"Jangan seperti ini bang." ucap Nara.
"Ada apa?" tanya Viki.
Nara menghela nafas. Melihat ke arah Viki. "Sebentar lagi Nara dan adik-adik Nara akan kembali ke rumah. Nara tidak ingin mereka nanti malah akan meminta hal lebih dari Nara. Kami tidak sekaya abang." ucap Nara lirih dengan tatapan mata sedih.
"Pulang. Kembali ke rumah?" tanya Viki. Dan mendapat anggukan kecil dari Nara.
"Terimakasih atas kebaikan Abang selama ini. Tapi maaf, Nara tidak bisa di sini terus. Apalagi Bima juga sudah sembuh." ucap Nara.
"Kita punya kehidupan masing-masing Bang." ucap Nara pelan.
"Punya kehidupan masing-masing." ujar Viki mengulang kalimat Nara. Teringat saat sang mama memarahinya. Dan tidak mencampuri kehidupan Ella.
Tanpa berkata apapun, Viki pergi meninggalkan Nara begitu saja. "Bang.." panggil Rini melihat Viki.
Tapi Viki seakan acuh dan tidak mendengar panggilan dari Rini. Terus melangkahkan kakinya untuk meninggalkan apartemen.
Padahal Rini ingin mengucapkan terimakasih pada Viki, karena telah memberikan banyak mainan dan juga baju.
"Bang Viki kenapa?" tanya Rini pada Nara yang berjalan ke arahnya.
"Bang Viki ada pekerjaan penting. Dia sedang terburu-buru." ucap Nara berbohong. Dan Rini melanjutkan kembali bermain dnegan boneka yang di belikan Viki.
Nara melihat mainan yang di belikan Viki. Dengan lemas Nara duduk di kursi. Menghela nafasnya.
"Nara takut akan kenyamanan yang abang berikan pada kita. Apalagi Nara tidak mengenal Abang terlalu jauh. Nara tidak ingin salah langkah." gumam Nara melihat kedua adiknya yang dengan senang bermain.
Pasti Nara merasa takut. Apalagi Nara belum mengenal Viki. Keluarga Viki. Orang tua Viki. Apakah Viki sudah punya kekasih, atau malah sudah mempunyai istri.
Ingin sekali Nara bertanya. Tapi dia sadar akan posisinya. Dia bukan siapa-siapa Viki. Mereka hanya orang asing.
Dan Viki dengan kebaikan hatinya mau menolong mereka. Maka dari itu, menurut Nara. Dirinya harus mulai ada batasan. Apalagi kehidupan mereka sangat berbeda jauh. Si kaya dan si miskin.
"Semoga keputusanku benar Tuhan." ucap Nara menitikkan air mata.
"Maaf bang. Nara hanya tidak ingin dicap sebagai perempuan yang memanfaatkan kekayaan abang, karena kebaikan yang abang berikan pada kami."
"Apalagi tinggal di tempat ini." Nara mengedarkan pandangan ke penjuru apartemen Viki.
"Ini bukan tempat kami." imbuh Nara. Dirinya tidak ingin menjadi parasit untuk kehidupan Viki. Tinggal gratis, makan gratis. Hidup berkecukupan.
"Rini." panggil Nara. "Sini." ucap Nara. Rini segera melepaskan bonekanya dan menghampiri sang kakak.
"Rini, hati-hati jika sedang bermain ya. Nanti boneka dan mainan yang lainnya rusak."
"Tapi abang Viki tadi bilang itu mainan untuk kita kak."
"Iya, kakak tahu. Tapi tetap saja. Itu milik bang Viki. Dan kita, hanya meminjamnya selama tinggal di sini."
"Maksud kakak?"
"Jika nanti kita pulang ke rumah, semua mainan itu tidak akan kita bawa."
"Kenapa?"
"Itu punya bang Viki."
"Tapi..."
"Rini!!" seru Nara memotong perkataan Rini.
"Baik kak." ucap Rini dengan menundukkan kepala.
"Sayang, kita tidak boleh tinggal di sini terus. Kasihan Bang Viki. Kita akan menjadi beban untuk mereka." ucap Nara membelai rambut sang adik.
