"Apa mereka setuju?" tanya Viki pada Rey, asistennya. Viki menjual apartemen miliknya. Dirinya tidak ingin menempati lagi apartemen tersebut.
Tapi Viki juga malas menjual sendiri. Toh, ada Rey yang bisa dia suruh.
Viki benar-benar ingin menghilangkan semua jejak mantan kekasih rahasianya dari dalam hidupnya. Tidak semudah itu Vik, karena ada seseorang yang tidak terima dengan hilangnya Jo.
"Mereka setuju Tuan." ucap Rey.
"Ada apa Rey?" tanya Viki, karena sepertinya Rey ingin mengatakan sesuatu pada dirinya. Tapi dia terlihat ragu untuk berbicara.
"Belakangan ini sepertinya ada seseorang yang sedang mengorek informasi tentang anda Tuan." ucap Rey. Tapi sepertinya Viki sudah mengetahuinya. Terlihat ekspresi Viki begitu santai. Dan tidak terkejut.
"Biarkan saja. Berikan saja apa yang mereka ingin ketahui. Kita lihat, sampai di mana mereka akan berjalan. Sebelum aku memotong kaki mereka." ucap Viki tersenyum miring.
"Baik."
"Kenapa lagi?" tanya Viki, saat Rey masih berdiri di depan meja kerjanya.
"Nyonya Rahma tadi menghubungi saya. Beliau meminta saya menyampaikan sesuatu pada Tuan Viki. Jika nanti malam, di harap pulang tepat waktu. Karena ada makan malam bersama." jelas Rey.
"Ckk,,, mama. Pasti acara jodoh-jodohan. Mama pikir saya tidak bisa cari sendiri apa." gumam Viki dengan kesal. Karena sang mama selalu melakukan acara jodoh menjodohkan.
"Tapi kenyataannya memang seperti itu Tuan." Rey segera menundukkan kepala saat mulutnya keceplosan berbicara sebuah fakta. Jika sampai saat ini, Viki belum pernah dekat dengan seorang perempuan.
Mendengar perkataan Rey, Viki memandang tajam pada asistennya tersebut. "Apa kau sudah punya pekerjaan baru." sindir Viki.
"Maaf Tuan. Laporan sudah selesai. Saya permisi." segera Rey membalikkan badan dan berjalan cepat meninggalkan ruangan Viki.
"Padahal yang gue katakan benar. Memang selama ini dia pernah jalan dengan perempuan, selain Nona Ella. Tidakkan. Atau jangan-jangan..." batin Rey.
"Tuan Viki,,, Nona Ella,,, cinta bertepuk sebelah tangan." imbuhnya dalam hati, menebak-nebak sendiri.
"Kasihan sekali Tuan Viki. Semoga Tuan segera dapat penggantinya." batin Viki, mengingat Ella sudah menikah.
Viki mengendarai mobilnya seperti siput. Seolah mobilnya juga malas untuk di ajak pulang. "Jika dulu gue selalu menggunakan nama Denis dan Ella saat gue lari dari perjodohan. Sekarang,, hahhh." gumam Viki.
Mengingat kini keduanya disibukkan dengan urusan masing-masing. Apalagi Ella. Dia sudah menikah. Tak etis rasanya bila Viki selalu meminta tolong padanya. Meskipun sahabatnya mungkin akan menolongnya dengan senang hati.
Sampai di halaman rumahnya. Viki juga masih enggan untuk keluar dari mobil. "Kenapa cepat sekali sampai rumah. Padahal gue udah perlambat laju mobilnya." gumam Viki.
tok,, tok,, tok,, Suara ketukan kaca jendela mobil membuat Viki menoleh. Membuka kaca jendela dari dalam mobil.
"Den Viki baik-baik saja?" tanya satpam di rumah Viki, karena melihat Viki tidak keluar-keluar dari mobil. Padahal biasanya Viki langsung keluar, saat mobil berhenti.
Viko membuka pintu mobil, membuat pak satpam sedikit menggeser posisinya. "Apa ada tamu di dalam?" tanya Viki.
"Ada Den. Seorang perempuan. Datangnya sekitar satu jam yang lalu." jelas pak satpam.
Viki hanya mengangguk pelan, melangkah masuk ke dalam dengan gontai. "Mama, mama. Seberapa keras engkau mencarikan anakmu jodoh. Pasti tidak akan berhasil." batin Viki tersenyum kecut.
"Sayang,,," seru Nyonya Rahma begitu beliau melihat Viki datang. Dengan masih memakai celemek, beliau menghampiri putranya.
Tuan Hendra hanya menggeleng melihat sang istri yang dengan antusias menyambut kedatangan putranya. Tak ingin mengganggu, Tuan Hendra melanjutkan membaca koran lagi.
"Sini, mama kenalin sama anak teman mama." Nyonya Rahma menyeret lengan Viki menuju meja makan. Nampak di sana ada seorang perempuan cantik dan anggun yang sedang menata makanan di meja.
