Fadil keluar dari dalam kamar mandi, kemudian dia menyambar bubur ayam yang telah disiapkan oleh kakaknya Mila. Lalu dia memakannya dengan lahap.
Sedangkan Mila yang melihat Fadil memakan bubur ayam buatannya dengan lahap, iapun tersenyum. Kemudian dia mendekat ke arah Fadil.
"Pelan-pelan makannya, nanti kamu keselak," ucap Mila sambil mengusap lembut kepala Fadil.
"Ia kak."
Lima menit kemudian
Fadil sudah selesai sarapan. Kemudian Mila pamit pada Fadil untuk pergi ke pasar. Tapi Fadil tidak mengizinkannya kalau dia tidak ikut.
"Pokoknya adek tidak mau ditinggal di rumah ini sendiri kak, kalau kakak pengen pergi ke pasar, Fadil harus ikut," ujar Fadil.
Mila menarik nafas dalam mendengar ucapan adiknya, kemudian dia duduk di samping Fadil, lalu dia memberikan penjelasan kalau dia pergi ke pasar bukan untuk belanja melainkan untuk berjualan sayur.
Namun, bagaimanapun Mila membujuk Fadil agar istirahat di rumah, tapi tetap saja adiknya bersikukuh ingin ikut ke pasar.
"Baiklah," ujar Mila akhirnya mengalah.
Fadil pun merasa sangat senang, karena hari ini adalah hari libur sekolah. Jadi dia bisa ikut ke pasar bersama dengan kakaknya.
*****
Saat ini Mila sedang berada di dapur dan dia sedang mempersiapkan bekal yang akan dia bawa ke pasar.
"Ayo dek," ajak Mila pada Fadil. Kemudian dia dan Fadil berjalan menuju pintu.
Setelah mengunci pintu, kemudian Mila menggenggam tangan adeknya, lalu mereka berdua berjalan beriringan menuju pasar.
Di tengah perjalanan.
Mila dan Fadil bertemu dengan Bu Risma dan Bu Rina, dan terlihat saat ini kedua ibu-ibu tukang gosip itu tampak sedang membicarakan sesuatu.
"Selamat pagi Bu Risma, Bu Rina," sapa Mila.
" Pagi, Nak Mila," jawab Bu Rina dan Bu Risma serempak. Kemudian ibu-ibu tukang gosip itu kembali melanjutkan obrolannya yang tertunda.
Sedangkan Mila dan Fadil, kemudian mereka melanjutkan kembali perjalanannya. Namun baru saja Mila berjalan tiga langkah, lalu dia berhenti karena mendengar omongan yang tidak mengenakkan dari para ibu-ibu tukang gosip itu.
"Eh...tau nggak Bu Rina, aku rasa kampung kita sekarang sudah tidak aman." ujar Bu Risma sambil mencolek lengan Bu Rina.
"Emangnya kenapa Jeng."
"Ini lho Jeng, semalam kampung kita di gegerkan dengan penampakan hantu di poskamling, dan hantunya itu Jeng, kata yang ronda semalam sangat menyeramkan," ucap Bu Risma.
"Ih...Jeng Risma bagaimana sih! dimana-mana itu, kalau yang namanya hantu, ya memang sangat menyeramkan. Ih... jangan sampai aku melihat yang begituan. Amit...amit," sarkas Bu Rina.
"Iya juga sih Jeng. Tapi kalau hantu yang satu ini beda dari yang lain, benar-benar sangat menyeramkan."
"Ih... Bu Risma ini, pagi-pagi sudah bergosip tentang hantu membuat bulu kudukku merinding saja, tapi aku penasaran, memang seperti apa penampakannya?" tanya Bu Rina.
Kemudian Bu Risma mulai menceritakan kalau hantu yang semalam di lihat warga sangat menyeramkan baju putih yang dipenuhi darah, matanya merah menyala, dan dari kelopak matanya mengalir darah dan rambut panjangnya sangat acak-acakan.
"Ih... sudah Bu Risma jangan di ceritakan lagi, aku tidak kuat mendengarnya," ujar Bu Rina.
Sedangkan Mila yang mendengar itu, dia mengusap dada hingga beberapa kali.
" Ayo dek."
Kemudian Mila dan Fadil, kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju pasar.
Di Pasar
Robi yang melihat kedatangan Mila, dia langsung menyambutnya dengan senyuman manis. Tapi Mila tak menghiraukan senyuman manis Robi terhadap dirinya. Dia terus saja membereskan dagangannya dan tidak merespon senyuman Robi sedikitpun.
Berbeda dengan Fadil, dia terus saja memperhatikan gerak gerik kedua orang dewasa yang berada di hadapannya.
Kemudian Fadil mencolek lengan Mila.
"Kak, cowok ganteng yang disebelah kakak sejak tadi aku perhatikan, dia tersenyum terus... terhadap kakak," celoteh Fadil.
Mila menoleh, dan menatap tajam ke arah adiknya Fadil.
Fadil menunduk seketika, kala melihat ekspresi kakaknya terhadap dirinya.
"Iya... maaf," ucap Fadil sambil mengangkat tangannya membentuk sebuah huruf V.
"Hm..."
Berbeda dengan Robi yang merasa tidak di respon oleh Mila sedikitpun, kemudian dia menarik tangan Mila menjauh dari Fadil dan mengajaknya mengobrol.
"Apaan sih Robi, lepaskan tanganmu dariku," ucap Mila, lalu dia menghempaskan tangan Robi ke samping.
Robi melepaskan tangan Mila. Dan tanpa basa-basi kemudian Robi mengutarakan kecemasannya pada Mila.
"Mila, bagaimana dengan tawaran ku kemaren, apa kau sudah memikirkannya?" tanya Robi.
Mila pura-pura tidak tau.
"Tawaran yang mana?" tanya Mila acuh tak acuh.
"Huh.... Mila...!" Robi cukup frustasi, kemudian dia menjambak rambutnya.
Lalu di memegang kedua pundak Mila, dan menatap manik mata Mila dengan sangat lekat.
"Mila, dengarkan perkataan ku, kalian harus pindah dari rumah itu, sebelum sesuatu terjadi denganmu dan adikmu Fadil," ucap Robi dengan sangat tegas.
Mila terdiam, dan tidak menjawab satu kalimat pun, lalu dia menghempaskan tangan Robi dari pundaknya. Kemudian dia meninggalkan Robi yang masih mematung di tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Hwaiting kk
My Bestie mampir
2022-07-04
0