"Tapi bang Viki tidak keberatan." sanggah Rini.
"Sabar Nara." batin Nara. Terlihat jika Rini sudah mulai nyaman tinggal di tempat ini. Dan Nara tidak boleh membiarkan semua ini berlanjut.
Bagaimana jika keluarga Viki tahu. Dan mereka tidak menerima Nara beserta adiknya, seperti Viki menerima mereka.
Pasti rasanya akan sangat sakit. Dan sebelum semua itu terjadi, Nara haris terlebih dahulu membangun tembok antara mereka.
Dengan satu-satunya jalan, meninggalkan apartemen ini. Dan kembali pada kehidupan sebelumnya. Menjadi pemulung untuk membeli makanan dan susu Bima.
"Nanti atau besok, aku harus segera berbicara dengan bang Viki. Jangan samapi berlarut-larut." batin Nara.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kenapa hari ini sangat menyebalkan." Viki memukul stir di hadapannya.
"Semua orang punya kehidupan masing-masing. Cih,, lantas apa salah kita membantu orang lain. Brengsek." lagi-lagi Viki meluapkan amarahnya pada stir di depannya.
Viki menyenderkan badannya di kursi mobil. Viki mengusap wajahnya kasar. Baru saja Viki merasakan punya saudara. Dengan kehadiran mereka bertiga di apartemen, membuat kehidupan Viki lebih berwarna.
Mungkin mereka hanya pengalihan dari rasa kesepian yang di rasakan Viki. Apalagi sekarang kedua sahabatnya sudah mempunyai kesibukan masing-masing yang super sibuk.
Viki menghela dan menghembuskan nafas panjang. Mencoba memahami posisi Nara. "Seandainya gue jadi Nara, mungkin gue juga akan memilih keluar dari apartemen. Apalagi kita dari awal memang orang asing." ucap Viki.
Sebenarnya Viki ingin menyekolahkan Rini, lantaran diusianya yang menginjak tujuh tahun. Dirinya belum pernah menginjakkan kakinya di lingkungan sekolah.
Tapi dirinya masih belum mengutarakan niatnya pada Nara. Takut jika niat baiknya di tolak oleh Nara. Mengingat Nara bukan gadis yang dengan senang menengadahkan tangannya.
Ting... Terdengar bunyi dari ponsel Viki. Menandakan pesan tertulis masuk ke dalam ponselnya.
"Ella." gumam Viki, segera membaca pesan yang dikirimkan oleh sahabatnya tersebut.
"Syukurlah." ucap Viki merasa lega, mengetahui jika sahabatnya dalam keadaan baik-baik saja.
Satu masalah telah selesai. Perasaan Viki merasa sedikit lega. Tapi masih ada Nara, yang menginginkan pergi dari apartemen.
Dan yang lebih penting, Giska dan sang mama. Keduanya benar-benar membuat kepala Viki pusing.
"Rey." gumam Viki, melihat di layar ponselnya. Jika Rey sedang menghubunginya.
"Ada apa Rey?" tanya Viki setelah menggeser tombol hijau di layar ponselnya untuk mengangkat panggilan telepon dari asistennya tersebut.
"Astaga. Aku segera ke sana." Viki segera menutup panggilan telepon dari Rey.
Melajukan mobilnya ke kantor, lantaran dia harus menghadiri pertemuan dengan rekan kerjanya.
Giska mengantar Nyonya Rahma hingga sampai rumah. Tapi dirinya tidak mampir ke rumah Nyonya Rahma. Setelahnya segera melajukan mobilnya meninggalkan kediaman calon mertua. Itupun jika dirinya berhasil meluluhkan hati Viki.
"Beraninya mengacuhkan gue. Cuma buat model seperti itu. Ella, jika kamu terus menjadi batu sandunganku. Jangan salahkan aku, jika aku mengusik kehidupanmu." desis Giska.
Giska,,, kamu salah terget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Ceethra DeeNa
SeMangattt Up Thor..
2022-07-01
3
FLA
silahkan kau mau usik Ella, jika kamu bisa, megang sehelai rambut nya pun kau tak mampu cihh😏😏
2022-07-01
3