Mata pelajaran pun berganti dengan pelajaran matematika, Murid - murid pun memperhatikan penjelasan dari Bu Ningrum dengan seksama,tak terkecuali Zahrana.
Mata pelajaran matematika pun 1 jam berlalu cukup membuat semua murid - murid harus memutar otak tentang perhitungan dan rumus matematika.
Hanya Zahrana dan Zainal Abidin Si Kutu Buku yang terlihat penuh semangat dalam mencerna materi pelajaran matematika yang disampaikan oleh Bu Ningrum.Mereka saling berlomba - lomba dalam mencapai prestasi yang gemilang.
Bel tanda istirahat pun berbunyi, murid - murid berhamburan keluar, menuju Kantin Sekolah, membeli jajanan dan makanan ringan guna memenuhi perut mereka yang kosong.Sebab,cacing di perut pun sudah berbunyi menandakan ingin segera di isi.
Dari kejauhan nampaklah, seorang siswa laki-laki yang kelihatan sangat tampan dan mempesona dengan ketiga orang temannya, asyik menikmati Bakso yang diracikan oleh Mang Dul, bakso yang terkenal enak dan lezat yang sangat digandrungi oleh anak-anak sekolah pada saat itu.
Di sisi lain, Zahrana masih fokus dengan pelajaran yang disampaikan oleh Bu Zulis dan Bu Ningrum, mencermati dan mengulang kembali poin-poin penting yang harus di pelajari dan dihafalkan nantinya.
"Zahrana ... ayo kita keluar kelas, makan-makan dulu di kantin," ajak Nandini.
"Apa kamu tidak bosan belajar di kelas mulu, sekali - kali kamu mesti mengetahui dunia luar,"cerocos Nandini.
"Iya Zahrana benar kata Nandini, sekali - kali kamu butuh penyegaran,"timpal Fadhilah dan Hafidzah bersamaan.
"Please!!! ... ikut kita yach?"ujar Nandini, Fadhilah dan Hafidzah dengan wajah memelas pada Zahrana.
Sedangkan Cinta dan Kirana sudah sejak tadi keluar, mereka berdua memang selalu kompak, Ratu jajan dan Ratu ngemil, tidak ada waktu yang terbuang sia - sia kecuali makan dan makan yang ada di benak mereka.
Zahrana yang sejak tadi fokus dengan belajar, segera menuruti keinginan teman-temannya.Zahrana pun beranjak pergi dari tempat duduknya, berjalan beriringan dengan teman-temannya.
"Tenang saja gue yang akan teraktir kalian semua,"ujar Nandini penuh semangat.
"Terimakasih Bos ku," ucap Fadhilah dan Hafidzah, sementara Zahrana hanya tersenyum simpul, sambil terus berjalan menuju kantin sekolah.
"Kita ke kantin yang di ujung sana saja!"seru Fadhilah dan Hafidzah.
"Di sana baksonya enak dan lezat ada kriuk ... kriuknya, bakso Mang Dul,"ujar Fadhilah dan Hafidzah.
"Aku terserah teman-teman saja,"ujar Zahrana yang memang belum pernah sama sekali mencicipi rasa Bakso Mang Dul yang katanya enak dan lezat.
Nandini menarik tangan Zahrana, agar secepatnya masuk kantin sekolah."Zahrana lihat semua mata tertuju pada mu,kamu jangan takut jika ada yang hendak menggoda mu atau menjahili mu,aku akan melindungi mu,"bisik Nandini pada Zahrana, seraya mengepalkan tinjunya.
Zahrana hanya tersenyum simpul dengan kelakuan sahabatnya, yang selalu saja menampakkan gaya metalnya.
"Ya Tuhan ... Sempurnaaa ... bak Dewi yang baru turun dari kayangan,"ujar Siswa laki - laki yang bernama Rangga,dengan bola matanya membelalak sempurna menatap ke arah Zahrana.
