Sebelum melanjutkan kisah Zahrana diusianya yang ke-17 tahun dimana Zahrana sudah duduk di bangku SMK akhir, kita akan mengupas tuntas masa-masa Zahrana ketika masih berada di Bangku SMP sehingga nantinya akan berlanjut menjadi kisah yang luar biasa dari seorang Zahrana yang berusaha menemukan jati dirinya lewat proses hijrahnya .
⚛⚛⚛ Flash Back On ⚛⚛⚛
"Zahrana ... bangun, Nak! Sudah masuk waktu shalat Subuh, Ayah dan Adik mu Raihan sudah berangkat ke Mesjid dan Bunda pun sudah akan bersiap-siap untuk melaksanakan shalat subuh," tutur Bunda Fatimah pada Zahrana Puteri tercintanya.
Zahrana masih enggan membuka netra matanya, seakan tak rela berdamai dengan anggota tubuhnya, untuk segera bangkit dari tidur lelapnya.
"Sebentar lagi Bun! Zahra masih mengantuk berat," ucap Zahrana sembari menutup mulutnya yang masih menguap lebar, dengan matanya yang masih menyipit seolah enggan bangun dari peraduannya.
"Sholat di awal waktu itu lebih baik lho nak, dari pada di akhir waktu, anak gadis tidak boleh bermalas-malasan. Bangun pagi itu baik untuk kesehatan kita sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam," nasehat Bunda Fatimah.
Namun Zahrana seolah olah tidak mendengar, seakan masih terbuai dengan mimpi indahnya, enggan bangun dari tidur lelapnya.
Sang Bunda pun sudah selesai menunaikan Ibadah shalat Subuh, sedangkan Zahrana masih saja terlelap tidur tanpa berniat sedikit pun untuk segera bangkit dari tidur panjangnya.
Dengan lembut Bunda Zahrana membelai pucuk kepala Puterinya agar segera bangun dari tidur lelapnya, kemudian berbisik lembut tepat di telinga Zahrana, "Nak, bangun lah wahai bidadari syurganya Ayah Bunda, lentera bagi jiwa-jiwa yang sedang tersesat dalam kegelapan, bangunlah dari peraduan mu wahai bidadari bermata jeli, permata hatinya Ayah dan Bunda bangunlah, Nak! Engkau akan menjadi jiwa-jiwa yang merugi, jika melalaikan perintah Rabb mu," tutur lembut Bunda Fatimah pada Puterinya.
Zahrana hanya menggeliat kecil, mendengar untaian mutiara hikmah yang begitu mendayu telinganya, tak ayal hati Zahrana tersentuh akan kelembutan hati, cinta dan kasih sayang dari Sang Bundanya hingga mampu membuatnya menjadi gadis kecil yang baik, berhati tulus dan lembut, dengan didikan akhlak yang mulia dari Sang Bunda di usia Zahrana yang masih terbilang belia. Ia sudah mampu untuk berpikir jernih dalam melewati proses perjalanan hidupnya melewati segala suka dan duka.
Ayah dan Adik Zahrana, Raihan Arman Habibie pun sudah selesai menunaikan ibadah sholat subuh di Mesjid Al Ikhlas yang tak jauh dari kediamannya.
Melihat Zahrana yang masih terlihat manja dalam buaian Sang Bunda tercinta, masih enggan bangun dari peraduannya. Raihan pun menyeringai nakal, terbesit di benaknya ingin mengerjai kakaknya agar segera bangkit dari tidurnya agar secepatnya menunaikan ibadah sholat subuh.
Waktu telah menunjukkan pukul 05.20 wib. Raihan pun dengan secepat kilat membangunkan Zahrana kakaknya. Ia mendekatkankan mulutnya pada daun telinga Zahrana.
Dengan gaya religiusnya, Raihan pun mengucapkan kalimat yang pamungkas didaun telinga Zahrana. "Ash sholaatu khairum minan nauum ... Ash sholaatu Khairum minan nauum ...."
"Yang artinya katakanlah wahai orang-orang yang beriman bahwa sholat itu lebih baik dari pada tidur," ucap Raihan selanjutnya.
Zahrana pun refleks bangkit dari tidur lelapnya. Lantaran mendengar suara Adzan yang terasa dekat didaun telinganya.
Zahrana pun perlahan membuka netranya. Ia terperanjat kaget dengan wajah ling-lungnya.
Raihan seketika tertawa lebar melihat wajah panik kakaknya, yang menurutnya terlihat sangat lucu dan menggemaskan sekali.
