"Bang Viki tidak pulang?" tanya Nara, mendapat tatapan aneh dari Viki.
Setelah Andrew pulang, Viki malah ke ruang tengah. Menonton acara televisi bersama dengan Rini. Sementara Bima sudah tertidur pulas di samping Viki.
Terlihat Bima tampak senang dengan kehadiran Viki. Balita berusia dua tahun tersebut bermain dengan Viki di depan televisi.
Sesekali mengganggu Rini yang tampak serius melihat acara kartun di televisi. Membuat Rini berteriak kesal karena keduanya.
Pemandangan yang membuat hati Nara menghangat. Karena selama ini Nara tidak pernah melihat Rini dan Bima tertawa lepas.
Dan Viki, rasanya seperti mempunyai keluarga baru. Seakan hatinya yang dingin tersiram dengan kehadiran mereka.
Seolah kembali mengenang masa lalunya. Yang selalu bertengkar dengan Ella dan juga Denis. Tapi pertengkaran manis, bumbu persahabatan mereka.
Hingga akhirnya Bima kelelahan dan tertidur di pangkuan Viki. Dengan pelan, Viki meletakkan tubuh Bima di sampingnya.
"Kak Nara ini bagaimana sih. Inikan juga rumahnya bang Viki." celetuk Rini sebelum Viki membuka mulutnya. Membuat Viki tersenyum dan mengacak kasar rambut Rini.
"Bang, pusing." ucap Rini dengan cemberut, dan Viki terkekeh melihatnya.
"Nara, ambilkan camilan di dalam kulkas." pinta Viki. Dengan segera Nara melakukan apa yang di ucapkan Viki.
"Ini bang." Nara membawa beberapa camilan. Viki melemparkan beberapa camilan ke arah Rini.
"Untuk Rini bang?" tanya Rini dengan senang. Mendapat anggukan dari Viki, langsung saja Rini membuka dan memakannya.
"Kenapa kamu berdiri terus. Tidak capek?" tanya Viki sembari memakan camilan.
"Ehh, iya bang." segera Nara duduk di dekat Bima.
"Terimakasih bang." ucap Nara saat Viki memberikan sebungkus camilan pada Nara.
"Kenapa masih utuh?" tanya Viki dengan mata menatap ke layar televisi. Tapi Nara hanya diam tidak menjawab pertanyaan Viki.
"Besok-besok, jika ada makanan. Makan saja. Jangan dibiarkan, malah mubadzir. Berikan pada Rini dan Bima. Kamu juga." ucap Viki.
"Kata kak Nara nggak boleh ambil bang. Nanti takut Bang Viki marah." cicit Rini dengan mulut penuh dengan camilan.
"Bang Viki tidak akan marah. Malah bang Viki akan marah jika tidak di makan." ucap Viki lembut pada Rini.
"Apa ada makanan. Aku lapar Ra." ucap Viki. Karena di acara tadi, Viki hanya minum tanpa makan. Dan langsung pulang sebelum acara di mulai karena teringat Nara dan adik-adiknya.
"Adanya mie, Abang mau?" tawar Nara.
"Kalian makan apa tadi sore?" bukannya menjawab, Viki malah bertanya.
"Nara buat mie Bang." ucap Nara.
"Kelihatannya besok gue harus belanja." gumam Viki, melihat Rini yang tengah asik memakan camilan dan Bima yang sudah tertidur pulas.
"Bagaimana Bang?" tanya Nara memastikan kembali.
"Boleh." ucap Viki tersenyum.
"Ba-baik." pipi Nara serasa terbakar melihat Viki tersenyum padanya.
Dengan semangat Nara membuat mie kuah untuk Viki. "Bang, mau makan di sini atau di ruang makan?" tanya Nara.
"Rini lapar?" tanya Viki, tapi Rini hanya menggeleng pelan. Nampak mata Rini sudah menyipit karena mengantuk.
Tapi anak tersebut seolah tidak rela meninggalkan acara kartun yang sedang dia saksikan di televisi. Membuatnya terlihat lucu di mata Viki.
"Di ruang makan saja." ucap Viki sembari berdiri.
"Kamu tidak makan? tanya Viki, melihat Nara yang berada di wastafel. Mencuci panci kotor bekas dia membuat mie untuk Viki.
"Tidak bang, Nara masih kenyang. Tadi makannya sudah sore." jawab Nara, meneruskan kembali kegiatannya.
"Enak." ucap Viki di sela-sela mulutnya menyeruput mie di dalam mangkok.
