Aslan dan Zahrana perlahan melepaskan dekapan mereka. Mereka terhenyak dari gelora rasanya yang sempat membuncah hingga mencapai ubun-ubun kepala, namun rasa itu perlahan kembali normal, ketika mendengar pekikan Raihan dari kejauhan yang seolah-seolah menggelegar membelah angkasa. Memekikan gendang telinga bagi siapa pun yang mendengarnya.
"Ana, ma-af ... " ucap Aslan dengan terbata-bata, ketika rasa malu tiba-tiba menyeruak di pita bathinnya terhadap gadis belia yang masih polos dan lugu seperti Zahrana.
Dalam hati Aslan merasa sangat bersalah karena telah menodai kesucian hati Zahrana yang memang sangat dikaguminya. Apa daya ia refleks melakukan semua itu, terdorong naluri hasrat yang terpendam yang tak mampu lagi untuk dibendung ketika melihat sosok Zahrana yang sangat menggoda dan menggemaskan dihadapannya.
"Ana ... kakak benar-benar minta maaf dengan kejadian tadi. Kakak benar-benar refleks melakukan semua itu terhadap mu, jujur kakak tidak tahu mengapa kakak menjadi seperti ini ketika berhadapan dengan mu, Ana. Jujur pesona mu lah yang membuat kakak terpana dan gelap mata sehingga menginginkan sesuatu yang lebih dari mu Ana," tutur Aslan dengan nada sendunya.
Zahrana hanya terdiam dalam gugu dengan pandangan matanya yang mulai berkaca-kaca, seakan baru menyadari atas kekhilafan yang telah di perbuatnya, hingga ikut terhipnotis oleh keadaan.
Zahrana tidak tahu apakah harus senang atau pun marah terhadap Aslan. Namun, Zahrana tidak bisa menampikkan jika dia pun ikut terhanyut dalam gelora rasa ketika berhadapan dengan pria dewasa yang tampan dan gagah seperti Aslan, kendati pun usia Zahrana masih terbilang belia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dia sudah mulai merasakan gejolak rasa antara dua insan yang berlawanan jenis. Bersama Aslan dia merasakan gejolak rasa yang sangat berbeda. Naluri sensitifnya seakan bergerilya menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih entah apa itu namanya Zahrana pun tidak mampu memahaminya, baru pertama kali ia rasakan dalam hidupnya.
Sedangkan bersama Rivandra Dinata Admaja, tidak demikian, rasanya hanya sebatas rasa suka dan kagum akan sosok santun nan Sholeh. Apalagi ketika mendengar dan menyaksikan Rivandra mengumandangkan adzan dan menjadi imam shalat Zhuhur di Musholla Sekolah kala itu. Tak ayal mampu menghipnotis Zahrana akan sosok seorang Rivandra Dinata Admaja,di usianya yang baru beranjak remaja awal sudah memiliki kharisma luar biasa sosok pemimpin atau imam di masa depan, sehingga membuat Zahrana terpana rasa suka berbalut rasa kagum terhadap sosok Rivandra.
Rasa suka dan rasa kagumnya pun berubah menjadi rasa yang tak biasa, ketika Rivandra dengan gamblangnya mengutarakan rasa cinta terhadap Zahrana di Musholla kala itu, membuat hati Zahrana berdecak girang, dengan penuturan rasa Rivandra terhadapnya tak ayal bak gayung bersambut, rasa mereka pun sama tak bertepuk sebelah tangan, meskipun sampai detik ini Zahrana belum bisa memberikan jawaban atas segala rasanya terhadap Rivandra, sebab Rivandra pun tidak memaksa Zahrana untuk secepatnya memberikan jawaban atas ketidakpastian rasanya, harus menolak ataupun menerimanya.
