Aslan dan Nandini pun segera muncul di balik toko.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi ... " sahut Nandini dan kakaknya Aslan bersamaan.
Aslan nampak terkesima ketika melihat siapa yang datang ke Toko mereka. Ia seketika terdiam mematung tanpa bergeming, jika tidak segera di senggol oleh Nandini adiknya, bisa di pastikan Aslan tetap akan berdiri ditempatnya, seakan terhipnotis oleh pesona Zahrana yang telah mengusik hati dan pikirannya yang semakin membuat aliran darahnya berdesir hebat, membuat detak jantungnya seakan berirama riang, bahagia karena yang didambakan hadir di depan mata, bak Dewi yang turun dari kayangan.
"Kak Aslan!" panggil Nandini pada kakaknya, seraya menyenggol lengan siku kakaknya.
"Iya,Dek. Apa? ma-af," jawab Aslan dengan terbata-bata, sembari menahan kegugupannya.
"Kak, sepertinya jantung mu sedang bermasalah. Kau butuh Dokter Cinta!" celutuk Nandini sembari menaruh telapak tangannya tepat di jantung hati kakaknya, kemudian berlanjut ke dahinya.
"Kakak sehat kok, dahinya tidak panas, hanya detak jantungnya yang bergetar hebat," celutuk Nandini sekenanya.
"Apa sih Dek, kamu mulai lagi yah?" ujar Aslan menahan malu yang tiada taranya oleh tingkah adiknya yang ceplas-ceplos tanpa mengenal batas dan tempat, dimana di situ masih ada Zahrana yang masih terdiam dengan wajah polosnya melihat kelakuan dua kakak beradik itu.
Zahrana yang dalam hatinya tidak peka dengan rasa seorang Aslan yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri, seolah-seolah kebingungan dan tidak mau tahu dengan aksi kocak Nandini dan Aslan.
Usia Aslan terpaut 7th dengan Zahrana, sedangkan Zahrana seumuran dengan Nandini baru menginjak 12th lebih. Baru akan beranjak ABG awal, sedangkan Aslan sudah menginjak usia 19 tahun sudah menempuh kuliah semester 3, masih harus menempuh 5 semester lagi untuk menyelesaikan kuliahnya untuk mendapatkan gelar S1-nya. Jadi, wajarlah Zahrana bersikap layaknya seorang adik pada kakaknya.
"Kak Aslan, mananya yang sakit?" tanya Zahrana panik kemudian setengah berlari ikut menyentuh dahi Aslan. Ia melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan Nandini, sebab Zahrana melihat wajah Aslan yang tanpa kemerahan, awalnya Zahrana mengira Aslan benar-benar sakit, terserang demam panas tinggi misalnya.
"Kakak tidak demam panas Ra, cuma terkena serangan jantung tiba-tiba tepat di jantung hatinya Ra?" ujar Nandini sembari menyeringai nakal berhasil mengerjai Zahrana dan Aslan kakaknya.
"Kamu yang benar saja Din?" tanya Zahrana dengan polosnya.
Kemudian Zahrana kembali meraba tepat di jantung hati Aslan, wajah Aslan semakin memerah benar-benar seperti kepiting rebus.
Melihat reaksi Zahrana yang diluar ekspektasinya. Ia tak pernah menduga jika Sang dambaan jiwa tanpa di minta telah menyentuh jantung hatinya, dengan kelembutannya, walau yang di damba tidak merasakan semua getaran itu.
"Kak wajahmu semakin memerah, tapi kakak tidak demam tinggi, jika tepatnya di jantung hati, berarti kakak terserang Penyakit liver ya?" tutur Zahrana dengan wajah polosnya.
"Betul sekali Ra, tepatnya penyakit liver akut," celutuk Nandini sekenanya, dengan niat semakin mengerjai kakaknya Aslan yang semakin gelagapan karenanya.
"Ya Allah ... Nandini. Kau semakin bertambah usil. Tega sekali menjahili kakakmu," bathin Aslan dalam hati sembari mengerlingkan sebelah matanya, memberikan isyarat agar Nandini segera menghentikan guyonan nya.