"Giska, kenalkan. Ini anak tante. Baru pulang kerja." ucap sang mama dengan antusias.
"Iya Tante." Giska melepas celemek yang terpasang di badannya. Mendekat pada Viki.
"Giska." ucapnya memperkenalkan diri, mengulurkan telapak tangannya.
Nyonya Rahma menyenggol bahu Viki. Karena sang anak masih diam. "Viki." ucap Viki datar, tanpa menyambut uluran tangan dari Giska.
Membuat Giska dengan pelan menarik kembali tangannya. Menggenggam erat tangannya dan rahangnya mengeras. Tapi dia tetap menampilkan senyum di bibir.
"Viki mau mandi dulu." ucap Viki datar meninggalkan mama dan Giska di ruang makan.
"Sayang, maaf ya." ucap Nyonya Rahma merasa tidak enak hati dengan sikap Vano pada Giska.
"Tidak apa-apa tante." ucapnya terlihat tulus. Tapi entahlah, siapa yang tahu dalamnya hati manusia.
"Anak tante memang seperti itu. Dia selalu bersikap dingin dengan perempuan. Bahkan selama ini tante belum pernah melihat dia jalan dengan seorang perempuan." oceh Nyonya Rahma dengan tangan bergerak menata makanan di atas meja makan.
"Ehh,,, ada sih satu perempuan. Dan mereka bersahabat sudah lama. Bahkan sampai sekarang. Dan tante juga menyukainya. Sayangnya Viki bilang mereka hanya bersahabat."
"Siapa tante?" tanya Giska penasaran.
"Tenang saja. Dia sudah menikah. Baru saja." ucap Nyonya Rahma di sambut senyuman dari Giska. Nyonya Rahma tidak ingin jika perjodohannya kali ini gagal kembali. Seperti sebelum-sebelumnya.
"Ella. Mellanie Putri Subagyo. Model terkenal itu. Sekarang sudah menjadi Nyonya Vano." jelas Nyonya Rahma.
Giska terkejut nama Ella di sebutkan oleh Nyonya Rahma. "Pantas saja susah move on. Perempuan sekelas Ella." batin Giska, yang mengenal Ella sebagai model kelas atas. Dengan wajah cantik dan tubuh seksi. Dan terlahir dari keluarga kaya raya.
Giska mengira jika Viki dan Ella mempunyai hubungan. Dan karena itu, Viki menjadi dingin dan menutup diri dari kaum hawa. Persis seperti pemikiran Rey. Asisten Viki.
"Tapi tenang saja Giska, elo nggak kalah dengan yang namanya Ella. Cantik, seksi, keluarga elo juga kaya." batin Giska memuji dirinya sendiri.
Giska, asal kamu tahu. Meskipun kamu telanjang. Viki juga tidak akan terpengaruh.
*
*
*
"Enak ya kak." ucap anak kecil berumur tujuh tahun, memakan lahap roti yang di bawa Nara.
"Hussstttt." sementara Nara tengah menggendong balita berusia dua tahun dan menidurkannya.
"Kak, ini buat besok kita sarapan ya." ucapnya dengan polos. Menyisihkan beberapa potong roti untuk mereka sarapan besok.
"Iya Rini." ucap Nara dengan tatapan mata teduh memandang anak berusia tujuh tahun.
"Ini susu punya adek ya kak?" tanya Rini.
"Iya. Jika Rini mau, Rini boleh minum. Tapi sedikit ya sayang." ucap Nara dengan penuh kelembutan.
"Tidak kak. Rini hanya tanya. Kasihan nanti susu dedek Bima habis." ucap Rini.
Nara. Ditinggalkan oleh seseorang di jalan saat dirinya masih berusia tujuh tahun. Beruntung ada sepasang suami istri yang menemukannya.
Saat itu mereka juga belum di karuniai seorang momongan. Merasa kasihan dengan Nara yang menangis di pinggir jalan, sendirian. Mereka memutuskan untuk membawa pulang.
Anehnya, tidak ada berita ataupun orang tua yang merasa kehilangan anak. Dan sejak saat itu, mereka merawat Nara seperti anak mereka sendiri. Di tengah himpitan ekonomi mereka yang hanya sebagai seorang pemulung.
Tiga tahun setelah merawat Nara dengan layaknya anak sendiri, mereka di beri kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak sendiri. Dan mereka beri nama Rini.
Genap Rini berusia lima tahun, keluarga kecil tersebut bertambah lagi anggota keluarganya. Sang istri hamil lagi. Dan lahirlah seorang bayi laki-laki. Bima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Rastika Wati
sedihh crita Nara hrus merawat dua adiknya yg Pd kecil😭😭
2023-03-01
0
~•`Xmyriska`•~
ayo up thor
semangat
2022-06-18
2
Siswati
mungkin Nara anak orang kaya yang hilang atau diculik🤔🤔🤔
2022-06-17
2