Perbedaan usia yang sangat signifikan antara Aslan Abdurrahman Syatir dan Rivandra Dinata Admaja, membuat Zahrana 'DILEMA' atas segala rasanya, siapa sebenarnya yang ada di hati nya? Aslan Si Pria dewasa dengan wajah tampan mempesona? ataukah Rivandra sosok laki-laki yang masih remaja dengan perawakan manisnya, sopan santun nan Sholeh yang tak kalah tampannya dengan sosok Aslan Abdurrahman Syatir atau kah Zahrana sama sekali tidak memilih kedua-duanya?
"Oh Tuhan ... maafkan Zahrana karena terjebak rasa antara dua cinta, kepada dua insan yang telah Kau ciptakan raganya menjadi sosok kaum Adam yang kini telah menyentuh hati ku yang naif ini," bathin Zahrana.
" Ampunilah hamba ya Rabbi atas segala kehinaan, kelemahan dan kerendahan hamba atas segala rasa hamba yang tak berdaya ini,ya Allah jangan biarkan hamba terjerat dalam sumur dosa yang lebih dalam lagi, atas rasa cinta yang dapat menyesatkan diri ku, sesungguhnya hadir nya kak Aslan dan kak Rivandra dalam hidup ku bukan inginku." Do'a yang teruntai dari dalam jiwa yang tulus dari sesosok anak manusia seperti Zahrana, yang baru akan memulai pencarian jati diri yang sebenarnya dari usianya yang masih sangat belia.
"Ana, mengapa kau diam? Mengapa kau tak bicara? Jangan membuat kakak semakin bersalah dan semakin berdosa terhadap mu Ana, bicara lah!" tegas Aslan sembari mengguncang tubuh Zahrana yang sejak tadi diam tak bergeming.
Bukan nya menjawab pertanyaan Aslan,Zahrana malah menangis dalam gugu. Air mata tiba-tiba menyeruak dari kedua bola matanya yang terlihat sipit, yang sejak tadi dia tahan, akhirnya tak mampu lagi ia bendung, air mata itu pun mengalir begitu saja tanpa bisa untuk ditahan lagi, Zahrana menangis tertahan tanpa suara, namun tak pelak air matanya jatuh berderai membasahi pipi mulusnya.
Aslan panik bukan main melihat Zahrana tiba-tiba meneteskan air matanya, yang telah mengenangi pipi mulusnya. Rona wajah Zahrana memerah akibat menahan tangisnya. Netranya pun nampak terlihat sembab di wajah ayunya.
"Ana,kau kenapa An?" tanya Aslan panik kemudian menarik lembut Zahrana ke dalam pelukannya, sembari mengusap lembut pucuk kepala gadis yang memang sangat di sayanginya.
Zahrana pun tidak menolak perlakuan Aslan terhadapnya, namun justru membalas erat pelukan Aslan seakan tidak ingin melepaskannya barang sedetik pun.
Mereka berdua berpelukan sangat erat, seolah-olah tak ingin terpisahkan oleh waktu dan keadaan. Kali ini bukan refleks atau pun tanpa sengaja, namun lebih pada penyatuan rasa atas dasar suka-sama suka bukan sejenis bentuk paksaan.
Aliran darah mereka kembali berdesir,detak jantung mereka pun seolah kembali bergetar hebat, gelora rasa mereka pun kembali memuncak sampai ke ubun-ubun.
Aslan tidak kuat lagi menahan hasratnya yang terpendam, kemudian dengan deru nafas yang memburu Aslan memberikan kecupan hangat di ubun-ubun Zahrana. Sedangkan Zahrana tampak memejamkan kedua bola matanya. Ia terdiam tidak bergeming namun mengikuti permainan rasa yang tak mampu lagi untuk ia bendung, dengan keinginan nafsu yang tak bisa lagi untuk ia kendalikan.
Di satu sisi Aslan tampak bernafsu sekali ingin bergerilya menyelusuri setiap inchi wajah Zahrana, bibir manis nan ranum itu ingin sekali ia berikan sentuhan mesra layaknya sentuhan seorang laki-laki dewasa pada wanitanya.