"Baru kali ini aku melihat seorang gadis kecil yang sangat mempesona, itu rona wajahnya sangat indah dipandang mata, hidup mancung, bermata sipit,bulu matanya lentik, dan bibirnya yang mungil, rambutnya hitam panjang dan sangat bergelombang,"ucap Rangga spontan tanpa berkedip memandang ke arah Zahrana.
Seketika, Rivandra melepas sendok makannya, berhenti menyuapkan Bakso ke mulutnya, yang sejak tadi dinikmatinya,pandangannya pun tertuju pada sosok yang di puji-puji Rangga temannya.Seketika Rivandra terkesima dengan pesona Zahrana.
"Dik Zahra,"sapa Rivandra sopan.
"Kak Rivan kamu disini juga,"tanya balik Zahrana pada Rivandra.
"Iya,mari ikut gabung bersama kami dik!"ajak Rivandra pada Zahrana.
Zahrana pun tersenyum manis pada Rivandra, jantung Rivandra terasa dag ... dig ... dug ... ketika melihat tatapan bola mata Zahrana tertuju padanya,entah gejolak apa yang ia rasakan, hanya Rivandra sendiri yang dapat memahaminya.
Nandini dengan sigap meraih tangan Zahrana agar segera duduk di bangku lain, sembari menunggu Mang Dul meracik menu bakso pesanan mereka.
"Tuan Puteri ku yang cantik jelita, mari kita duduk di pojok sana,kau tak baik berlama-lama di sini, banyak nyamuk-nyamuk nakal,"celutuk Nandini, sembari menatap sinis ke arah Rivandra dan teman-temannya yang sedari tadi memandang Zahrana tanpa berkedip.
Rivandra dan teman-temannya terhentak kaget dengan cibiran Nandini.
Zahrana pun mengikuti langkah Nandini yang sejak tadi menggenggam tangan nya, kemudian hendak berlalu pergi meninggalkan Rivandra dan teman - teman nya.
"Kak Rivan,Zahra kesana dulu yah,"pamit Zahra pada Rivandra.
"Iya Dik,"ucap Rivandra.
"Ayo My Princess cepat! ... sudah ku bilang di sini tidak aman untuk mu, lihat di sana ada segerombolan Siswa perempuan juga yang sedang memandang sinis kepada mu, sepertinya mereka tidak senang dengan keberadaan mu,"cerocos Nandini sekenanya.
"Iya bawel,kamu nggak capek apa dari tadi nyerocos tanpa henti seperti ibu-ibu arisan", Fadhilah menimpali.
Zahrana sendiri tidak terlalu memperdulikan apa pun persepsi orang - orang padanya.
Sedangkan sahabat nya Hafidzah, juga tidak ikut berkomentar seperti Nandini dan Fadhilah,sebab yang dia rasakan hanya perutnya yang keroncongan ingin segera menyantap makanan.
Mereka berempat pun duduk di meja paling ujung, sengaja menghindar dari keramaian, empat porsi bakso pun telah dihidangkan oleh Mang Dul.
Zahrana dan teman-temannya pun, nampak bersiap-siap menikmati bakso yang sangat menggugah selera mereka.Nandini tanpa basa-basi langsung mengambil sendok hendak langsung menikmati bakso yang sejak tadi di inginkannya.
"Nandini,jangan lupa berdo'a dan baca Bismillah dulu agar makanan nya membawa berkah," tutur Hafidzah mengingatkan.
"Kamu sudah seperti Bu Zulis saja dzah,banyak peraturannya,cocok sekali jadi Ustadzah.Sepertinya kamu berbakat jadi Ustadzah masa depan, generasi penerus bangsa,"cerocos Nandini yang sudah menjadi senjata ampuhnya jika Hafidzah mulai dengan Kultumnya.
"Sudah ... sudah ... mari kita makan dan berdo'a bersama,jangan berseteru,nanti keburu dingin baksonya,"tutur Zahrana menegahi perseteruan Nandini dan Hafidzah.
