Selesai makan bersama, Zahrana dan adiknya Raihan berpamitan dengan Ayah dan Bundanya untuk segera bersiap-siap berangkat sekolah.
Zahrana dan Raihan pun bergantian mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Hati-hati di sekolah, Nak! belajar yang rajin, jangan nakal, perhatikan pelajaran yang disampaikan oleh Bapak dan Ibu Guru di Sekolah dengan baik, jika sekolah sudah usai, jangan keluyuran kemana-mana, langsung pulang ke rumah ya, Nak!" Secercah nasehat yang disampaikan oleh Buya Harun dan Bunda Fatimah pada kedua anaknya.
"Siappp! Ayah Bunda," ucap Zahrana dan Raihan secara bersamaan, sembari mengangkat tangan kanan mereka, kemudian menaruh hormat kepada Ayah dan Bundanya, seperti penghormatan kepada Bendera Merah Putih pada saat Upacara Bendera dihari Senin pagi.
Kemudian Zahrana dan Raihan pun bergegas keluar rumah sembari mengucapkan salam kepada kedua orangtuanya.
"Assalamu'alaikum ... Ayah Bunda, Zahrana dan Raihan berangkat Sekolah dulu ya?" ujar Zahrana dan Raihan secara bersamaan.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi ... " jawab Buya Harun dan Bunda Fatimah dengan penuh kasih kepada Putera dan Puteri mereka.
Kemudian Bunda Fatimah kembali ke dapur membersihkan lantai dapur dan mencuci piring bekas makan mereka.
Sedangkan Buya Harun kembali ke rutinitas selanjutnya. Mengais rezeki lewat kebun karet di belakang rumahnya, yang tak jauh dari rumah tempat tinggal mereka.
Lewat sadapan getah karet tersebutlah salah satu mata pencaharian keluarga mereka, demi memenuhi kebutuhan sandang pangan keluarga dan biaya sekolah Zahrana dan Raihan saat ini.
Zahrana dan Raihan pun bergegas menuju pinggir jalan raya, hendak menunggu Bis Sekolah Umum, yang sudah menjadi rutinitas mereka satu bulan terakhir ini.
Setiap pagi mereka harus rela menunggu Mobil Bis lewat untuk ditumpangi agar bisa sampai ke Sekolah masing-masing.
Sebelumnya, sewaktu masih duduk di bangku SD Zahrana pergi ke Sekolah kerapkali naik Sepeda Mini kesayangannya, hadiah dari Ayah dan Bundanya sebagai bentuk apresiasi atas Prestasi Zahrana diSekolahnya, yang kerapkali mendapatkan juara pertama dikelasnya.
Buya Harun dan Bunda Fatimah berharap dengan hadiah Sepeda Mini itu, Zahrana semakin antusias dalam belajarnya. Tentu dengan senang hati dan penuh semangat sekali Zahrana saat itu ketika menerima hadiah dari Ayah dan Bundanya.
Dengan Sepeda Mini itu, Zahrana pun bisa membonceng adiknya Raihan yang pada waktu itu satu sekolah SD dengannya, Zahrana duduk di bangku kelas 5 SD, Raihan baru kelas 1 SD kala itu.
Sementara Jarak tempuh ke Sekolah SD Negeri 18 XX memakan waktu 25 menit karena naik Sepeda, jikalau naik mobil umum cukup 10 menit sudah sampai ke Sekolah SD yg mereka tuju. Kebetulan SD Negeri 18 XX bersebelahan dengan Desa tempat tinggal mereka, hanya berjarak satu kampung.
Kala itu, pernah juga Zahrana dan Raihan berjalan kaki untuk berangkat menuju SD mereka, pada waktu itu mereka belum punya Sepeda untuk digunakan ke Sekolah kecuali Sepeda Ontel kesayangan Ayah mereka Era 90 an yg jika sudah memiliki kendaraan itu sudah terasa bahagia luar biasa, seperti memiliki batangan Emas berharga.
Sepeda Ontel itu, hanya Ayah mereka yang bisa mengendarainya, karena ada palang di tengahnya yang menghalanginya, sehingga kesulitan bagi Zahrana untuk mengendarainya.
