"Kamu juga,kak Nandini!" tegas Raihan, membuat Nandini terperanjat kaget sebab dia pun akhirnya kena imbas amukan Raihan.
"kenapa kak Dini membiarkan kak Aslan dan kak Zahrana berbuat mesum di sini? sedangkan kak Dini sudah melihat dengan jelas perbuatan tidak senonoh mereka, yang mana mereka bukanlah pasangan yang HALAL. Bagaimana jika ada orang lain yang melihat perbuatan mereka? tentu akan menjadi fitnah terbesar di Desa kita, ucap Raihan dengan berangnya.
Nandini, Aslan dan Zahrana hanya terdiam mendengarkan setiap ocehan Raihan yang masih dibumbui luapan amarah yang tak terelakkan. Mereka tidak mengira jika Raihan bisa semarah itu, di tambah dengan usianya yang masih terbilang anak-anak, sudah mampu berpikir jernih dan berkata-kata layaknya orang dewasa.
Kemudian Raihan kembali meneruskan ultimatum nya,"Aku heran, bagaimana pemikiran orang-orang Dewasa? Kenapa mereka tidak berpikir matang-matang sebelum bertindak? Apa sebab dan akibat dari kehilafan yang mereka perbuat? Raihan benar-benar tidak habis pikir dengan cara kalian bersikap," tutur Raihan dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Kecewa dengan apa yang telah di perbuat oleh kakaknya Zahrana dan Aslan, juga Nandini yang hanya jadi penonton, tidak segera menegahi keintiman Zahrana dan Aslan.
"Dek, maafkan kakak, ini tidak seperti yang kau lihat, kakak bisa menjelaskan kejadian yang sebenarnya, sehingga semua bisa menjadi seperti ini," tutur Zahrana hendak menenangkan Raihan adiknya agar bisa menguasai emosinya.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan kak, yang salah tetap salah yang benar tetap benar. Antara Halal dan Haram itu jelas wujudnya, tinggal kita sendiri bagaimana menempatkan diri dalam menilai suatu urusan atau perkara, antara hak dan yang bathil tidak bisa di campur adukkan," ujar Raihan mulai melunak, dalam hati sungguh merasa bersalah karena telah memarahi kakaknya, tanpa bertanya duduk permasalahannya, sehingga kakaknya bisa berbuat hal sedemikian.
Raihan tanpa berpikir keras,"jika tidak ada asap tidak mungkin akan ada api," bathin Raihan dalam hati, dengan gaya sok bijak dan dewasanya melebihi Aslan, Zahrana dan Nandini.
Raihan memang dari sejak kecil telah menunjukkan bakat dan kecerdasannya dalam bidang ilmu agama dan pengetahuan, dia kerap kali memenangkan pentas Da'i Cilik, Lomba Azan dan Hafizh cilik tingkat Desa, di Sekolah maupun tingkat provinsi, dia kerap mengikuti lomba-lomba itu.
Sejak usia 3 tahun Raihan sudah di latih oleh Buya Harun untuk belajar mengaji, hingga diusia 5 tahun Raihan sudah mulai pandai membaca kitab suci Al Qur'an hingga detik ini Raihan selalu rajin menuntut ilmu pengetahuan dan terus mentadaburi Kitab Suci Al Qur'an sebagai pedoman hidup manusia, selain itu Raihan pun pelan-pelan belajar ilmu fiqih, sehingga Raihan pun paham mengenai Halal dan Haram, lewat buku-buku islami yang dia baca di tengah usianya yang baru menginjak 8 tahun. Sungguh spiritual yang luar biasa dari seorang anak kecil seperti Raihan.
Jadi, tidak heran dengan pikirannya yang cerdas dan bernas, Raihan bisa mematahkan ucapan dan perbuatan yang telah di perbuat oleh kakaknya Zahrana dan Aslan itu tidak bisa di benarkan dalam tuntutan syari'at Islam.
