"Kau ... awas kau ... !" ancam Nandini tidak mau kalah dengan Arjuna Restu Pamungkas.
"Jangan merasa besar kepala, ya. Aku juga takkan Sudi berada lama-lama didekatmu," ujar Nandini demi menutupi rasa malu dan gugupnya. Padahal entah kenapa Nandini merasa nyaman berada dalam dekapan Arjuna.
"Sudah ... sudah ... Din. Ayo segera turun! mau berapa lama lagi kamu berdiri di ambang pintu itu, kasian anak-anak sekolah dan penumpang yang lainnya pasti jenuh menunggu, mereka juga ingin cepat sampai ke rumah masing-masing. Kenapa tidak ada habisnya kau berulah dengan gaya metalmu? kau lihat semua mata tertuju dan berbisik pada mu," ujar Zahrana dengan setengah kesal menghadapi sikap sahabat nya. Kemudian ia pun menarik pergelangan tangan Nandini untuk segera turun dari mobil.
"See you again ... gadis metal!" seloroh Arjuna sembari memberikan senyum manis kemudian menempelkan bibirnya menggunakan dua jarinya dan mengarahkan pada Nandini.
"Cuiihhhh ... umpat Nandini sambil membuang ludah nya ke tanah, tidak Sudi mendapatkan kiss dari jauh yang di berikan oleh Arjuna padanya, yang sedikit pun tak punya rasa malu ditonton semua penumpang yang terdiri dari anak-anak sekolah dan penumpang umum lainnya.
"Anak-anak sekolah zaman sekarang Kelakuannya naudzubillah ... " umpat Ibu-ibu yang duduk di bangku nomor 5 dari depan," seraya mengarahkan pandangannya ke arah Arjuna yang sekarang sudah duduk di kursi belakang bersama Rangga Sahadewa.
Arjuna sengaja duduk di bekas kursi Nandini, dengan gaya elegannya, membuat para Ibu-ibu yang memperhatikannya mendelik tajam ke arahnya.
" Mau jadi apa mereka nantinya, orang tua susah payah membiayai sekolah nya, mereka asyik ugal-ugalan. Kecil-kecil sudah pacaran," cerocos Ibu sebelahnya lagi.
Arjuna acuh tak acuh seperti 'kura - kura dalam perahu alias pura-pura tidak tahu'. Sudah menjadi kebiasaan Arjuna, dengan sikap Arogannya, tidak pernah gentar dengan ocehan orang, masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
***
Di sisi lain, diluar mobil.
Rivandra masih berdiri tegak di sana. Ia ingin menyampaikan permohonan maaf kepada Zahrana dan teman-temannya.
"Ra, maafkan kelakuan Arjuna pada Nandini, ya." Rivandra tidak enak hati atas kelakuan teman sekaligus sepupunya Arjuna Restu Pamungkas.
"Sama-sama, Kak. Zahrana pun minta maaf atas kelakuan Nandini."
"kami jalan dulu, Kak." Zahrana pamit pada Rivandra.
Rivandra pun kembali masuk ke dalam mobil, guna melanjutkan perjalanan ke rumahnya yang masih memakan waktu kurang lebih 15 menit lagi.
"Tarik Banggg!'' titah Arjuna kepada Abang Sopir, tanpa peduli dengan para penumpang, terutama ibu-ibu yang memandang sinis kepadanya.
Abang sopir pun segera melajukan mobilnya. Music Dangdut era 90 an di putar oleh Abang Sopir agar semua penumpang semangat selama dalam perjalanan.
Di antara dentuman musik masih terdengar samar-samar suara Ibu-ibu bergosip tentang kelakuan Arjuna yang menurut mereka sangat lah tidak bermoral, sedangkan anak-anak sekolah lainnya hanya berbisik-bisik kecil, kemudian menikmati kembali perjalanan mereka.
Sedangkan Abang Sopir acuh tak acuh, sebab dia sudah paham betul kelakuan Arjuna dari sejak kecil, sebab sudah 10th mengabdi menjadi Sopir Bis milik Orang Tua Arjuna. Jadi, Abang Sopir paham betul sifat arogan Arjuna Restu Pamungkas.
