Setelah keadaan Bu Risma tampak membaik, kemudian Komar mendekat kearah Kiyai Nurdin, lalu dia mengucapkan terima kasih sembari menyodorkan sebuah amplop.
Namun, tindakannya itu langsung di tolak oleh Kiyai Nurdin.
"Kau tidak perlu memberiku uang Komar, anggap saja kita sebagai manusia harus saling tolong-menolong," ucap Kiyai Nurdin sambil menyodorkan kembali amplop itu pada Komar.
"Baik pak kiyai, terima kasih," jawabnya sambil memasukkan kembali amplop itu kedalam kantong celananya.
Kemudian dia kembali mengantarkan Kiyai Nurdin kerumahnya.
Setelah sampai Rumah, ternyata istrinya masih setia menunggu di ruang tamu. Hingga membuat Kiyai Nurdin merasa heran.
"Ibu belum tidur, ini sudah jam dua malam lho," ujar Kiyai Nurdin, sambil mendudukkan bokongnya di samping istrinya.
"Belum pak, ibu merasa malam ini sungguh sangat mencekam, dan bapak tau nggak? lima menit yang lalu sebelum bapak sampai, ibu mendengar tawa cekikikan di balik jendela kamar kita, maka dari itu ibu pindah ke ruang tamu dan memutuskan untuk menunggu bapak saja," jelas istrinya.
"Ah...ibu ada-ada saja, ayo kita tidur, nanti kita kesiangan," ajak Kiyai Nurdin pada istrinya.
"Baik pak."
Lalu mereka berdua masuk ke dalam kamar, dan tidak lama kemudian suami istri itu pun tidur dengan sangat pulas. Bahkan sesekali terdengar suara dengkuran halus dari kiyai Nurdin.
****
Pagi harinya
Mila yang sudah terbiasa bangun pagi, kini dia mulai beranjak dari tempat tidur, lalu dia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai membersihkan diri, kemudian Mila berwudhu, lalu dia menunaikan shalat Subuh.
Usai shalat Subuh, kemudian Mila pergi ke dapur dan berniat untuk memasak sarapan pagi.
Mila terus mengayunkan kakinya hingga dia sampai di dapur.
" Eh...Nak Mila sudah bangun," sapa istrinya Kiyai Nurdin saat Mila sudah berada di ambang pintu.
Mila tersenyum canggung.
"I-iya Bu, Mila sudah terbiasa bangun di jam seperti ini."
Kemudian dia mendekat ke arah Bu Tini, dan menawarkan bantuan.
Namun, Bu Tini menolak bantuan Mila, dengan alasan kalau Mila adalah tamu di rumahnya. Tapi Mila bersikeras untuk membantu pekerjaan Bu Tini, hingga membuat Bu Tini akhirnya mengalah.
"Baiklah, Nak Mila boleh mencuci piring itu," tunjuk Bu Tini ke atas wastafel.
Mila pun tersenyum manis, lalu dia berjalan menuju tempat pencucian piring.
Sedangkan Bu Tini, dia kembali melanjutkan pekerjaannya untuk membuat sarapan.
Waktu terus bergulir, dan matahari juga sudah melakukan tugasnya menggantikan rembulan di malam hari.
"Bu saya bantu bawa nasi goreng ini keatas Meja makan ya," ujar Mila.
Bu Tini tersenyum.
"Silahkan Nak Mila," ucapnya kemudian.
Mila pun membawa nasi goreng itu ke atas Meja, lalu dia menatanya dengan rapi. Dan tidak berselang lama, Robi, Kiyai Nurdin dan Fadil pun datang ke meja makan. Lalu mereka semua melakukan sarapan pagi bersama.
Usai sarapan pagi, kemudian Mila mendekat ke arah Fadil yang saat ini sedang bercanda gurau dengan Robi di ruang tamu.
"Adek, kamu tidak sekolah," tanya Mila.
"Sekolah lah kak, tapi kakak tau sendiri 'kan bahwa saat ini perlengkapan sekolahku berada di rumah," jawab Fadil.
Kemudian Mila menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Oh...iya ya dek," jawab Mila sembari terkekeh.
Lalu dia kembali ke dapur, untuk berpamitan pada Kiyai Nurdin dan istrinya.
"Bu, Pak Kiyai, aku dan Fadil pamit dulu, terima kasih telah mengizinkan kami menginap semalam di sini," ujar Mila. Kemudian dia mencium punggung kedua tangan ayah dan ibunya Robi secara bergantian.
"Sama-sama Nak Mila," jawab Kiyai Nurdin.
Lalu dia meninggalkan dapur dan berjalan menuju ruang tamu kembali.
"Ayo dek, nanti kamu telat sekolah lho," ajak Mila.
"Iya kak."
Saat kedua saudara itu hendak meninggalkan rumah Kiyai Nurdin, tiba-tiba Robi keluar dari dalam kamarnya, dan sepertinya dia sudah siap-siap untuk ikut bersama dengan Mila
"Aku tidak diajak," tanya Robi.
Mila kembali membalikkan badannya. Lalu dia tersenyum canggung.
"Kalau kamu mau ikut, ya silahkan Robi. Aku tidak melarangmu sama sekali," jawab Mila.
"Baiklah, berarti itu adalah kode, bahwa sebentar lagi aku akan meminang mu, dan akan menjadikan mu istriku seutuhnya," jawab Robi sembari terkekeh geli dengan ucapannya sendiri.
Kemudian Mila menatap kearah Robi.
"Ah.. kamu ini bagaimana sih Robi, yang ditanya soal apa, dan jawabannya pun ngaur kemana-mana," ujar Mila, tampak malu-malu kucing.
"Iya..iya. Maafkan aku Mil, aku hanya bercanda." jawab Robi sembari mengangkat tangannya membentuk sebuah huruf V.
Kemudian Mila,Fadil dan Robi meninggalkan rumah itu. Lalu mereka bertiga berjalan beriringan melewati jalan setapak menuju rumah Mila.
Dalam perjalanan, beberapa warga sempat melihat kedekatan Robi dan Mila. Namun, mereka tidak berani menegur karena Robi adalah salah satu anak orang terpandang di kampung itu. Jadi mereka hanya saling berbisik-bisik satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Santai Dyah
smngat up thor
2022-06-22
0