"Ini minumnya bang." Nara menaruh segelas air putih di depan Viki. Melihat itu Viki tersenyum dan mengangguk.
Viki menghentikan makannya saat ponselnya berdering. Membuat mata Viki melihat ke layar ponsel miliknya. "Mama. Ckk." ucap Viki.
"Malam ini Viki tidak pulang. Viki mau tidur di apartemen." ucap Viki tanpa mendengar perkataan sang mama terlebih dahulu. Bahkan setelahnya, Viki langsung mematikan sambungan teleponnya.
Membuat Nara yang sedang merapikan isi kulkas mengernyitkan dahi mendengar dan melihat Viki. "Siapa yang menelpon?" batin Nara.
Ingin sekali Nara bertanya, namun dirinya tidak mempunyai keberanian besar untuk membuka mulutnya.
"Selesai." Viki menaruh sendok dan meraih tisu. Membersihkan bibirnya yang basah.
"Biar nanti Nara yang membersihkan bang." Nara segera mengambil mangkok di tangan Viki, saat Viki hendak membawanya ke wastafel.
Karena kebiasaan Viki saat dirinya di apartemen, setelah makan atau minum. Dia selalu mencuci alat bekas makannya sendiri.
"Rini, sudah tidur bang?" tanya Nara lirih, melihat Viki menggendong Rini. Hendak memindahkan Rini ke dalam kamar.
Setelahnya Nara mengikuti Viki dengan menggendong Bima, meletakkan dengan pelan di atas kasur.
"Sebaiknya kamu pindah di kamar sebelah sana." ucap Viki sembari menunjukkan kamar yang di maksud Viki.
Kamar yang berada di samping kamar Viki. "Tidak usah Bang, di sini saja." Nara menolak dengan lembut.
Viki melihat kamar tersebut nampak sempit untuk di huni ketiganya. "Tidak ada bantahan. Mulai besok ajak Rini dan Bima tidur di sana." tegas Viki menatap tajam Nara.
"Baik bang." ucap Nara.
Nara tersenyum manis mendapat perhatian dari Viki. Hatinya seakan merasakan senang yang tidak dapat di jabarkan.
Pagi hari, setelah Viki selesai mandi dan bersiap pergi ke perusahaan. Dirinya dikejutkan dengan berita tentang Vano. Suami Ella.
Seketika pikirannya tertuju pada Ella. Sahabatnya tersebut.
Viki berjalan mondar mandir seperti setrika di ruang tengah apartemennya, dengan menempelkan ponsel di telinga kirinya. Terlihat jelas raut wajah khawatirnya.
"Ell,, angkat." gumam Viki dengan rasa khawatirnya.
"Bang, sarapannya sudah siap." ucap Nara. Tapi sepertinya Viki mengacuhkan perkataan Nara.
"Abang Viki kenapa?" tanya Nara.
"Tidak ada." jawab Viki dengan ketus. Memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Nanti akan ada orang yang mengantar makanan untuk kalian. Kamu tinggal menerima. Semua sudah abang bayar." ucap Viki.
Meninggalkan Nara tanpa pamit. Tampak Nara menatap tubuh Viki yang keluar dari apartemen dengan tatapan yang rumit.
"Ada apa dengan bang Viki?" gumam Nara.
"Semalam bang Viki terlihat kesal. Dan sekarang terlihat cemas." ucap Nara lirih.
Teringat saat makan malam ada yang menelpon Viki. Dan Viki dengan jutek menjawab panggilan tersebut.
Dan pagi ini, Nara melihat Viki nampak terlihat sangat cemas. "Apa bang Viki mempunyai masalah dengan kekasihnya." tebak Nara.
Nara mendudukkan pantatnya di kursi empuk ruang tengah. Memikirkan Viki sudah mempunyai kekasih, membuat dada Nara kembali serasa dihimpit batu besar.
"Sebenarnya ada apa denganku. Kenapa aku seperti ini." Nara memukul-mukul sendiri dadanya.
Tanpa Nara sadari, air mata Nara menetes di pipi mulus Nara. Padahal Nara sama sekali tidak ingin menangis. "Ada apa ini." ucap Nara menghapus dengan kasar air mata di pipinya.
Nara butuh seseorang. Seseorang untuk mendengarnya bercerita. Tapi siapa. Selama ini dirinya tidak mempunyai teman. Dia hanya hidup bersama Rini dan Bima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
FLA
nangis mulu stok air mata mu banyak ya ra
2022-06-27
2
Ceethra DeeNa
SeMangattt Up Thor..
2022-06-27
3