Viki yang masih berada di dalam mobil menatap Nara dengan heran. "Ngapain tu bocah lari-lari." Viki mencoba melihat sekeliling. Tidak ada yang mengejar Nara.
"Aneh." gumam Viki. Padahal Nara sengaja berlari mumpung dirinya masih berada di tempat itu. Jadi tidak ada yang berani mengejarnya. Lagian Viki pelit, tidak memberi tumpangan untuk Nara.
Segera Viki melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut. "Sial, mana pakaian gue kotor lagi." dumal Viki.
"Gara-gara bocah danau itu." gumam Viki. Dilihatnya ada toko pakaian di depan. Viki berhenti dan membeli pakaian. Viki langsung memakai pakaiannya dan bergegas ke perusahaan.
Dan untuk pakaian yang kotor tadi, Viki buang ke tempat sampah. Astaga, kan masih bisa di cuci babang Viki.
"Apa ini?" tanya Viki pada asistennya, saat Viki sudah berada di dalam ruangan.
"Kartu undangan. Akan ada acara pertemuan para pebisnis muda yang akan di adakan nanti malam Tuan." jelas Rey. Padahal Viki sudah membacanya.
"Harus?" tanya Viki, apakah dia harus hadir dalam acara nanti malam.
"Iya Tuan. Lagi pula ini sangat berguna bagi perusahaan Tuan."
"Apa tidak bisa di wakilkan saja?" tanyanya. Sebenarnya Viki malas untuk datang ke acara tersebut.
"Maaf Tuan, saya kurang tahu."
"Temani aku nanti malam." ucap Viki. Seketika Rey langsung menatap dengan tatapan lucu ke arah Viki.
"Kenapa? Tidak mau." tanya Viki tersenyum sinis pada Rey.
"Baik Tuan." ucapnya tidak bisa menolak.
"Kenapa gue harus ikut. Seharusnya dia mengajak kekasihnya. Jika tidak punya, mungkin bisa mengajak teman wanitanya." batin Rey yang merasa keberatan untuk ikut dengan atasannya datang ke acara tersebut.
Aduh Rey, memang kamu nggak tahu. Atasanmu itu hanya punya satu teman perempuan. Dan itupun sekarang dia sudah menikah.
Seperti yang sudah di rencanakan, Viki menghadiri acara tersebut bersama dengan Rey. Tapi sampai di dalam gedung, keduanya berpisah.
Saat Viki sedang minum seorang diri. Sahabatnya, Ella datang menghampirinya. Keduanya berbincang seperti biasa. Namun sayang, Denis tidak bisa hadir, lantaran harus pergi menghadiri acara keluarga.
Hingga netra Viki melihat pada sosok perempuan yang tidak asing di matanya.
"Kenapa Vik?" tanya Ella saat Viki menatap ke arah Vano, suami Ella dan teman-temannya.
"Perempuan itu Ell." tandas Viki.
"Tenang, gue nggak akan cemburu." ucap Ella. Dimana perempuan yang Viki maksud berdiri di samping Vano.
"Bukan itu maksud gue." sergah Viki, saat Ella langsung berbicara.
"Dia Vanesa. Artis yang berada di bawah naungan perusahaan gue di luar negeri. Beberapa minggu yang lalu gue menerima kabar jika dia hengkang dari manajemen perusahaan gue."
"Lantas." kata Ella.
"Kenapa dia bisa ada di sini. Sedang apa. Apalagi dia datang ke acara ini. Dia bukan pengusaha Ell." ucap Viki penasaran.
Ella memandang ke arah Vano dan yang lain. "Maksud elo, dia sama seperti Jo. Dibawah naungan perusahaan milik elo." tebak Ella.
"Benar." kata Viki. Ella mengambil ponselnya. Menghubungi sanga papa, memastikan jika Jo masih berada di bawah kendali papanya.
"Ada apa Ell?" tanya Viki.
"Kita harus memastikan sesuatu bukan." ujar Ella. Dan sepertinya Viki mengerti maksud dari Ella. Bersahabat sejak lama dengan Ella membuat Viki seakan mengerti apa yang akan dilakukan sahabatnya tersebut.
"Pasti." Viki memandang tajam ke arah Vanesa.
Keduanya melangkah ke tempat Vano dan yang lain tengah berbincang. Vano mengernyitkan alisnya melihat Ella berjalan dengan Viki. Apalagi tangan istrinya tersebut melingkar di lengan Viki.
"Vanesa." sapa Viki, sontak semuanya terkejut saat Viki mengenal perempuan cantik tersebut.