Nandini tidak kuat lagi menahan rasa geli dalam hatinya, melihat tingkah kakaknya yang mati kutu, oleh keisengannya, dalam hati benar-benar tak tega melihat wajah kakaknya yang sudah setengah memelas, dalam hitungan detik berubah menjadi pucat pasi merasa tak enak hati pada Zahrana ketika Zahrana kembali mengemukakan pendapatnya dan terus menelisik setiap inci wajah Aslan, karena kekhawatiran yang teramat sangat terlihat jelas di wajah polos Zahrana.
"Ya Allah ... Kak Aslan, Ana turut prihatin dengan keadaan kakak, mulai sekarang jaga kesehatan kakak ya! jangan lupa konsumsi makanan khusus penderita liver saja, jangan memakan makanan yang tidak cocok untuk mu. Khawatir nanti akan memperparah penyakit kakak," tutur Zahrana panjang lebar dengan raut wajah cemasnya.
Belum sempat Aslan berkata-kata, dan ingin menjelaskan bahwa ia tidak sedang mengidap penyakit liver akut seperti yang Nandini ucapkan, Zahrana sudah kembali mengemukakan pendapatnya.
"Kak Aslan, menurut ilmu teori yang Zahrana pelajari dijelaskan bahwa Penyakit liver adalah istilah yang digunakan untuk setiap gangguan pada liver atau hati sehingga menyebabkan organ ini tidak dapat berfungsi dengan baik. Penyakit liver dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti infeksi virus, kecanduan alkohol, serta penumpukan lemak di hati, tapi Zahrana yakin kakak tidak pernah mengkonsumsi minuman haram itu, atau mungkin ...."
Belum selesai Zahrana berucap. Kali ini Aslan bersikap lebih jantan dan dewasa, ia tidak membiarkan Zahrana berujar yang bukan-bukan tentangnya.
Tanpa sadar Aslan refleks menarik tubuh Zahrana kedalam dekapannya, dengan posisi tangan kirinya memegang pinggang gempal Zahrana yang memang mulai terlihat padat dan berisi di usianya yang mulai beranjak ABG.
Aslan pun menempelkan jari telunjuknya pada bibir mungil Zahrana, mengisyaratkan bahwa agar Zahrana segera menghentikan argumentasinya. Karena sebenarnya Aslan baik-baik saja, tidak sakit seperti apa yang Zahrana tuturkan, hanya jantung hatinya yang bermasalah lantaran menahan gejolak rasa pada gadis kecil yang masih belia di hadapannya, yang belum saatnya untuk merasakan semua rasa cinta terhadap lawan jenisnya.
"Ana ... " hanya satu patah kata yang bisa terucap dari bibir seorang Aslan Abdurrahman Syatir.
Ketika berhadapan dengan gadis belia di hadapannya membuat nafas Aslan memburu dengan cepatnya. Ketika melihat tatapan bola mata Zahrana dan Rona wajahnya yang indah itu, dengan bibir ranum menggoda. Tidak di pungkiri naluri lelakinya pun sangat terpana dengan kharisma seorang Zahrana, gadis kecil nan mempesona. Apalagi Aslan adalah sosok pria yang sudah terbilang cukup dewasa di usianya yang sudah menginjak 19 tahun.
Namun akal sehatnya masih berfungsi normal, dia tidak mungkin merusak kesucian hati seorang gadis belia seperti Zahrana. Dia harus mampu menahan segala gejolak rasa di hatinya, disaat yang tepat di mana usia Zahrana sudah terbilang cukup untuk merasakan itu semua.
Nandini seketika membungkam, ia diam tak bergeming di tempatnya. Nandini tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun, jantungnya terasa copot melihat interaksi kakaknya terhadap Zahrana, dia tidak menyangka jika kakaknya tiba-tiba refleks seperti itu.
"Aduh ... ini semua salah Nandini kenapa isengin kak Aslan, Nandini nggak tahu jika semua akan menjadi begini, Nandini kira kakak tidak akan senekat ini," bathin Nandini dalam hati sembari menggaruk-garuk kepalanya namun tidak gatal.
"Ra, maafkan aku ... jika berulah lagi kamu yang harus kena getahnya."