"Din,apa yang dikatakan Hafidzah itu benar,sebelum makan jangan lupa berdo'a dan baca Bismillah dulu,agar syetan tidak ikut masuk ke dalam makanan yang kita makan, ketika disebut kan nama Allah,"tutur Zahrana menambahkan kultum Hafidzah.
"Apa pula,itu syetan mau ikutan makan,aku timpuk kepalanya jika sampai kelihatan,"guyon Nandini dengan gaya metalnya.
"Nandini ... Nandini,kamu ada-ada saja, nggak ada habis-habisnya berkelakar,"ujar Fadhilah.
Mereka pun menikmati hidangan bakso nya dengan lahapnya, suasana pun hening,hanya terdengar bunyi sendok dan garpu yang beradu ditengah nikmatnya santapan mereka, hingga sampai tetes terakhir barulah ada suara dari mereka,"Alhamdulillah ... betapa lezatnya bakso ini,"gumam Nandini.
"Nah,itu cantik.Tidak lupa bersyukur setelah makan sebagai bentuk pujian kepada Allah karena telah memberikan kita makanan,"ujar Fadhilah.
"Iya ... iya ... kalian semuanya benar-benar pengikut sejati Bu Zulis, semua pada semangat menjadi Ustadzah," celutuk Nandini.
"Aku mau jadi dokter Din,"ujar Fadhilah.
"Tepatnya dokter spesialis anak,aku suka sekali dengan anak-anak,senang sekali jika bisa membantu mengobati orang-orang yang sedang sakit.Tentunya, menjadi penyemangat sendiri,bisa melihat kelucuan anak-anak kecil yang menggemaskan,"celoteh Fadhilah sembari berimajinasi bagaimana jika dirinya sekarang benar-benar menjadi seorang Dokter Spesialis Anak.
"Aku do'akan deh cita-cita mu tercapai,"ujar Nandini pada Fadhilah.
"Aamiin ... ya Rabbal'alaamiin ... jawab Zahrana, Nandini dan Hafidzah bersamaan.
"Mang Dul, pesan es teh empat gelas yah,untuk Nandini dan teman-teman."Panggil Nandini pada Mang Dul.
"Siap non,"ucap Mang Dul siaga menyeduh es teh untuk Nandini dan teman-temannya.
Es Teh pun, segera dihidangkan dimeja mereka.Zahrana dan teman- temannya pun segera menyeruput Es Teh tersebut sampai tak tersisa sedikitpun.
Nandini segera menghampiri Mang Dul seraya mengeluarkan uang lembar dua puluh ribuan."Bakso nya empat porsi Mang,Es Tehnya empat gelas, total enam belas ribu, kembaliannya empat ribu rupiah," cerocos Nandini tetap dengan gaya metalnya.
Pada zaman itu, harga bakso hanya tiga ribu rupiah 1 porsi,es Teh hanya seribu rupiah 1 gelas, dibandingkan zaman sekarang uang enam belas ribu hanya dapat satu mangkok bakso super atau satu potong Ayam geprek.
Namun, di Era 90 an dan Era dua ribuan,harga barang-barang masih sangat murah, dibandingkan era 2022 seperti kita sekarang,harga bahan pokok melonjak pesat sampai minyak goreng pun di bandrol dengan harga dua puluh tiga ribu or dua puluh lima ribu rupiah per liter, yang membuat para Ibu-ibu pusing tujuh keliling,uang seratus ribu berasa kertas mainan, yang sekali dibelanjakan langsung lenyap seketika, hingga tak jarang meninggalkan sisa seribu rupiah yang ada gambar parangnya ,hanya cukup untuk membeli permen lollipop dua biji.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments
Mei Shin Manalu
inget bgt dulu awal awal 2000 an... jajan ini itu kyknya 500 masih bisa kenyang .. sekarang ya ampun 😑
2023-01-27
1
Mom La - La
sudah terkena panah asmara.
2023-01-21
1
Mom La - La
aku suka matematika. itu adalah pelajaran fav. ku
2023-01-21
1