Zahrana dan adiknya Raihan Arman Habibie telah selesai dengan ritual mandi paginya. Mereka sudah lengkap dengan pakaian seragam sekolahnya, menandakan mereka akan segera berangkat menuju ke Sekolah masing-masing.
Zahrana saat ini baru berusia 12 tahun. Usia dimana dirinya bertumbuh menjadi gadis belia baru akan beranjak ABG, masih banyak proses perjalanan hidup yang harus dilewati untuk mematangkan diri bertumbuh menjadi gadis remaja sehingga berbuah menjadi sosok wanita dewasa nantinya.
Zahrana baru menginjak bangku kelas satu SMP, sedangkan adiknya Raihan baru berusia 8 tahun dan baru duduk di bangku kelas 3 SD. Usia Zahrana dan Raihan terpaut 4 tahun.
Namun terkadang Zahrana lebih manja di bandingkan dengan Raihan,sehingga kerap kali Zahrana merasa dia seperti anak Bungsu dan Raihan seperti kakaknya, sebab terkadang sikap dan pemikiran Raihan lebih dewasa dari pada Zahrana, mungkin karena Zahrana anak perempuan lebih manja, sedangkan Raihan dari kecil sudah terlihat sosok gagah berani dan jiwa kepemimpinannya lebih mengayomi.
Bunda Fatimah sendiri sedari pagi selesai menunaikan ibadah sholat subuh langsung berbenah didapur. Menyiapkan sarapan pagi untuk mereka sekeluarga. Ada telor mata sapi dan cah kangkung yang menjadi menu favorit Zahrana dengan segelas susu yg menjadi syarat terpenuhinya nilai gizi 'EMPAT SEHAT LIMA SEMPURNA'.
Begitulah keluarga Zahrana hidup dalam kesederhanaan dengan santapan yang menurut pandangan mereka itu adalah menu yang paling istimewa untuk ruang lingkup mereka, yang terpenting adalah rasa syukur atas nikmat rezeki yang telah dikaruniakan oleh Allah untuk mereka itulah yang paling utama.
Zahrana dan Raihan pun terlihat sangat kompak dan penuh semangat menuju dapur dimana alas tikar sudah dibentangkan oleh Bunda Fatimah di lantai dapur mereka yang masih terbuat dari lantai semen biasa.
Semua hidangan makanan sudah tertata rapi di sana, tinggal menunggu untuk segera di nikmati.
"Nak, kalian tunggu sebentar! jangan sarapan dulu, biar lebih terasa keberkahannya, Bunda hendak menemui Ayah kalian guna mengajak sarapan bersama, tadi Ayah masih dikandang belakang rumah, memberi Ayam-ayam peliharaannya makan," ujar Bunda Fatimah.
"Bunda, biar Zahrana saja yang panggilkan Ayah. Bunda duduk disini saja bersama Raihan," ucap Zahrana pada Bunda Fatimah sembari mengerlingkan matanya ke arah Raihan dan di sambut senyuman manis oleh adiknya.
"Nah itu baru manis, sosok anak Sholihah generasi masa depan," puji Raihan pada kakaknya.
Zahrana tersenyum simpul mendengar ucapan adiknya, yang menurutnya sok dewasa sekali, diusianya yang baru genap 8 tahun.
"Dewasa sekali ucapan mu, Dek!" ucap Zahrana sembari mengelus pucuk kepala Raihan.
Zahrana kemudian berlalu pergi menemui Ayahnya yang sedang fokus memberi makan ayam-ayamnya di kandang belakang rumahnya, yang memang sudah menjadi rutinitas rutin Ayahnya di setiap paginya.
Zahrana berlari kecil menemui Ayahnya, "Ayahhh ... mari beristirahat dulu, Bunda mengajak kita untuk sarapan bersama,Yah."
"Apa Ayah sudah selesai dengan rutinitas Ayah?" tanya Zahrana sopan.
"Sudah hampir selesai, Nak.Tinggal sedikit lagi," ujar Buya Harun Al Aziz sembari menabur makanan untuk ayam-ayam peliharaannya.
"Banyak juga Ayam-ayam peliharaan Ayah. Lucu-lucu sekali mereka,Yah." Zahrana senang melihat Ayam-ayam peliharaan Ayahnya yang sangat unik dan menggemaskan warna-warna bulunya.
"Alhamdulillah ... Nak, sudah 100 ekor jumlah induk betinanya,sedangkan jantan 75 ekor lebih sedikit, anaknya yang masih kecil-kecil ada 225 ekor, di kandang sana insya Allah nantinya sudah ada 150 butir telur yang akan menetas oleh masing-masing induknya, Nak."