Pernah Zahrana mencoba belajar mengendarai Sepeda Ontel Ayahnya, namun Zahrana meski terlihat lincah, akhirnya terjatuh juga dari Sepeda Ontel tersebut, lantaran postur tubuhnya yang SENTIMEN ( Berapa Sentimeter dari Semen ).😁😁
Jika pada saat itu, tidak ada yang membantu mengangkatnya dengan cepat, mungkin Zahrana akan tergilas mobil yang jaraknya hanya sedikit lagi dengan tempat di mana Zahrana tergeletak tertimpa sepeda Ontel Ayahnya.
Zahrana harus menahan sakit dan menahan malu sebab jatuh di jalan raya, di mana orang-orang sedang sibuk gotong royong di Mesjid tepat berhadapan dengan lokasi di mana Zahrana terjatuh hilang keseimbangan lantaran kakinya tidak kesampaian menginjak pedal Sepeda ontel Ayahnya.
Sewaktu Zahrana masih kelas 4 SD dan Raihan baru awal masuk SD, dalam 2 bulan pertama sering kali Ayahnya mengantarkan mereka ke Sekolah dengan Sepeda Ontel, membonceng Raihan dan Zahrana sembari bercanda ria menuju ke Sekolah mereka.
Namun, setelah menginjak 3 bulan Raihan duduk di bangku SD. Buya Harun sengaja melepaskan mereka untuk bisa belajar mandiri, tegar dan kuat, tidak boleh lemah, tidak boleh manja, karena masa depan masih panjang harus semangat 45 seperti para pejuang Zaman dahulu, jadilah Zahrana dan Raihan berjalan kaki setiap hari menuju Sekolah bersama teman-teman sekolah mereka lainnya.
Sehingga memakan waktu kurang lebih 40 menit paling cepat tiba di Sekolah mereka, itu pun jika tidak beristirahat atau berkeluyuran kemana dengan teman-temannya. Bisa menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan menuju Sekolah mereka.
Pernah juga Zahrana, Raihan dan teman-temannya kehujanan dijalan sehingga basah kuyup, namun mereka sudah siap siaga. Sudah ada plastik khusus untuk menyimpan tas dan sepatu mereka agar tidak kebasahan terkena hujan deras, jadilah mereka pulang sekolah tanpa alas kaki, sehingga dijuluki 'KAKI AYAM ', lantaran berangkat dari rumah berseragam rapi, lengkap dengan tas di pundaknya.
Namun, setelah pulang sekolah tas dan sepatu di jinjing menggunakan plastik, sedang kaki sudah tak beralas, sehingga mendapat julukan 'KAKI AYAM'.
Kebayang kan, lucunya. Tanpa alas kaki berjalan diatas Aspal sambil bercanda ria dengan teman-teman sekolah yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Seperti semboyan ''BHINNEKA TUNGGAL IKA" walaupun berbeda-beda tetap satu jua.
Jika di ingat-ingat lucu sekali pada zaman itu, ingin sekali Zahrana tertawa lebar, ketika mengingatkan kembali betapa indahnya masa-masa itu, hanya anak anak tahun 90 an yang bisa merasakan kenikmatan, keindahan dan kebahagiaan kala itu.
Lamunan Zahrana pun buyar seketika, lantaran di kaget kan oleh adiknya Raihan.
''Kakak ku yang cantik, yang baik, yang imut, yang ter segalanya. Bis Sekolah sudah tiba, tuh! jangan melamun saja, cengar cengir sendiri dari tadi, nanti kesambet baru tau," guyon Raihan pada kakaknya.
''Oke, adek kakak yang manis dan yang paling mengerti kakak. Terimakasih sudah mengingatkan kakak."
''Let's go!" ucap Zahrana pada Adiknya, sembari menggandeng tangan Raihan dan bergegas masuk ke dalam Bis.
Raihan pun mengikuti kakaknya dari arahbelakang.
Zahrana memilih duduk di deretan kursi Bis paling depan sedangkan Raihan lebih suka berdiri sambil bergelayut berpegangan di pintu mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Baim Fauzan
pengalamn authornya kali ya hahahaha..sori thor bercanda
2023-03-20
1
Mei Shin Manalu
Gemeeesss liat interaksi adek kakak ini
2023-01-22
1
UQies (IG: bulqies_uqies)
Kita satu spesies Zahrana, bartubuh mini tapi bukan minion 🤣
aku suka cerita kakak, sekuntum mawar untuk Zahrana, dan sekuntum lagi untuk kakak othornya.
2022-11-04
3