"Bagaimana cara ku agar bisa membuat mereka berdua sadar? mau ditepuk bahunya nanti mereka kaget. Jika tidak segera ku pisahkan, khawatir terjadi yang tidak-tidak. Aku yang menanggung dosanya. Eh ... tunggu dulu tahu apa aku tentang dosa, hanya anak kemarin sore, sholat aja masih bolong-bolong, itu pun full jika ada Zahrana yang mengingatkan," gumam Nandini dalam hati menggerutuki dirinya sendiri.
Jika orang lain yang memperlakukan Zahrana seperti itu, mungkin sudah dari sejak tadi Nandini memberikan bogem mentah pada orang yang telah berani-beraninya menyentuh sahabatnya. Namun berhadapan dengan kakaknya nyali seorang Pendekar Sakti yang melekat pada Nandini tiba-tiba menciut karenanya.
Sementara Aslan dan Zahrana masih belum menyadari jika disisi mereka ada Nandini yang menyaksikan keintiman mereka.
Wajah Aslan semakin mendekat dibibir ranum Zahrana, ia seperti ingin segera memberikan sentuhan manis layaknya laki-laki dewasa pada wanitanya. Sedangkan Zahrana entah kenapa seolah terhipnotis dengan ketampanan pria dewasa yang ada di hadapannya, tatapan mereka seolah menembus sampai ke jantung hati masing-masing.
Darah belia Zahrana terasa berdesir hebat, baru pertama kali dalam hidupnya berada dalam dekapan seorang pria dewasa yang ketampanannya luar biasa mempesona. Berhidung mancung, dengan tatapan mata yang teduh penuh kedamaian dengan postur tubuh tinggi semampai, membuat Zahrana betah berada didalam dada bidangnya, lupa jika usia mereka terpaut 7 tahun, lupa dengan gelar status masing-masing yang layak di sebut adik dan kakak.
"Oh no, Kakak! Mati aku ... " bathin Nandini. Ia ingin segera menegahi keintiman kakaknya dan sahabat tercintanya, sebab jarak bibir kakaknya dengan sahabatnya tinggal satu inchi lagi.
Namun Nandini kalah satu langkah dengan suara yang datang dari luar hendak menerobos masuk ke dalam Toko.
"Kak Zahraaa ... kak Aslannnn! Apa yang kalian lakukan?" pekik Raihan dengan suara kerasnya, lantaran kaget dengan apa yang akan dilihatnya.
Jika tidak segera ditegahi sesuatu yang buruk akan terjadi, yang akan merusak kesucian diri seorang Zahrana, dimana gelar sosok wanita yang anggun, baik nan lembut pada dirinya akan terhempas menjadi noda-noda dosa yg tak terhindarkan.
"Raihannn ... " ucap Zahrana dan Aslan bersamaan, mereka baru menyadari atas kekhilafan yang terjadi antara mereka.
Dengan gerakan cepat, Zahrana melepaskan dirinya dari dada bidang Aslan Abdurrahman Syatir.
Belum sempat mereka berkata-kata Raihan sudah memberikan ultimatum kepada kakaknya.
"Astaghfirullahal'adzim ... kak Zahra, Raihan nggak menyangka Kakak selemah ini," ujar Raihan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Asal kakak tahu, Ayah sudah dari tadi menunggu kakak dikandang Ayam, namun apa yang kakak lakukan di sini bersama kak Aslan, bukannya menjalankan amanah Ayah membeli Pelet Ayam namun yang terjadi adalah Pelet Cinta kak Zahra terhadap kak Aslan," ujar Raihan sekenanya.
kemudian meneruskan ultimatumnya, "padahal yang diamanahkan Ayah adalah membeli Pelet Ayam bukan Pelet Cinta," ujar Raihan penuh penekanan sembari berdecak pinggang dengan tatapan menghunus tajam pada Zahrana dan Aslan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Mom La - La
ups. hampir saja.
2023-01-24
1
Bayangan Ilusi
woaaaa🤩🤩
2022-12-07
1
Bayangan Ilusi
iseng bgt Nandini mah..
😆
2022-12-07
1