"Sebagian telurnya lagi ada 250 butir yang sudah Ayah pindahkan kedalam keranjang telur sebagian untuk dijual kepasar. Sebagiannya lagi ada 50 butir Ayah simpan untuk stok lauk kita," tutur Ayah dengan wajah sumeringahnya. Sebab, merasa senang karena telah berhasil memelihara ayam-ayamnya, sehingga berkembang biak menjadi lebih banyak seperti sekarang ini.
"Maa syaa Allah ... Zahrana sampai tidak tahu jika sudah ada telur sebanyak itu yang akan menetas lagi Ayah, berarti akan bertambah lagi ayam-ayam peliharaan kita. Apalagi ada 50 butir yang bisa di sisihkan untuk konsumsi kita. Zahra senang sekali Ayah," tutur Zahrana dengan antusiasnya.
Zahrana berdecak girang sembari memperhatikan keseluruhan ayam-ayam mereka yang sedang riuh asyik berebutan makanan.
"Iya Nak, Alhamdulillah ... jangan lupa bersyukur, Nak!" ucap Buya Harun lembut pada Zahrana anaknya.
Buya Harun menatap Zahrana dengan nanar wajah penuh penghayatan dan harapan untuk masa depan Putra-Puterinya kelak, yang mana masih ada dua kebanggaan mereka yakni Raihan dan Zahrana.
"Nak, Alhamdulillah ... selain dari hasil perkebunan karet dan lada. Lewat usaha peternakan Ayam ini juga Ayah dan Bunda bisa menyekolahkan kalian dan kakak-kakak kalian sebelumnya, Nak."
"Namun, kakak kalian Sabrina lebih memilih untuk berhenti sekolah setelah lulus dari SMP lebih memilih untuk segera menikah di usia mudanya dan tidak ingin melanjutkan ke Jenjang SMA."
"Ayah sangat menghargai keputusannya saat itu yang tidak ingin membebani Ayah dan Bunda untuk membiayai sekolah mereka. Waktu itu kami baru merintis semua usaha ini dari Nol, yang mana usahanya belum berkembang pesat seperti sekarang ini," tutur Ayah dengan wajah sedikit pias karena belum berhasil membuat Raffa dan Sabrina mengenyam bangku pendidikan yang lebih baik.
"Sementara saat itu, Kak Raffa pun sedang duduk di Bangku SMA akhir. Padahal Ayah merasa masih mampu untuk menyekolahkan kak Sabrina ke Jenjang SMA, namun kakakmu tetap kuat memegang keputusannya untuk tidak melanjutkan sekolah lagi dengan alasan yang lebih menguatkan agar pendidikan Raffa yang diutamakan, lantaran Raffa anak laki-laki yang satu saat nanti harus menjadi tulang punggung keluarga, pemimpin dalam rumah tangga. Sudah selayaknya harus mendapatkan pendidikan lebih baik dibandingkan anak perempuan," tutur Sabrina kala itu, mengalah demi Pendidikan kakaknya Raffa adalah jalan yang terbaik.
Wajah Buya Harun semakin pias mengingat kembali pendidikan Raffa yang hanya sampai SMA akhir.
"Harapan tinggal harapan ... Kak Raffa pun memilih pendidikan sampai jenjang SMA akhir dan tidak ingin melanjutkan kuliah lantaran tidak ingin membebani Ayah dan Bunda dengan biaya kuliah yang semakin meningkatkan pengeluaran dan kebutuhan hidup keluarga dan lebih memilih mencari pekerjaan demi membantu kebutuhan keluarga kita dan akhirnya pun memilih menikah muda di usianya yang ke 21 tahun," petuah panjang lebar Ayah sambil menatap lekat wajah Zahrana Puteri yang diharapkannya untuk memiliki masa depan yang lebih cerah di banding kedua kakaknya Raffa dan Sabrina kelak.
"Nak, Ayah berharap kamu dan Raihan bisa sukses di masa depan nanti.
Karena hanya tinggal kalian berdua yang masih menjadi harapan Ayah dan Bunda. Tuntutlah ilmu pengetahuan dengan sebaik-baiknya selagi masih muda, belajar yang rajin sampai akhirnya semua cita-cita kalian tercapai, Nak!" tutur Buya Harun penuh pengharapan pada Zahrana dan Raihan.
"Insya Allah Ayah, Zahrana akan mendengarkan dan menerapkan semua nasehat dan petuah-petuah Ayah dan Bunda," ucap Zahrana sambil bergelayut manja di pergelangan tangan Ayahnya.
Kemudian mereka pun menuju dapur untuk segera sarapan bersama menemui Bunda Fatimah dan adiknya Raihan yang sedari tadi menunggu mereka untuk segera santap pagi bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Mei Shin Manalu
Aku mampir lagi Kak... Udh kasih gift 🌹 juga ke karya ini
2023-01-22
1
Yudi Saputra
wuih banyak banget ya ayam bapaknya zahrana, aku punya ayam 10 aja udah seneng banget
2023-01-11
2
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
cerita sederhana lebih asyik
2023-01-10
1