VIRA (Viki Dan Nara)
Tidak ada satupun manusia yang menginginkan jika dirinya sakit. Penyakit yang bahkan tidak ada obatnya. Penyakit yang merupakan aib bagi diriku sendiri dan keluarga.
Tapi sampai detik ini, keluargaku tidak ada yang mengetahui jika aku mengidap penyakit tersebut. Kecuali kedua temanku.
Mereka berdua mengetahuinya sejak kita SMA. Alih-alih meninggalkanku, mereka malah semakin menjagaku. Memberi dukungan. Dan selalu berada di sampingku.
Ella dan Denis. Kedua sahabat sejati yang aku miliki.
Aku memiliki penyakit kelainan sek-sual. Diriku yang seorang lelaki, sama sekali tidak tertarik dengan yang namanya perempuan cantik dan seksi.
Aku malah bernafsu dan hasratku akan muncul jika melihat lelaki yang sama denganku. Berbadan kekar, mempunyai perut kotak-kotak. Dan pastinya tampan.
Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Dan di sana aku bertemu dengan seorang lelaki yang juga mengaku memiliki kelainan seperti diriku.
Hubungan kita berjalan hampir satu tahun. Aku selalu memanjakannya dengan berbagai materi yang berlimpah.
Tapi pada kenyataannya, kita bahkan tidak pernah melakukan hubungan layaknya pasangan pada umumnya. Berciuman saja, bahkan kita tidak pernah.
Tapi entah kenapa aku tidak pernah menaruh rasa curiga pada dirinya.
Tapi akhirnya diriku harus kembali ke negara kelahiran ku, dan dia tetap berada di sini. Kami berhubungan jarak jauh. LDR.
Tidak lama kemudian, dia menyusul ku. Dan kita bertemu. Menjalani hari-hari seperti bisa dengannya.
Hingga terjadilah peristiwa yang tidak pernah aku pikirkan dan aku bayangkan sebelumnya.
Suatu hari, temanku Denis, secara tiba-tiba menyekap ku di dalam ruangan apartemen. Mengikat badanku dengan tali yang menjadi satu dengan kursi. Dengan mulut tersumpal kain.
Sementara di depanku, ada sebuah laptop yang menyala. Menampilkan sahabatku, Ella dan Jo. Lelaki yang selama ini menjadi kekasih rahasiaku.
"Itukan,,, Jo dan Ella. Jo bilang sedang sibuk. Makanya tidak bisa bertemu dengan gue. Tapi,,, kenapa,,,, dia bersama Ella. Di dalam apartemen Ella." batin Viki melihat video di depannya.
Ingin sekali Viki berteriak dan bertanya. Tapi apalah daya. Mulutnya masih tersumpal kain. Yang menjadikannya hanya bisa diam.
Di apartemen, Viki melihat dengan sedikit menahan nafas. Rahangnya mengeras sempurna melihat bagaimana Jo menatap Ella dengan penuh damba dan bernafsu.
Berkali-kali Viki menggoyang-goyangkan badan. Dia ingin ikatan di tubuhnya di lepaskan. Tapi sayangnya Denis tidak mengindahkan permintaannya.
Denis mendekat ke arah Viki. "Elo lihat. Ella melakukan semua ini demi elo." bisik Denis. Yang juga sahabat Viki dan Ella.
Viki yang mendengarnya langsung menatap penuh tanya ke arah Denis. "Demi gue." batin Viki penasaran. Ada apa ini sebenarnya.
"Vik,, elo nggak apa-apakan?" tanya Denis, saat Viki mulai diam. Dan tidak berontak lagi, ingin dilepaskan.
Bahkan tatapan datar dan nanar mengarah pada layar di depannya. Di mana di layar menampakkan Ella dan yang lain.
Denis menggoyang pelan tubuh Viki. "Jangan bikin gue takut." ucap Denis karena Viki masih saja diam. Denis segera mengambil kain yang menyumpal di mulut Viki.
"Bawa gue ke sana." ucapnya tanpa ekspresi, bahkan terkesan dingin.
Dilepaskannya ikatan di tubuh Viki. "Tunggu." Denis mencekal lengan Viki, saat Viki bergegas ingin meninggalkan apartemen Ella.
"Kita pergi ke tempat dan tujuan yang sama. Sebaiknya kita pergi ke sana bersama-sama." ucap Denis.
Denis hanya takut jika Viki tidak bisa mengendalikan diri. Dirinya takut jika terjadi sesuatu di jalan saat Viki pergi ke apartemen Ella.
Karena pasti Viki akan menyetir dengan emosi yang meletup-letup. Entah emosi karena kebohongan Jo, atau Ella yang berpura-pura menggoda Jo.
Ketakutan Denis yang lain adalah, apalagi jika Viki sudah sampai apartemen. Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan di dilakukannya. Memaki dan marah pada Jo. Atau malah kecewa dengan rencana Ella.
Dengan penuh amarah Viki sampai di apartemen Ella. Tapi sepertinya Ella sudah tidak kaget. Karena dia sudah di beritahu oleh Denis sebelumnya.
Hingga di apartemen, semuanya terkuak.
Jo selama ini mendekatinya. Dan berpura-pura menyukai dirinya. Menjalin hubungan dengannya. Tak lain hanya untuk mengorek informasi mengenai keluarga Ella.
Jo memanfaatkan dirinya untuk memperlancar balas dendamnya pada keluarga Ella.
*********
Dan Viki, di sinilah dirinya sekarang berada. Meratapi nasibnya di pinggir sebuah danau. Tempat di mana dirinya dan dua sahabatnya selalu ke sini saat mereka bertiga bolos sekolah.
Apalagi tempat ini terbilang sepi. Menjadi tempat yang cocok untuknya menyendiri. Viki merenung sendiri. Ingin rasanya dia mengakhiri hidupnya. Tapi pikirannya masih waras.