"Raihannnnn ... kamu nakal sekali! Berani-beraninya mengganggu kakak! pekik Zahrana berang dengan wajahnya yang masih terlihat kelimpungan.
"Bundaaa! lihat adek nakal sekali senang jahilin kakak," adu Zahrana pada Bundanya.
Zahrana hendak turun dari tempat tidurnya. Ia ingin segera menjewer telinga Raihan, sebagai hukuman karena telah membuatnya kaget.
Bunda Fatimah tersenyum simpul melihat kelakuan kedua anaknya yang setiap hari pasti selalu ada tingkah polanya yang selalu mengukir senyum kebahagiaan dalam keluarga kecil mereka.
"Zahrana, Raihann ... sudah jangan berkelakar lagi, Nak! kalian adik beradik harus tetap bergandeng tangan, jangan pernah ada terbesit rasa iri, dengki atau pun dendam!" Nasehat Bunda Fatimah pada kedua anaknya.
"Dirumah ini, masih ada kalian berdua sebagai penyejuk kalbu Ayah dan Bunda, sedangkan dua saudara kalian, Kak Sabrina Zelmira Al Aqra dan kakak laki-laki kalian Raffa Nauzan Al Fareed sudah menikah."
"Mereka tinggal diKota dan Desa yang jauh tempat tinggalnya dari kita, Bunda harap kalian berdua saling menyayangi dan penuh cinta kasih agar keluarga kita terus hidup dalam kebahagiaan dan ketenangan."
"Jadikanlah rumah kita ini selayaknya petuah Islami 'Baiti Jannati ( rumah Ku Syurga Ku )'. Walaupun kita bukan dari keluarga yang berada, namun tetap lah bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan untuk kita, Nak!" tutur Bunda Fatimah pada Zahrana dan Raihan.
"Dalam pandangan Islam, lihatlah orang yang lebih tinggi ilmu Agamanya dari kalian, Nak! agar kalian tidak merasa sombong dan berbesar hati dengan ilmu yang telah kalian miliki. Karena sejatinya di atas langit masih ada langit, sejatinya masih banyak insan diluar sana yang lebih tinggi ilmu pengetahuannya dari kita."
"Kemudian dalam kehidupan dunia selalu lihat lah ke bawah, Nak! jangan kalian selalu melihat ke atas sehingga membuat kalian lalai dan tidak bersyukur dengan karunia yang telah Allah berikan dalam kehidupan kalian, karena sejatinya di luar sana masih banyak orang yang lebih susah kehidupan nya dari kita, Nak!" nasehat panjang lebar Bunda Fatimah kepada kedua anaknya.
Zahrana dan Raihan pun mengangguk patuh dengan Kultum yg disampaikan oleh Bundanya, dalam hati mereka mencerna setiap untaian nasehat yang di tuturkan oleh Bundanya.
"Kak, Raihan minta maaf ya? karena sudah menjahili kakak," tutur Raihan pada Zahrana sembari mencium punggung tangan kakaknya.
"Iya, Dek. Kakak juga minta maaf, karena sudah memarahi adek, terimakasih karena sudah membangunkan kakak," ucap Zahrana seraya mengelus pucuk kepala adiknya Raihan.
Bunda Fatimah nampak tersenyum bahagia melihat interaksi kedua permata hatinya, yang kini kembali berdamai, dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang diantara keduanya.
Bunda Fatimah pun akhirnya kembali ke dapur guna menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga mereka.
Sementara Raihan kembali ke kamarnya, menyiapkan buku-buku dan seragam sekolahnya, sembari menunggu Zahrana untuk antri melakukan ritual dikamar mandi yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari mereka sebelum berangkat ke sekolah.
Zahrana pun langsung bergegas ke kamar mandi mencuci muka dan membersihkan mulutnya, kemudian berwudhu dengan sempurna menunaikan ibadah shalat subuhnya yang sempat tertunda, kemudian dilanjutkan dengan ritual zikir dan Do'a.
Zahrana pun tak lupa Tilawah Qur'an yang sudah menjadi kebiasaannya. Meskipun hanya satu muka surat tidak pernah Zahrana tinggalkan setelah kewajiban sholat lima waktu, membaca Al Qur'an sudah menjadi santapan rohani yang sangat bermakna dalam hati Zahrana sebagai pedoman hidup sepanjang masa kehidupan insan yang bernama manusia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Cellestria
lanjut thor
2023-01-27
2
Anna Malik
suka banget sama nama-namanya
2023-01-17
1
Pink Blossom
MaaSyaa Allah keren ceritanya😍 smngtt kk author🤗💪
2023-01-13
2