.

"Ya sudah, terserah kamu aja. Tapi nanti kalo bapak ngasih ya aku gak nolak. Kalo kamu gak mau duitnya ya biar buat aku aja," ucap Angga yang langsung menaiki motor grandongnya untuk berangkat ke ladang.

Putri berjalan ke arah suaminya dan mencium tangannya.

"Ya udah, hati-hati di jalan ya mas?"

"Iya dek. Assalamualaikum!"

"Walaikum salam."

Usai membersihkan rumah. Pagi ini Putri bergegas akan ke warung yang menjual bahan-bahan untuk buat kue di tempat langganannya.

Tidak jauh dari rumah, tapi akan cukup melelahkan juga jika di tempuh dengan berjalan kaki.

Ketika sedang berjalan sembari menggendong bayinya. Putri melihat Kakak ipar dan ibu mertuanya melewati dirinya tanpa mau menegur ataupun menoleh kearahnya seolah-olah mereka tidak melihat Putri di pinggir jalan.

Putri pun hanya bisa mendengus kesal melihat kakak ipar dan ibu mertuanya yang selalu bersikap acuh tak acuh kepadanya. Jika Putri tidak menegur duluan, jangan berharap mereka akan menyapa Putri dan juga anaknya.

.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN.

KARYA INI MENGADAKAN EVENT.

11 PEMENANG AKAN DI UMUMKAN KETIKA KARYA INI TAMAT.

10 PEMENANG AKAN MENDAPATKAN PULSA SEBESAR 10.000.

DAN JUARA SATU AKAN MENDAPATKAN HADIAH SPESIAL SEBESAR 25.000.

CARANYA..

BERI DUKUNGAN DAN HADIAH KEPADA AUTHOR SEBANYAK-BANYAKNYA 🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

Cemplox Tink

Cemplox Tink

kasihan putri

2023-01-08

0

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

apa sebelum menikah Angga tdk pernah mengenalku Putri pd keluarganya ya? kok sepertinya ibu & mbaknya cuek gitu sm Putri & anaknya???

2022-08-03

3

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

hehehehe.. wanita selalu benar & sulit dimengerti. susah ditebak. mereka butuh dipahami. Angeeellll wehhh..

2022-08-03

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!