Rivandra yang sejak tadi jengah dengan kelakuan Arjuna, langsung saja menegur Arjuna dengan gaya elegannya namun penuh penekanan.
"Tuan Muda, Arjuna Restu Pamungkas yang terhormat, harus dengan cara apa lagi untuk membuat mu jera dengan sikap Arogan mu itu, juga tipu daya mu kepada setiap wanita yang kau temui, berhentilah menjadi laki-laki penggoda! kau akan menyesal nantinya, jika masa depan mu hancur, gugur sebelum berkembang." Nasehat Rivandra pada Arjuna.
''Haruskah aku adukan kenakalan mu pada Om Sastrawan, agar menutup semua akses keuangan mu, dan kau di antar jemput sekolah oleh body guard yang tinggi besar dan menyeramkan itu, sehingga kebebasan mu terusik. Apa itu mau mu?" Tanya Rivandra kesal pada sikap Arogan dan PlayBoy-nya Arjuna.
''No ... Tuan Muda Rivandra Dinata Admaja, jangan kau adukan aku pada Papa ku! apa kamu tega melihat semua akses ku tertutup." Mohon Arjuna pada Rivandra dengan setengah memelas.
"Oke ... kali ini aku tidak akan mengadukan apa-apa pada Om Sastrawan, namun kau harus berjanji jangan coba-coba lagi mengganggu Zahrana dan teman-teman nya!" titah Rivandra pada Arjuna.
"Siap Tuan Muda!" ujar Arjuna tunduk patuh pada ucapan Rivandra. Padahal dalam hatinya tidak akan pernah menyerah, terutama mengganggu Nandini Si Gadis Metal khususnya.
Rangga yang dari awal, hingga detik ini masih setia menjadi penonton atas keributan yang tidak habis-habisnya di buat oleh Arjuna, hanya bisa menahan tawanya, lucu melihat kelakuan Arjuna bagai kerbau di cucuk hidung ketika mendengar ancaman Rivandra.
''Ternyata ada juga sisi lemah loe Bos, takut kali kau jika semua akses keuangan loe ditutup oleh Om Sastrawan. Tapi ... jika itu terjadi gue juga bakal jadi gembel apabila mesin uang gue tiba-tiba hilang. Oh, no ... jangan sampai semua itu terjadi, aku akan selalu berada di sampingmu dan membela mu, agar aku bisa terus kecipratan bonus dari loe Juna," gumam Rangga dalam hati.
***
"Zahrana, Nandini ... kami masuk rumah duluan ya?" ujar Cinta dan Kirana bersamaan. Sedangkan Zahrana dan Nandini rumah mereka terlewat jauh kira-kira berjarak lima rumah dengan Cinta dan Kirana.
"Yah, harus jalan kaki lagi kita Ra, capek diBis tadi juga belum hilang lantaran berseteru dengan Si Arjuna Sang Pencinta Wanita, ini harus jalan kaki lagi," gerutu Nandini.
"Sabar Nan, ini sangat dekat sekali. Paling cepat satu menit nyampe, kok. Coba bandingkan dengan kita waktu SD dulu harus berjalan kaki menempuh jarak 30 menit paling cepat, lelahnya tiada bandingnya," tutur Zahrana pada Nandini.
"Iya juga sih Ra, cuma sekarang gue benar-benar bete sama tu Arjuna, masih mendingan Si Kutu Buku Zainal Abidin. Zainal lebih lembut, sopan dan sangat menghargai wanita. Tapi, aku kecewanya pas dia lagi bersama Si Nenek Sihir itu alias Priska Prahara," cerocos Nandini.
Zahrana seketika melebarkan tawanya, mendengar Nandini tiba-tiba membandingkan Si Kutu Buku Zainal Abidin dengan Sang Arjuna Play Boy Kelas Kakap.
"Kenapa kamu tertawa Ra? apa ada yang lucu dari ucapan ku?" tanya Nandini dengan rasa bingungnya.
"Bagaimana aku tidak tertawa, Din. Secara tidak sengaja kau menjelaskan tentang perasaan mu, itu berarti tanda-tanda ... gadis metal alias pendekar sakti yang ada di depan ku ini mulai tersentuh hatinya, falling in love dengan dua pemuda sekaligus," tutur Zahrana.