Zahrana, Aslan dan Nandini kalah telak dengan kecerdasan Raihan, dan itu benar adanya jika ditinjau dari sudut mana pun.
"Raihan ... kak Aslan minta maaf. Ini bukan salah kakak mu Zahrana, ini salah kakak,kak Aslan yang khilaf, sehingga membawa kakakmu dalam jalan yang tak semestinya terjadi di antara kami," tutur Aslan dengan penuh penyesalan.
"Terimakasih karena dirimu, telah mengingatkan kami yang tidak dewasa dalam bersikap," tutur Aslan hendak melanjutkan kalimatnya.
Namun, Raihan menunduk hormat kemudian berujar,"Kak Aslan, Raihan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi antara kak Aslan dan kak Zahrana, dengan segala rasa hormat ku pada kalian yang lebih berumur dari ku, Raihan harap kalian selesaikan perkara kalian secara baik-baik, tutur Raihan dengan segala kerendahan hatinya.
"Raihan minta maaf,atas semua ucapan Raihan yang tidak mengenakkan pada kak Aslan,kak Nandini dan kak Zahra khususnya. Raihan memang kecewa dengan kalian, namun Raihan tidak punya hak untuk menghakimi kalian, karena sejatinya tidak ada insan yang tidak memiliki salah dan dosa, karena sesungguhnya manusia adalah tempat berbuat salah dan dosa. Namun sebaik-baiknya orang berdosa adalah yang mengakui kesalahan dan dosanya."
"Kemudian bertaubat dan tidak mengulangi lagi kesalahan dan dosa yang pernah di perbuatnya, itu menurut buku yang Raihan baca," tutur Raihan dengan suara merendah tanpa berniat untuk mengintimidasi Aslan, Zahrana atau pun Nandini yang dari sejak tadi diam mematung, tidak berani berucap sepatah kata pun.
Kali ini nyali Nandini benar-benar ciut. Ia kalah telak dengan kecerdasan Raihan yang masih seumur jagung. Hilanglah gelar Pendekar Sakti dan gaya metal Nandini yang selama ini dibangga-banggakannya, hanya dengan untaian kata Raihan yang menohok tepat kena dihatinya, Nandini merasa bodoh dan minim sekali ilmunya.
"Jadi selama ini aku tak ubah seperti "Tong kosong nyaring bunyinya ",bathin Nandini menggerutuki kebodohannya, sembari menepuk keras jidatnya, sehingga membuat Raihan, Zahrana dan Aslan kakaknya tersentak kaget dibuatnya.
"Ada apa Din?" ujar Zahrana dan Aslan bersamaan. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Nandini yang tiba-tiba menepuk jidatnya dengan keras.
"Kak Aslan, Zahrana ... hiks ... hiks ... hiks ..." Nandini tidak bisa lagi membendung air matanya yang telah menganak sungai, kemudian merangkul erat Zahrana sahabatnya, kemudian beralih memeluk erat kakaknya Aslan, ia menangis sejadi-jadinya.
"Kenapa Dek? Apa yang terjadi? Apa yang membuat mu menangis?" tanya Aslan lembut sembari mengusap pucuk kepala Nandini.
"Nannn ... Nann ... Nandini minta maaf kak," ujar Nandini diselangi Isak tangisnya yang masih berurai, seolah-olah dadanya merasa sesak jika tidak segera di keluarkan segala unek-uneknya.
"Nandini yang salah kak, Nandini yang telah membuat kak Aslan dan Zahrana terjerat lumpur dosa, Nandini yang sedari awal mengerjai kakak dan Zahra dengan memperkeruh kan keadaan jika sebenarnya kakak tidak sakit jantung beneran ataupun sakit lever seperti apa yang Zahrana kira, sehingga membuat Zahrana panik, dan kakak pun tiba-tiba refleks pada Zahrana sehingga terjadi lah itu," cerocos Nandini disela-sela tangisnya, kemudian melanjutkan celotehan nya dengan posisi masih memeluk erat Aslan kakaknya.
