AP Bab 7

Kemudian Fadil merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sedangkan Mila dengan telaten menyelimuti adiknya.

"Tidur lah dek," ucap Mila sambil mengusap lembut kepala Fadil. Dengan sesekali memeriksa suhu tubuh adiknya dengan meletakkan punggung tangannya di atas kening Fadil.

Fadil hanya tersenyum, kemudian dia perlahan menutup mata dan berharap tidurnya nyenyak seperti kemaren.

Mila terus memandangi wajah adiknya yang terlihat teduh saat tertidur.

Namun saat Mila terus memandangi wajah adiknya, tiba-tiba dari kamar almarhum ibunya terdengar suara barang-barang yang di lempar ke sembarang arah, hingga menimbulkan suara yang sangat memekakkan telinga.

Belum lagi, cuaca yang tadinya tampak tenang, tiba-tiba berubah menjadi kacau.

Angin berhembus dengan sangat kencang, hingga membuat jendela kamar Fadil bergoyang hebat. Tapi untungnya, kali ini jendela itu tidak sampai terbuka lebar, hanya saja gordennya yang melayang-layang ke berbagai arah sangking kencang angin meniupnya.

Mila yang begitu penasaran, iapun berdiri dan berniat memeriksa kamar almarhum ibunya.

Namun saat dia melangkah, tiba-tiba Fadil menggenggam tangannya dan langsung menggelengkan kepala.

Mila yang mengerti dengan isyarat Fadil, iapun kembali duduk di samping Fadil.

" Tidurlah di sebelah adek, dan peluk aku kak," pinta Fadil.

Mila pun menuruti keinginan adiknya, dan tidur disebelah Fadil, walaupun tak dapat di pungkiri, bahwa sebenarnya saat ini dia sangat begitu penasaran dengan apa yang terjadi di dalam kamar almarhum ibunya.

Namun, karena Fadil menghentikan dirinya tadi, akhirnya dia memutuskan besok pagi saja Ia memeriksanya.

Mila mulai memejamkan mata sambil memeluk Fadil, hingga akhirnya dia dan Fadil masuk ke alam mimpi.

Pagi harinya

Langit masih tampak gelap, dan matahari juga belum menampakkan sinarnya. Tapi Mila sudah bangun dari tidur nyenyak nya.

"Hoam...!" ucapnya sambil mengibaskan selimut yang menutupi bagian tubuhnya. Lalu dia beranjak masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tujuh menit kemudian

Mila keluar dari dalam kamar mandi, kemudian dia kembali mengecek suhu tubuh Fadil.

"Alhamdulillah, demamnya sudah turun," ucap Mila.

Kemudian Mila memperbaiki selimut adiknya, dan tidak lupa pula dia mengganti kompresaan yang berada di atas kening Fadil.

*****

Mila yang sudah tidak mampu lagi menahan rasa penasarannya, kemudian dia keluar dari dalam kamar Fadil dan berjalan perlahan menuju kamar almarhum ibunya.

Kriet....

Dalam keadaan pencahayaan kurang memadai, Mila pun mendorong pintu itu sampai terbuka. Namun betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang berpakaian putih penuh darah dan rambut panjang yang sangat acak-acakan. Dan saat ini wanita itu sedang duduk di sisi ranjang almarhum ibunya dalam keadaan membelakanginya.

Jantung Mila seakan berhenti berdetak. Namun Mila masih berusaha tetap tenang dan langsung meraih sekring lampu dan menariknya ke atas.

Lampu seketika menyala, dan Mila kembali mengarahkan pandangannya tepat ke sisi ranjang. Tapi dia tidak melihat siapapun di sana.

Kosong...

" Apa aku salah lihat," ucap Mila sambil mengucek matanya hingga beberapa kali. Tapi benar, bayangan itu sudah menghilang entah kemana.

Kemudian Mila kembali melihat seluruh sudut kamar almarhum ibunya, Namun tidak seperti yang dia pikirkan. Kamar itu tampak bersih, dan barang-barang tertata rapi di tempatnya.

Dengan perasaan tidak menentu, kemudian Mila membalikkan badan dan berniat untuk keluar dari dalam ruangan itu.

Namun, saat dia berbalik dan hendak keluar. Tiba-tiba dia merasa ada yang memegang pundaknya dari belakang.

Mila terdiam di tempat, lalu dia membalikkan badannya seketika. Tapi dia tidak melihat siapapun.

Mila menutup mata dan mengusap dada, hingga beberapa kali.

" Mungkin ini hanyalah perasaan ku saja," batin Mila.

Kemudian dia kembali mematikan lampu dan keluar dari dalam kamar almarhum ibunya.

Dengan perasaan yang tidak menentu, Mila kemudian menuruni anak tangga dan berniat masuk kedalam dapur untuk menyiapkan sarapan bubur ayam untuk adiknya Fadil.

Cukup lama Mila memasak bubur itu, hingga akhirnya diapun selesai. Kemudian Mila menaburkan berbagai toping di atasnya, lalu dia membawanya ke kamar Fadil.

Di kamar Fadil

Mila meletakkan bubur ayam itu di atas Nakas, lalu dia duduk di samping Fadil.

Mila pun kembali memeriksa suhu tubuh Fadil, yang ternyata sekarang sudah sembuh.

"Alhamdulillah."

Kemudian Mila menepuk-nepuk pipi Fadil dengan lembut.

" Dek bangun...dek bangun, ayo sarapan dulu," ucap Mila.

Fadil mengerjapkan matanya, sambil menatap kearah Mila dengan senyuman hangat.

"Kakak sudah bangun?" ucapnya kemudian.

"Iya, kakak sudah bangun. Bahkan sudah selesai menyiapkan sarapan untukmu dek," ucap Mila.

Fadil tersenyum, kemudian dia memeluk Mila.

"Terima kasih kak, sudah mengurusku dengan baik," ucap Fadil.

"Jangan berkata seperti itu dek, sebagai kakak sudah kewajiban ku untuk mengurusmu dengan baik, dan sekarang lebih baik kamu pergi ke kamar mandi, setelah itu baru sarapan," ucap Mila.

"Baik kak."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!