"What??? aku ... falling in love? Oh,no ... Ra. Aku tidak akan mudah tersentuh apa lagi jatuh cinta pada laki-laki mana pun," ucap Nandini dengan gaya angkuhnya.
"Din,ingat ... jaga ucapan mu. Jangan sampai suatu hari nanti kau termakan omongan mu sendiri, cinta itu terkadang berawal dari rasa benci kemudian menjadi suka, cinta juga tidak memandang waktu dan tempat, ketika ia hendak berlabuh. Cinta itu ibarat kilat dan petir dia akan menyambar ketika kita sedang lengah dan kau pun tidak akan bisa menghindar karenanya.'' Kalimat bijak Zahrana pada Nandini sahabatnya.
Lagi-lagi Nandini di buat kagum pada sosok Zahrana, sahabat yang bukan hanya terlihat cantik dan mempesona dari luar, namun dalam hatinya begitu lembut dan indah, seumpama mutiara di dasar lautan yang kita harus rela menyelam ke dalam lautan barulah bisa meraihnya.
Itu lah sosok Tsamirah Zahrana Az Zahra. Bukan hanya lentera bagi keluarga dan teman-temannya, namun bisa menjadi telaga penyejuk hati dari taman-taman Syurga. Julukan yang indah untuk seorang Zahrana di usianya yang masih teramat belia.
''Ra, terimakasih ya atas semua petuah mu, yang tidak bosan-bosannya mengingatkan aku, sahabat mu yang tiada henti-hentinya berbuat kekacauan ini," tutur Nandini sembari merangkul bahu Zahrana.
Belum sempat Zahrana berkata-kata. Dari arah belakang mereka, terdengar suara yang tak asing lagi mendayu telinganya.
"Tentu saja kakak ku yang cantik nan ayu ini memang lembut dan baik hati. Tidak salah jika Ayah dan Bunda menamainya Tsamirah Zahrana Az Zahra. Dia seperti mata air syurga yang sejuk di pandang mata, juga pesonanya yang luar biasa, pantas lah kakak ku ini mendapat gelar Wanita Seribu Pesona dan Bunga Desa," goda Raihan pada kakaknya.
"Raihan ... kau menggoda kakak. Sejak kapan kau mengekori kami dari belakang?" tanya Zahrana pada adiknya Raihan, sembari berlari kecil mengejar Raihan yang tampak usil padanya.
Nandini terpingkal-pingkal melihat kelucuan kakak adik itu." Mereka tampak akrab sekali," gumam Nandini.
Tak terasa, rumah Nandini pun sudah sampai.
Toko Sembako dan Toko Sayur orang tuanya sangat ramai sekali pengunjung nya, begitu lah setiap hari nya, seperti tidak ada habisnya para pengunjung yang berbelanja ditoko mereka.
Nandini memang termasuk keluarga berada, jika ingin di antar jemput sekolah atau mengendarai motor sendiri pun Nandini bisa, namun dia lebih memilih naik Bis Sekolah bergabung dengan Zahrana dan teman-temannya yang lain. Hanya pas berangkat sekolah pagi-pagi sering diantar oleh kakaknya Aslan Abdurrahman Syatir. Lantaran Nandini sering bangun kesiangan dan ketinggalan Bis.
Di tengah kejar-kejaran dengan adiknya Raihan. Zahrana tidak menyadari jika dia menabrak seseorang yang sedang berdiri di pinggir jalan. Pemuda itu sedang fokus menuangkan bensin pada pelanggan toko, sedikit lagi hilang keseimbangan untung saja bensin sudah tertuang sepenuhnya ke dalam tangki motor tersebut.
"Aww ... " pekik Zahrana kaget.
"Maaf kak, Zahra nggak sengaja. Zahra sedang kejar-kejaran dengan Raihan," tutur Zahrana pada Aslan Abdurrahman Syatir. Kakak dari sahabatnya sendiri Nandini Sukma Dewi.
"Tsamirah Zahrana Az Zahra ... " bathin Aslan dalam hati.
