AP Bab 14

Pagi hari

Pagi ini Mila berencana untuk pergi ke rumah Kiyai Nurdin, dan dia berniat untuk menceritakan kejanggalan-kejanggalan aneh yang dia alami

akhir-akhir ini.

"Kak, aku berangkat sekolah dulu ya," famit Fadil, lalu dia mencium punggung tangan kakaknya.

"Iya, hati-hati dijalan ya dek, jangan keluyuran, setelah bubar dari sekolah langsung pulang ke rumah," ujar Mila.

"Iya kak," jawab Fadil. Kemudian dia berangkat ke sekolah.

Setelah Fadil berangkat ke sekolah, Mila juga bersiap-siap untuk pergi ke rumah pak Kiyai Nurdin.

Sebelum Mila berangkat, Ia menyempatkan sejenak untuk memoles wajahnya dengan sedikit riasan natural.

"Nah, selesai," ucap Mila sambil mengambil tas sandang miliknya yang berada tidak jauh dari meja rias.

Namun saat dia hendak meninggalkan meja riasnya, tiba-tiba dia melihat sekelebat bayangan putih dengan rambut acak-acakan berada di dalam cermin.

Mila berhenti sejenak, kemudian dia kembali membalikkan badannya untuk melihat ke arah cermin, tapi dia tidak melihat apapun disana. Ia hanya melihat bayangan dirinya saja.

"Huh....!" kemudian Mila mengusap dadanya. Lalu dia berjalan keluar dari dalam kamar menuju pintu keluar.

Mila pun mengunci pintu rumahnya, kemudian dia berangkat ke rumah pak Kiyai Nurdin.

Dengan melewati jalan setapak, Mila terus mengayunkan kakinya menuju rumah pak Kiyai Nurdin.

Hingga tanpa butuh waktu lama akhirnya Mila sudah sampai di depan rumah pak Kiyai Nurdin. Kemudian Mila mengetuk pintu.

Tok...tok..tok

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam, tunggu sebentar."

Sambil menunggu Pintu di buka, Mila duduk di atas kursi yang tersedia di depan rumah, lalu dia memandang halaman rumah pak Kiyai Nurdin yang dipenuhi bunga mawar merah yang sedang bermekaran.

Ingin rasanya Mila memetik satu tangkai saja, tapi dia takut kalau nanti istrinya pak kiyai Nurdin marah. Kemudian dia mengurungkan niatnya itu.

Tidak lama kemudian, terdengarlah suara derap langkah kaki dari dalam rumah.

Ceklek...

Pintu terbuka, yang ternyata itu adalah istrinya pak kiyai Nurdin.

"Eh...Nak Mila, mau bertemu dengan Robi ya?" tanya istrinya pak kiyai Nurdin.

Mila tersenyum, dan sepertinya dia sedang salah tingkah.

"T-tidak Bu," jawab Mila sambil tersenyum canggung.

"Jadi, Nak Mila mau bertemu dengan siapa?" tanya istrinya pak kiyai Nurdin seraya mengerutkan keningnya.

"Ini lho Bu, saya mau bertemu dengan pak kiyai, apa beliau ada di rumah."

"Oh...Nak Mila mau bertemu dengan suami saya, ada. Silahkan masuk," jawab istrinya pak kiyai Nurdin sambil mempersilahkan Mila untuk masuk.

Mila pun masuk dan duduk di atas kursi, sedangkan istrinya pak kiyai Nurdin masuk ke dalam kamar untuk memanggil suaminya.

Tidak berselang lama, pak kiyai Nurdin keluar dari dalam kamarnya untuk menemui Mila yang sedang menunggu di ruang tamu.

"Assalamualaikum," ujar pak Kiyai Nurdin, kemudian dia duduk di atas kursi.

"Wa'alaikum salam pak kiyai."

"Nak Mila,ada perlu apa menemui bapak. Apa ada masalah lagi?"

Mila pun mulai menceritakan keluhannya, bahwa akhir-akhir ini dia sering merasakan kehadiran mahluk lain dirumahnya, bahkan kadang-kadang menampakkan diri pada Mila, Dan yang membuat Mila heran wajah perempuan itu hampir mirip dengan almarhum ibunya.

"Bagaimana pak kiyai, apa mungkin itu adalah arwah almarhum ibu saya?" tanya Mila.

Pak Kiyai Nurdin terdiam sesaat, sambil berpikir jawaban apa yang harus dia katakan, karena dia takut membuat Mila tersinggung.

"Begini lho Nak Mila, sebenarnya hantu, setan atau Jin itu tidak menggangu kalau kita tidak mengusik mereka, tapi....? ucap pak kiyai Nurdin menghentikan ucapannya sejenak.

"Tapi apa pak kiyai?" tanya Mila, harap-harap cemas menunggu pak kiyai Nurdin melanjutkan ceritanya.

Kemudian pak kiyai Nurdin menarik nafas dalam.

"Nak Mila, mungkin ada sesuatu yang ingin di sampaikan oleh arwah itu pada nak Mila, terlebih Nak Mila mengatakan kalau wajah arwah wanita itu hampir mirip dengan almarhum ibu mu. Dan coba ingat-ingat sebelum almarhum ibu anda meninggal apa dia mengatakan sesuatu pada mu dan keluargamu?" tanya pak kiyai Nurdin.

Mila terdiam, dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun. lalu tanpa sadar bulir bening langsung mengalir dari kelopak matanya.

Memang tak dapat di pungkiri bahwa sebelum almarhum ibunya meninggal, ibunya meminta untuk melakukan tasyakuran dengan memotong kambing yang sangat besar. Namun, sampai saat ini Mila dan keluarganya belum mampu melaksanakan nya karena keterbatasan biaya.

Sedangkan pak kiyai Nurdin yang melihat Mila diam membisu, ia yakin bahwa sebelum almarhum Bu Farah meninggal, pasti beliau mengatakan sesuatu yang sampai saat ini keluarganya belum bisa mewujudkannya.

Maka dari itu, pak kiyai Nurdin percaya, bahwa arwah Bu Farah belum tenang sampai saat ini. hingga dia sering mengganggu Mila sampai keinginannya terpenuhi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!