Siang hari, seperti permintaan sang mama. Viki pergi ke restoran tempat mereka akan makan siang.
"Vikk." panggil Nyonya Rahma dengan melambaikan tangannya, melihat Viki berada di ambang pintu. Mendengar suara sang mama, membuat Viki langsung menoleh ke arah suara.
Giska yang melihat Viki berjalan ke arah mereka memasang senyum manisnya. "Gue harus mendapatkan kamu Vik." batin Giska.
"Akan aku buat kamu bertekuk lutut padaku. Bahkan menjilati kakiku." ucap Giska dalam hati.
Seandainya Giska tahu jika Viki bahkan tidak akan terangsang meskipun dirinya telanjang di depannya. Pasti kepala Giska akan semakin pusing dibuatnya.
Siapapun perempuan pasti akan takluk oleh pesona yang di miliki oleh seorang Viki. Terlepas dari apa yang sedang Viki alami selama ini.
Pengusaha yang bergerak di bidang media, yang sukses di usianya yang masih muda. Wajah sempurna, seperti pahatan yang sengaja diukir tanpa cela.
"Mama tadi sudah pesankan kamu makan. Di makan gih." ucap sang mama.
Tanpa banyak berkata, Viki memakan makanan yang sudah di pesankan oleh sang mama.
"Lihatkan. Benar kata tante. Viki itu nggak ribet kalau soal makanan. Kamu tidak perlu khawatir." ucap Nyonya Rahma. Giska yang melihat Viki makan dengan santai tanpa memprotes tersenyum manis.
"Vik, kamu sudah minta maaf sama Giska?" tanya Nyonya Rahma. Viki yang sedang menyuapkan makanan, menghentikan gerakan tangannya di udara.
"Tante, nggak perlu di ingat kembali. Giska nggak apa-apa kok." ucap Giska menarik simpati dari Nyonya Rahma.
"Mungkin malam itu Viki sedang ada keperluan yang sangat penting. Makanya dia menurunkan Giska di jalan." imbuh Giska.
Tapi Viki acuh pada perkataan Giska, hanya menatap makanan di atas piringnya. Dan melanjutkan makan.
"Kamu memang perempuan baik. Pasti lelaki yang akan menjadi suami kamu akan sangat beruntung." ujar Nyonya Rahma, melirik ke arah Viki yang tetap cuek.
Viki tersenyum remeh. "Saya do'akan, semoga Nona Giska segera mendapatkan seorang suami." celetuk Viki.
Spontan mendapat tatapan tajam dari sang mama. Tapi bukan Viki namanya jika terpengaruh. Begitupun dengan Giska, tampak jelas raut wajah tak suka saat mendengarkan perkataan Viki. Tapi segera dia mencoba untuk bersikap biasa.
"Terimakasih." ucap Giska terlihat tulus, padahal hatinya sedang menahan kesal.
"Benar, mungkin Vano sudah tahu kebusukan Ella. Makanya dia lebih memilih melepaskan model itu." ucap seseorang yang duduk tak jauh dari meja tempat Viki makan.
Sayup-sayup masih terdengar suara mereka terus menghina dan merendahkan Ella. Membuat Viki memejamkan mata. Telinganya terasa panas mendengar ocehan mereka.
Tringgg.... suara sendok dan garpu yang di lepaskan dengan kasar oleh sang empunya di atas piring. Siapa lagi kalau bukan Viki. Membuat semua mata memandang ke arahnya.
Nyonya Rahma segera menyadari situasi ini. Memegang erat lengan sang anak. "Kamu jangan bertindak macam-macam. Ada Giska disini." ucap Nyonya Rahma lirih, terdengar seperti berbisik.
"Lagi pula Ella hanya teman kamu. Kalian punya kehidupan masing-masing." imbuh Nyonya Rahma. Perkataan Nyonya Rahma seperti bensin yang disiram pada kobaran api.
Viki semakin emosi mendengar perkataan sang mama. Dengan kasar Viki melepaskan cekalan sang mama. Memandang tajam ke arah Nyonya Rahma.
Tidak ingin meluapkan emosinya pada sang mama, Viki segera berdiri dan menghampiri segerombolan perempuan yang mengoceh seperti burung beo. Menghina sahabatnya. Ella.
"Vik." seru Nyonya Rahma segera mengejar putranya.
"Jaga lidah kalian, jika masih ingin berbicara." hardik Viki dengan tatapan menakutkan. Sontak wajah mereka memucat.