Sebuah nama yang mengukir indah di pita bathinnya, semenjak satu tahun terakhir ini. Kharisma Zahrana yang Ayu nan mempesona sudah mampu memikat hati seorang Aslan Abdurrahman Syatir dari semenjak Zahrana duduk di bangku kelas 6 SD akhir, ketika itu Zahrana baru berusia 11 tahun, baru akan beranjak ABG.
Dulu sewaktu Zahrana masih kecil usia sekitar 6 tahunan. Aslan sering mengawasi Zahrana dan Nandini yang sering bermain rumah-rumahan,congklak,main orang-orangan alias BP.
Mereka juga sering bermain di sawah orang tua mereka, mencarikan ranting-ranting pohon. Kemudian di buat pondok-pondokann untuk mereka, juga bermain kerajaan, di mana ada Tuan Puteri dan Seorang Raja, di mana Zahrana sebagai Tuan Puteri, Nandini sebagai saudari Raja. Mereka sengaja menjahili Aslan untuk menjadi Sang Raja dan meminta Aslan untuk memasangkan Mahkota Puteri untuk Zahrana kala itu.
"Ya Tuhan ... kenangan itu ... " bathin Aslan.
"Kau begitu indah An, salahkah aku menyimpan rasa pada mu dalam diamku, menunggu mu terus bertumbuh dari gadis remaja, hingga nantinya kau bertumbuh menjadi wanita dewasa dan pada akhirnya kau halal untuk ku dan menjadi permaisuri hatiku seutuhnya, bukan hanya cerita dalam dongeng cinta," bathin Aslan dalam hati.
"Kak, hello ... " panggil Zahrana pada Aslan sembari melambaikan tangannya tepat di wajah Aslan. Namun, Aslan diam tak bergeming. Ia seolah terhipnotis oleh pesona Zahrana.
"Kak Aslan ku yang ganteng dan paling tampan sejagat raya ... " pekik Nandini Sukma Dewi secara tiba-tiba, dari arah belakang kakaknya.
"Ada apa Dek?" Aslan balik bertanya, dengan rasa kagetnya oleh pekikan Nandini.
"Kakak tau nggak, itu Mang Selamet sudah dari tadi menyodorkan uang 5 ribuan buat bayar bensin. Kok, kakak malah bengong?"
"Ciyeeee ... Nandini tau pasti kakak terpana dengan sahabat ku Zahrana, kan?" cerocos Nandini pada kakaknya disaksikan oleh Mang Selamet juga Raihan yang dari jarak 1,5 meter cengengesan melihat kakaknya Zahrana yang wajahnya memerah mirip seperti kepiting rebus karena insidennya bertabrakan dengan Aslan Abdurrahman Syatir.
"Ma-af Mang," ujar Aslan pada Mang Selamet.
"Iya Den Aslan, nggak apa-apa. Saya berangkat dulu!" ujar Mang Selamet sembari cengar-cengir melihat tingkah Aslan yang terlihat sangat gugup.
"Anak muda zaman sekarang, jatuh cintanya tidak mengenal tempat, membuat jiwa muda ku serasa kembali lagi dengan kisah 20th silam," cicit Mang Selamet dalam hati sambil mengendarai motor bututnya.
"Zahra pamit dulu, Kak. Mau mengejar Raihan lagi," ujar Zahrana pada Aslan.
"Ana ... tunggu!" panggil Aslan pada Zahrana.
"Iya kak, ada apa?" tanya Zahrana.
"Aa-aku ... maksud ku nama mu sangat indah 'Tsamirah Zahrana Az Zahra ',seindah wajah mu ... " bisik terakhir Aslan. Kalimat terakhir hanya Aslan saja yang bisa merasakan lewat suara hatinya.
Zahrana hanya tersenyum simpul mendengar penuturan Aslan Abdurrahman Syatir. Kemudian, ia pun berlalu pergi mengejar Raihan adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Bayangan Ilusi
Dasar rangga😆
2022-12-28
0
Bayangan Ilusi
kirain benar2 manut🤣
2022-12-28
1
Bayangan Ilusi
oo.. anak juragan bis.. pantes aja songong🤭
2022-12-28
0