Warna jingga telah menampakkan warnanya yang sangat indah. Para undangan yang menghadiri pernikah Eglar dan Sherly telah berlalu sejak tiga jam yang lalu. Maura yang berada di atas balkon kamarnya memperhatikan hilir mudik para pelayan yang tengah membersihkan rumahnya karena acara telah usai.
Sejak berpamitan tadi pada kedua orang tuanya, Maura merasa enggan keluar kamarnya karena ada satu alasan yang mendasari.
Maura memejamkan matanya sembari menghirup udara dalam- dalam. Air matanya mengalir kala mengingat kelakuan sang kakak tirinya tadi pagi.
Greppp....
Maura tersentak kala tiba- tiba ada yang memeluknya dari belakang. Ingin memutar badan dan melihat siapa pelakunya namun sepertinya seseorang yang memeluknya menahannya.
Maura mencium parfume yang sangat familiar yang keluar dari tubuh seseorang yang memeluknya. Hingga membuat nafasnya tercekat kala dirinya sadar siapa yang telah memeluknya.
"K-ak Garvin." Ujar Maura tergugu, Walau tak bisa melihat wajah si pelaku namun Maura sangat yakin jika Garvinlah yang memeluknya.
"Iya sayang, ini aku kekasihmu." Ucap Garvin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Maura.
Maura termenung dalam diam dan dirinya merasakan mati rasa kala Garvin semakin kurang ajarnya membuat tanda merah di lehernya. Sebenarnya dirinya sudah capek dengan tingkah Garvin yang semena- mena padanya.
"Kak..." Panggil Maura lagi berusaha tersadar dari rasa terlenanya sebab sentuhan Garvin. Maura berusaha membalikkan badannya agar lebih leluasa melihat wajah pemilik hatinya walau tak bisa dimilikinya.
"Kenapa sayang." Sahut Garvin membelai wajah ayu Maura, tak lupa dirinya juga menghapus buliran bening yang mengalir dipipi sang gadis.
"Tolong hargai keputusanku kak, Jangan kayak gini kak." Sergah Maura berujar, dirinya memegang tangan Garvin yang sedari tadi tak henti- hentinya membelai wajahnya. Maura geli dengan perlakuan Garvin padanya, sebab Garvinlah pria pertama kali yang membelai wajahnya .
"Aku tau kamu tersiksa sayang, Tolong jangan bohongi perasaanmu. Aku bisa dengan jelas melihat semuanya dari sorot matamu sayang." Ujar Garvin melepaskan tangan Maura yang menggenggam tangannya. Ia menangkup wajah gadis di depannya ini dengan tatapan lekat menusuk mata sang gadis.
Maura menggeleng mendengarkan ucapan Garvin, Bisa dibilang jika Maura egois tentang perasaanya. Namun mau apa dikata, Nasi sudah menjadi bubur biarlah mereka menjalani semuanya sesuai alur yang sudah di rencanakan sang pencipta.
"Kak, tolong aku kak. Aku mohon sama kakak jangan lakuin hal kayak gini lagi kak. Kita sekarang berstatus kak...." Timpal Maura namun dengan gesit Garvin menyelanya, cukup sakit menurutnya jika mengingat status mereka berdua saat ini.
"Itu menurutmu sayang namun tidak denganku, Kalau seumpanya kamu gak ngelarang aku buat bilang ke mereka. Mungkin saat ini kita yang akan menikah dan menjadi sepasang suami istri, bukan mereka." Garvin menyela dengan intonasi yang mulai meningi, tersulut emosi sudah pasti.
"Dan aku akan membiarkan mamaku kecewa dan sedih. Begitu menurut kakak hah...? aku gak setega itu kak, apalagi dia mamaku, mama yang melahirkanku. Aku rela hatiku tersakiti asal mamaku bahagia kak, aku harap kamu juga punya pemikiran yang sama denganku. Jangan mementingkan ego dan kesenangan sendiri kak." Papar Maura mengehempaskan tangan Garvin yang masih bertengger manis dipipinya.
Garvin seakan tertohok dengan ucapan Maura hingga dirinya tak berani memandang wajah Maura yang sudah dibanjiri air mata. Hatinya berdenyut mendengar isak pilu yang keluar dari bibir gadisnya.