"Kamu mengenal perempuan cantik ini Vik?" tanya Ella berpura-pura.
"Tuan Viki." ucap Vanesa, menutupi perasaan gugupnya. Semua gestur tubuh dari Vanesa tak bisa lepas dari pandangan Ella. Dan sepertinya Vano menyadari sikap aneh Ella dan Viki.
"Dia artis luar negeri yang berada di bawah naungan perusahaan ku. Tapi sekarang, dia sudah mengundurkan diri. Sungguh, aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di sini. Di acara ini." jelas Viki.
Tampak Vanesa tersenyum kaku. "Artis. Berarti anda datang ke sini bersama teman. Bukan begitu Nona Vanesa." tanya Ella, seketika membuat mulut Vanesa terdiam
"Oo,,, atau anda mulai merambah ke dunia bisnis. Hebat sekali anda Nona." puji Ella.
"Vik,,, Nona Vanesa hengkang pasti gara-gara elo kurang ngasih cuan. Pelit sekali kamu Vik." imbuh Ella, di sambut gelak tawa dari yang lain.
Vanesa masih diam. Sepertinya dirinya masih merasa bingung akan berbicara apa. Ella tersenyum samar melihat tangan Vanesa mencengkeram erat tas kecil yang di pegangnya. Hingga kuku-kukunya berubah warna.
"Mana teman anda Nona VANESA." kata Ella dengan penekanan suara saat memanggil namanya.
"Khemmm,,, maaf. Sepertinya saya harus pamit dulu. Mari semua." pamitnya, dan segera pergi meninggalkan mereka.
"Ell, gue juga pamit." ucap Viki.
Ella memeluk Viki, dan membisikkan sesuatu. "Elo harus hati-hati. Gue merasa ada yang janggal." bisik Ella.
Viki melepaskan pelukan Ella. Tersenyum dan mengangguk kecil. "Semua, saya pamit dulu. Selamat malam." ucap Viki.
"Tapi acara belum mulai." ucap seseorang, mengingatkan Viki.
"Sudah ada Rey di sini." ucap Viki. Rey adalah asisten dari Viki.
Ditengah perjalanan, Viki melihat kembali Vanesa. Dia turun dari sebuah mobil. Dan tidak lama kemudian, ada sebuah mobil lagi yang berhenti di depannya. Segera Vanesa masuk ke mobil tersebut.
"Vanesa." gumam Viki. Segera Viki melajukan mobilnya dan mengikuti ke mana mobil tersebut membawa Vanesa.
Tapi sialnya, mobil tersebut seolah mengetahui jika sedang diikuti dari belakang oleh Viki. Tampak mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi.
"Kelihatannya mereka tahu kalau gue ikuti." ucap Viki menginjak pedal gasnya. Mencoba mengejar mobil tersebut.
"Aaa..." Viki memukul kemudi stirnya. Saat dirinya terpaksa menghentikan mobilnya lantaran lampu merah menyala.
Sedangkan mobil yang membawa Vanesa seakan tidak peduli meskipun lampu lalu lintas berwarna merah. Mereka seakan mempertaruhkan nyawanya untuk menerobos lampu merah demi tidak terkejar oleh Viki.
"Kenapa mereka menghindar." batin Viki.
Viki curiga jika kedatangan Vanesa ke negaranya pasti mempunyai tujuan. Apalagi Vanesa terlihat gugup saat bertemu dengan dirinya.
Dan juga kenapa mereka mesti menjauh dari mobil milik Viki jika tidak ada apa-apa. Pasti ada niat terselubung dari mereka. Tapi, mereka itu siapa. Itulah yang kini Viki pikirkan.
"Astaga." lagi-lagi Viki di kejutkan dengan sosok manusia yang berdiri di pinggir jalan. Apalagi saat ini sedang gerimis.
"Bukankah itu bocah danau waktu itu." gumam Viki, melihat tas yang di taruh di atas kepalanya. Supaya air gerimis tidak membasahi rambutnya. Viki masih hafal betul dengan tasnya. Lantaran masih tadi siang mereka bertemu.
"Kenapa senang sekali dia membuatku terkejut. Beruntung gue nggak punya penyakit jantung." gumam Viki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Tati Aulia
memang klo jodoh gk ke mn yah ada2aza mau ketemu terus😁
2022-10-20
1
FLA
nama nya jodoh kemanapun dan di manapun, pasti ketemu sabar bang kutunggu bucin mu heee😉
2022-06-14
2
Ceethra DeeNa
Tetappp SeMangattt Up Kakkk...
2022-06-14
3