Mereka tahu betul siapa yang sedang berdiri di depan mereka. Sahabat dari model yang sedang mereka bicarakan.
VIKI RADIKA MAHENDRA
"Vik." Nyonya Rahma menyeret paksa badan sang anak untuk keluar restoran. Giska segera membayar makanan mereka dan mengikuti langkah mereka.
Plaakkk..... "Apa-apaan kamu." tangan Nyonya Rahma menampar pipi sang putra. Tapi bahkan Viki tidak bergeming dari tempatnya. Hanya terasa sedikit rasa panas di pipinya.
"Tante." ucap Giska.
"Saatnya jadi malaikat penolong." batin Giska.
"Sudah tante. Kasihan Viki." Giska memegang lengan Nyonya Rahma. Dan Viki mendengus sembari tersenyum miring melihat tingkah Giska.
"Kamu jangan berlebihan membela teman kamu. Mama sudah bilang. Kalian punya kehidupan masing-masing." bentak sang mama.
"Tante sudah. Dilihat banyak orang." ucap Giska. Lantaran mereka masih berada di parkiran restoran.
"Jika tidak ada Giska, mama sudah tampar kamu lagi." geram Nyonya Rahma.
"Jauhi Ella. Dia tidak baik untuk kamu." ucap Nyonya Rahma dengan mata melotot.
Viki tersenyum. "Orang yang mama bilang tidak baik untuk Viki. Dia yang sudah menyelamatkan nyawa Viki. Jika tidak ada dukungan dari Ella. Mungkin sekarang anda tidak bisa melihat lagi anak anda, Nyonya Rahma." ucap Viki menatap sang mama dengan tatapan yang sulit di mengerti.
Viki meninggalkan mamanya dengan Giska. Segera dia melajukan mobilnya meninggalkan restoran. Dan kembali ke kantor.
"Elo di mana Ell." batin Viki, khawatir dengan keadaan temannya.
"Tante, sebaiknya Giska antar tante pulang." ucap Giska. Menuntut Nyonya Rahma masuk ke dalam mobil.
"Ella, sepertinya dia akan menjadi saingan gue. Brengsek. Padahal dia sudah menikah." batin Giska mulai menjalankan mobilnya.
Giska kamu salah target. Karena selamanya Ella dan Viki tidak akan bersama. Tapi itu lebih baik. Dari pada Giska mengetahui jika di apartemen Viki ada gadis cantik.
Setidaknya Ella bukan tandingan Giska. Dengan sekali ucap, pasti tubuh Giska akan bergetar. Dari pada Giska akan membuat Nara dalam kesulitan.
"Tante, Giska rasa sebaiknya tante berbicara langsung pada Ella. Mungkin itu akan lebih baik." saran Giska. Mencoba menjauhkan Ella dan Viki melewati Nyonya Rahma.
Nyonya Rahma hanya diam dengan tatapan mata memandang lurus ke depan.
Di tengah perjalanan kembali ke kantor, Viki melewati toko mainan. Bibirnya tersenyum. Teringat akan Rini dan juga Bima yang sekarang menjadi penghuni apartemennya.
Tanpa ragu, Viki membelokkan mobilnya. Dan memarkir mobil tersebut di depan toko mainan. Tak ayal, keberadaan seorang lelaki tampan dengan tubuh proporsional menjadi daya tarik bagi ibu-ibu muda yang sedang berbelanja mainan sang anak.
"Cari mainan buat anaknya mas?" tanya seorang perempuan, Viki hanya tersenyum tanpa ada niat ingin menjawab pertanyaan tersebut.
"Aduh." ucapnya memegang dadanya. "Boleh tukar suami nggak ya." ucapnya ngawur saat melihat senyum merekah di bibir Viki.
Mata Viki melihat-lihat, kiranya mainan apa yang akan di berikan pada dua anak tersebut. Tampak raut wajah kebingungan dari Viki. Karena ini pertama kali dirinya menginjakkan kaki di tempat seperti ini.
"Jika ada Ella, gue nggak akan bingung seperti ini." gumamnya. Hingga ada seorang perempuan yang menegurnya, menawarkan bantuan pada Viki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Ceethra DeeNa
Siapakah Perempuan Itu....
2022-06-29
3
FLA
astaga bang emak mu gencer amat deketin kamu ma giska si nenek sihir hii
2022-06-29
3