Namun, lagi-lagi otaknya masih berpikir normal, dia tidak ingin menodai kesucian dan kepolosan hati Zahrana yang masih suci. Sesuci embun pagi. Bunga mawar itu pun tidak ingin ia petik, biarlah kuntumnya tetap indah merekah harum mewangi di antara bunga-bunga.
Aslan tersenyum manis menampakkan rona wajahnya yang tampan nan mempesona menatap lekat wajah polos Zahrana, itu sudah cukup baginya meskipun tak bisa untuk ia sentuh.
Zahrana yang masih memejamkan bola matanya. Namun, ia tidak merasakan pergerakan apa-apa. Perlahan,ia membuka kelopak matanya, rona wajahnya mendadak bersemu merah. Tersipu malu sebab kenyataannya tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua.
"Kak Aslan,kakak ... aku ... kamu ... kita ... " ujar Zahrana bingung.
"Ayo kita apa?" goda Aslan pada Zahrana.
Menyadari jika Aslan sedang menggodanya, Zahrana pun refleks memukul dada bidang Aslan dengan tangan mungilnya. Rona wajahnya nampak lebih cerah dan bercahaya dengan tawa renyahnya, tidak ada lagi kecanggungan di antara mereka.
"Mulai nakal ya ... berani-beraninya kakak mengerjai dan menggoda Ana," ucap Zahrana sembari terus memukul dada bidang Aslan, yang sebenarnya tidak ada sedikitpun rasa sakit di dadanya, sebab pukulan Zahrana hanya berasa seperti angin untuknya.
Aslan perlahan menggenggam kedua jemari tangan Zahrana yang sejak tadi masih aktif memukul dada bidangnya, kemudian meletakkan tangan halus tersebut, tepat di jantung hatinya.
Mereka berdua pun kembali saling berpandangan, mengisyaratkan gejolak rasa lewat tatapan mata yang penuh syarat makna ada getaran yang tak biasa diantara mereka. Sebuah rasa antara dua anak manusia yang memang tak mampu untuk terbendung lagi hendak tercurahkan dalam sebentuk hati yang bernama ' CINTA '.
"Ana ... jadilah wanita ku! Jagalah hati mu untuk ku! terus lah bertumbuh menjadi gadis remaja yang penuh suka dan cita, sampai akhirnya kau bertumbuh menjadi wanita dewasa, yang pada akhirnya aku bisa menyentuh mu, untuk menjadi permaisuri hatiku."
"Seribu tahun pun kau ku nanti! Aku ingin kau menua bersamaku pada saat yang tepat. Bukan lagi gadis kecil mungil nan belia, namun wanita dewasa yang mempesona agar aku lebih leluasa bersama mu, dan dunia yang akan menjadi saksi kesucian cinta kita," tutur Aslan bak Sang Pencinta Sejati pada Zahrana.
Zahrana hanya diam terpaku tidak berani untuk sembarangan berkata-kata, sebab janji adalah hutang yang harus ia bayar, jika pun di ingkari maka ia layak di sebut ' PENGHIANAT '.
Tidak mudah untuk Zahrana mengumbar janji. Pantang baginya untuk semudah itu mengiyakan, walaupun sebenarnya hati terpana cinta oleh seorang Aslan Abdurrahman Syatir yang memang sangat menyentuh hatinya.
''Ma-af kak, beri Ana waktu untuk itu semua, sebab janji bisa di ingkari, namun bukti sudah pasti nyata, yang Ana butuhkan bukan hanya janji pemanis kata namun lebih kepada PEMBUKTIAN ," ucap Zahrana lugas lebih kepada bentuk penegasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
hadeeeh gercep ya si aslan tapi tetap jaga aqidah jangan kalah sama anak usia 8 thn
2023-09-18
1
Bayangan Ilusi
😱oh noo
2023-01-06
1
Bayangan Ilusi
Diantara dua cowok nih?
mana sholeh semua lagi.. bikin meleleh🥰
2023-01-06
1