"Hiks ... hiks ... hiks " setelah berceloteh Nandini semakin menjadi-jadi tangisnya. Air matanya membasahi hampir seluruh permukaan baju kaos kakaknya.
Zahrana tak tega mendengar Isak tangis sahabatnya, kemudian ia menarik Nandini dari pelukan Aslan dan beralih merangkul erat Nandini.
"Din, sudah jangan menangis lagi!" Kau terlihat sayu saat menangis, selain itu gaya metal mu hilang, gelar Pendekar Sakti mu pun lenyap, jika Si Kutu Buku tau, Nandini yang sering menjadi lawan debatnya terlihat cengeng dan bermuram durja, tentu lah dia akan menyeringai senang, karena telah melihat sisi kelemahan mu," bujuk Zahrana pada Nandini sahabatnya.
Nandini pun seketika melebarkan netranya, mengusap air matanya yang sudah terlihat bengkak, lantaran terlalu lama menangis.
Ketika di sebut nama Zainal Abidin Si Kutu Buku, tentu Nandini tidak mau kalah. Dia tidak mau di sebut gadis metal yang cengeng.
"Ha ... ha ... ha ..." tiba-tiba Raihan tertawa lebar menyaksikan tingkah Nandini yang menggemaskan.
"Kak Dini lucu sekali, sedari tadi menangis tak lebih seperti seorang anak kecil yang sedang menangis minta di belikan permen oleh Ibunya," gurauan Raihan pada Nandini.
Setelah sempat memberikan ultimatum kepada Aslan,Nandini dan kakaknya Zahrana, kini Raihan kembali pada Habitatnya, menjadi anak kecil yang memang sesuai usianya berkelakar sesuka hatinya.
"Raihannnn ... kau usil sekali ya? dasar anak nakal, awas kau!" ancam Nandini kemudian setengah berlari hendak menjewer telinga Raihan, namun Raihan telah memasang pergerakan lari cepat sebelum Nandini berhasil menjewer telinganya. Sehingga terjadi lah aksi kejar-kejaran antara Nandini dan Raihan dihalaman rumahnya.
Tinggallah Zahrana dan Aslan yang masih diam mematung, tenggelam pada pikiran mereka masing-masing mengingat kejadian intim antara mereka berdua berapa waktu yang lalu.
Zahrana hendak melangkahkan kakinya keluar Toko hendak menyusul Raihan dan Nandini yang sedang asyik kejar-kejaran.
Namun langkahnya tertahan, ketika Aslan refleks menarik pergelangan tangan nya. Zahrana hendak berlari melepaskan diri dari cengkeraman Aslan yang seakan menghipnotisnya.
Zahrana hampir terjerembab ke lantai Toko, sebab pergerakan nya yang tak seimbang, sehingga membuat nyaterjatuh kembali dalam dekapan seorang Aslan Abdurrahman Syatir, dalam posisi Aslan menopang Zahrana dengan kedua tangannya memeluk pinggang gempal Zahrana, sedangkan kedua tangan Zahrana mengalung erat di leher Aslan.Seketika mereka kembali beradu pandang, aliran darah mereka terasa mengalir deras, dalam alunan detak jantung yang berdegup kencang, nurani tak bisa untuk dibohongi tentang rasa dua anak manusia yang bernama ASMARA yang mulai bergelora.
"Kak Zahra...kak Aslan, jangan lupa Pelet Ayam pesanan Buya Harun 10kg di timbang sekarang!...kasihan Ayam di kandang sedang kelaparan",teriak Raihan dari halaman luar, sembari meneruskan aksi kejar-kejarannya dengan Nandini yang sejak tadi beradu dengan gesitnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Senajudifa
mengejar ketinggalan maaf nr hadir lg thor
2022-12-21
1
linda sagita
padahal udah ada orang ketiga, masih aja setan menggoda, salut sama si adek
2022-11-18
1
Dewi
Raihan bisa dijadikan panutan diusianya yang masih belia
2022-11-14
1