"Kenapa aku di lahir kan. Hidup ku kacau. Kenapa aku tidak bisa hidup normal seperti yang lainnya. Kenapa." ucapnya lirih, mengingat jika dirinya penyuka sesama.
Seketika ingatannya kembali mengingat satu tahun terakhir. Di mana selalu ada Jo yang menghiasi hidupnya. Tapi ternyata semuanya palsu.
Viki menjambak rambutnya kasar, mengingat betapa bodoh dirinya. Begitu mudah terperangkap tipuan Jo. Hanya karena kata cinta.
Sesungguhnya Viki ingin sekali sembuh. Tapi dia enggan untuk berkonsultasi dengan dokter. Takut jika bertambah lagi orang yang tahu bahwa dirinya penyuka sesama. Takut akan di cibir banyak orang.
Ketakutan Viki, dengan berbagai alasan selalu terlintas di benaknya. Pernah dirinya menonton video perempuan yang sedang menari atau bergoyang erotis tanpa benang sehelaipun.
Nyatanya, dirinya sama sekali tidak bisa memunculkan nafsu birahinya. Dia merasa biasa saja saat melihatnya.
Dan saat dia melihat lelaki macho yang bergaya seksi dengan perut kotak-kotak, juniornya langsung menegang. Ada hasrat menggebu ingin menyentuh, bahkan memilikinya.
Viki memegang kepalanya. "Tidak bisa, hidup gue akan hancur jika terus seperti ini. Tapi bagaimana caranya." gumam Viki.
Viki berdiri. Manik matanya menatap ke depan lurus dan jauh. Hanya hamparan air danau yang dapat dia lihat.
"Siapapun, siapapun. Tolong aku. Aku terlalu capek. Aku ingin hidup normal. Siapapun yang mendengar, tolong aku.....??!!!" teriak Viki hingga air matanya secara tak sadar luruh.
Tubuh Viki merosot. Berjongkok dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya. Terlihat pundaknya bergerak turun naik. Menandakan dirinya sedang menangis.
"Ommm,,, om menangis. Apanya yang tengelam. Apakah kekasih om." oceh seorang gadis di belakang Viki dengan mata sedang mencari sesuatu di danau. Jikalau ada yang mengapung, itulah yang terlintas dalam pikirannya.
"Tidak ada apa-apa. Kenapa tadi teriak minta tolong. Orang aneh." ucapnya. Dia mengira jika ada yang membutuhkan pertolongan. Atau lebih tepatnya, ada yang tenggelam.
Viki mengusap air matanya. Mendongakkan kepala menatap gadis di sampingnya. "Iiihh,, om kenapa menangis?" tanyanya dengan nada menggemaskan. Viki melihat gadis itu berpakaian lusuh. Dengan sebuah karung berada di pundaknya.
"Dari mana dia datang." batin Viki masih menatapnya.
Pemulung. Dia adalah seorang pemulung. Terdengar di telinganya ada orang berteriak minta tolong saat dirinya sedang mengambil sampah plastik di tepi danau. Segera dia berlari dan menemukan sumber suara.
"Om, tidak apa-apakan?"
"Om." gumam Viki merasa aneh, kenapa dia di panggil om oleh gadis di depannya.
"Om." dia melambaikan tangan di depan Viki. Karena Viki hanya diam dan menatapnya.
"Jangan-jangan, dia kerasukan hantu danau." ucapnya ngaco.
"Apa-apaan kamu bocah!!" teriak Viki saat d
gadis di depannya meniup ubun-ubunnya.
"Om, sadar om. Pasti om sedang kerasukan hantu danau." ucapnya dengan wajah polos.
"Kau ini...!" geram Viki.
"Pergi sana. Kau itu hantunya. Bikin mood gue tambah jelek saja." usir Viki pada gadis berpakaian lusuh di depannya.
"Yakin, om menyuruh saya pergi?" tanyanya kembali.
"Om, om, om. Kami pikir saya om kamu. Saya anak tunggal. Tidak punya kakak. Berhenti panggil saya om." ucap Viki kesal. Karena sedari tadi gadis itu memanggilnya dengan sebutan om.
"Lalu saya harus panggil apa?" tanyanya dengan mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Terserah. Peduli amat gue sama elo." acuh Viki.
"Baiklah. Jika begitu saya permisi dulu pak." ucapnya sontak membuat Viki langsung membulatkan matanya tidak percaya karena gadis itu malah memanggilnya dengan sebutan bapak pada dirinya.
"Kamu..." geram Viki.
"Oh iya pak. Sebaiknya bapak hati-hati. Di sini sepi." ucapnya sambil menengok ke kanan dan kiri, memastikan bahwa dia berkata benar.
Ingin sekali Viki membuka mulutnya. Memaki gadis yang ada di depannya. Tapi gadis itu terlebih dulu mengeluarkan suara lagi.
"Dan lagi, hari sudah mulai petang." ucapnya kembali. Karena memang sekarang sudah sore. Bahkan sudah mendekati senja.
Gadis itu bergerak maju ke arah Viki. Membuat Viki sedikit memundurkan badannya. Viki merasa gadis itu sangat aneh. "Jika sudah gelap, biasanya hantu danau akan muncul. Bapak sebaiknya segera pergi." ucapnya lirih dengan tangan sebelah kanan di angkat keatas, dengan ekor mata memandang ke arah danau.
"Permisi pak." pamitnya dengan sedikit menundukkan kepala dan berlalu meninggalkan Viki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
kavena ayunda
masih menyimak
2022-11-29
2
Tati Aulia
baru baca nih selasai baca si elen
2022-10-20
1
Anty Anty
updatenya brp bab sehari thor???
2022-06-26
1