Namun apakah tak ada secercah harapan lagi untuk mereka bersatu. Garvin bimbang dengan apa yang akan diambilnya nanti. Jika Maura sudah tak mau dengannya , Apa nanti yang diperjuangkan sendiri akan membuahkan hasil jika Garvin terus maju sendiri.
Biarlah untuk kali ini Garvin mengalah pada keinginan Maura. Tapi dirinya akan berusaha membuat Maura jujur tentang perasaannya dengan cara apapun itu.
"Baiklah jika itu maumu, Tapi hanya satu yang kupinta padamu. Jangan pernah membuka hatimu untuk siapapun Maura." putus Garvin final, Dirinya akan berusaha membuat Maura yang akan mengakui perasaannya nantinya.
"Kenapa? itu hakku kak. Aku akan menikah dengan siapapun nantinya juga hakku. Kakak hanya kakakku walau hanya kakak tiri, ingat itu kak?" Ujar Maura memperingati.
"Jangan macam- macam Maura, hatiku masih milikmu jangan pernah membuatku gagal melupakanmu hanya karna kamu membuka hati untuk pria lain sebelum namamu di hatiku hilang." Sergah Garvin menahan amarah, tangannya mencekram bahu Maura agar gadisnya berhenti bermacam- macam padanya. Cukup menjauh sebagai ujian yang harus dilalui Garvin bukan diganti dengan pria lain.
Seberapapun nanti hasilnya dalam menjauhi Maura ,dirinya sangat tak yakin jika dirinya mampu. Sebab dulu juga pernah mencoba mengalihkan perasaannya pada Maura namun hasilnya sia- sia. Kala itu Garvin frustasi karena Maura selalu menghindar dan tak meresponnya. Hingga dirinya berinisiatif membuang perasaannya walau itu sangatlah berat.
"Ok aku akan lakukan itu asal kakak jangan pernah melakukan hal gila lagi kak, aku takut orang tua kita tau." Ucap Maura menyetujui apa mau Garvin, lagipula mana mungkin Maura mengalihkan perasaannya secepat itu. Apalagi nama Garvin akan sulit dilupakan pikirnya.
"Baiklah jika itu keputusanmu, jangan pernah menyesal dengan keputusanmu itu sayang." ujar Garvin berlalu pergi, belum sempat membuka pintu kamar Maura . Garvin kembali ke hadapan Maura dan mencium keningnya, anggap saja itu ciuman terakhir yang diberikan Garvin untuk Maura. Maura hanya terdiam menerima kecupan hangat itu, Biarlah Garvin melakukan itu agar apa yang menjadi kemauannya dituriti oleh pria di hadapannya ini.
"Jaga dirimu baik- baik." seru Garvin setelah melepaskan ciuman hangat di kening Maura.
Setelah itu Garvin melenggang pergi dari hadapan Maura yang masih setia mematung. Bahkan tanpa sadar air matanya meluruh bersamaan dengan tertutupnya pintu kamarnya.
"Hah..." Tarikan nafas kasar dilakukan berulang kali oleh Maura, Hatinya sakit dengan kenyataan yang terjadi dalam hidupnya. Namun apakah salah dirinya memprioritaskan kebahagiaan mamanya dari pada kebahagiaan dirinya.
Berbeda dengan Garvin yang masih menyandarkan punggungnya di depan pintu kamar Maura. Dirinya tersenyum miris dengan takdir yang tiap kali mempermainkannya. Dulu mantan kekasihnya meninggalkannya hanya karna dirinya masih belum bisa memberikan pejantan itu dinikmati si mantan.
Garvin memang tak mau melakukan hal- hal diluar batas sebelum sah di mata hukum dan agama. Apalagi statusnya hanya kekasih dan si mantan malah meminta hak seorang istri padanya. Tentu saja Garvin menolaknya sebab dirinya akan melakukan hal itu pada istri sahnya nantinya.
Alhasil si mantan malah melampiaskan kekesalannya dengan melayani om- om hidung belang. Untung saja Garvin menyuruh orang mengintainya, jika tidak mungkin rasa sakit hatinya semakin parah jika hubungannya sampai ke jenjang pernikahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
auliasiamatir
hummm garvin benr benar sudah terobsesi sama maura
2023-02-08
0
auliasiamatir
betul juga sih
2023-02-08
0
auliasiamatir
kasian aku sama maura, .mending jujur aja deh sama orang tua nya.
2023-02-08
0