Setelah berbicara dengan Robi, kemudian Mila kembali ke lapak jualannya. Walaupun dia tidak menanggapi ucapan Robi barusan, tapi di dalam hatinya Ia merasa apa yang dikatakan oleh Robi itu memang benar.
Sebab, akhir-akhir ini Mila dan Fadil sering melihat penampakan hantu perempuan yang berbaju putih yang dipenuhi oleh darah.
"Apa yang harus aku lakukan? apa aku harus pindah sementara waktu ke rumah Robi, tapi itu tidak mungkin, apa kata orang-orang nanti? pasti seluruh kampung akan menggosipkan diriku. Tidak, tidak," ucap Mila tanpa sadar menggelengkan kepalanya.
Sedangkan Fadil yang melihat tingkah laku kakaknya, diapun merasa heran, lalu dia menepuk pundak Mila dari belakang dengan lembut.
"Kak, apa yang sedang kau pikirkan, sejak tadi aku perhatikan, kau menggeleng-gelengkan kepalamu, apa kakak sedang sakit?"
Mila membalikkan badan kearah Fadil.
"Kakak tidak apa-apa dek, kakak baik-baik saja," kemudian dia tersenyum.
Beberapa jam kemudian
Dagangan Mila sudah mulai habis, dan sekarang saatnya dia beres-beres untuk pulang.
Namun saat ini dia punya rencana akan memanggil kiyai Nurdin ayahnya Robi ke rumahnya untuk mengecek apakah ada yang salah dengan keadaan rumahnya, karena akhir-akhir ini dia sering melihat penampakan hantu di kamar ibunya.
Mila sudah selesai merapikan dagangannya, kemudian dia mengajak adiknya Fadil untuk pulang.
"Ayo dek, kita pulang," ajak Mila sambil menggenggam tangan Fadil.
Namun saat mereka hendak meninggalkan pasar, tiba-tiba Robi datang menghampiri Mila dan Fadil sambil mengendarai motor metik.
"Mila, Fadil. Pulang bareng kakak yuk," ajak Robi.
Fadil melihat kearah kakaknya, sambil mengeratkan genggaman tangannya. Sedangkan Mila hanya terdiam.
"Ayolah Mila, tidak apa-apa. Lagi pula 'kan kita satu arah," bujuk Robi kembali.
Mila mengangguk menyetujui ajakan Robi, karena dia pikir tidak ada salahnya ikut bersama dengan Robi. Sebab, dia juga memang ada sedikit urusan dengan Ayahnya Robi.
Setelah mendapat persetujuan dari Mila, Robi kemudian meminta Fadil untuk duduk di depan, sedangkan Mila duduk menyamping di belakang.
Motor metik itupun terus melaju, dan ditengah perjalanan Mila membisikkan sesuatu ditelinga Robi, yang membuat pria tampan itu salah kaprah.
"Kau mau ke rumahku, sekarang," tanya Robi.
"Iya, aku mau minta tolong sama orang tuamu untuk memeriksa keadaan rumahku," jawab Mila.
Robi yang mendengar jawaban Mila, kemudian dia menarik nafas dalam.
"Aku pikir, kau sudah setuju untuk tinggal di rumahku," ujar Robi.
Mila terdiam dan tidak merespon ucapan Robi.
Tidak lama kemudian, Robi menghentikan motor metiknya tepat di depan Rumah.
"Sudah sampai." ucapnya kemudian.
Mila dan Fadil turun dari motor, begitu juga dengan Robi. Lalu Robi mengajak Mila masuk ke dalam rumahnya.
"Assalamualaikum," ucap Robi.
"Wa'alaikum salam," jawab pak Kyai Nurdin yang kebetulan sedang berada di ruang tamu.
Sedangkan ibunya Robi yang baru datang dari arah dapur, ketika melihat kedatangan Mila dan Fadil Ia langsung menyuruhnya untuk duduk.
"Terima kasih Bu," ujar Mila sambil tersenyum canggung.
Sedangkan Mila yang tidak mau berlama-lama di rumah Robi, begitu dia duduk di atas kursi, kemudian dia mengutarakan maksud dan tujuannya datang ke rumah itu.
"Maaf pak Kyai, sebenarnya Mila datang ke mari karena aku mau minta tolong." Mila terdiam sesaat.
"Minta tolong apa Nak Mila. Bilang saja, tidak usah sungkan."
Mila kembali menatap kearah pak Kyai Nurdin.
"Begini pak Kyai, akhir-akhir ini aku merasa di rumah, ada yang tidak beres, apalagi di kamar almarhum ibu, apakah pak Kyai mau menyempatkan waktu untuk datang berkunjung ke rumah," ucap Mila sambil menunduk, karena sebenarnya dia tidak ingin menceritakan hal yang terjadi di rumahnya pada orang lain.
Namun, mengingat perkataan Robi kemaren, bahwa nyawanya dan Fadil sedang terancam, akhirnya diapun memberanikan diri untuk datang menemui pak Kyai Nurdin ayahnya Robi dengan niat berkonsultasi.
"Baik Nak Mila, mari kita berangkat sekarang," jawab Kiyai Nurdin.
Kemudian dia berdiri dari tempat duduknya, begitu juga dengan Mila, Fadil, dan Robi. Tapi, Robi memutuskan untuk tidak ikut, dengan alasan dia belum sholat.
"Baiklah, tidak apa-apa," ujar Mila.
Jarak antara rumah Mila dan Robi memang tidak terlalu jauh, jadi pak Kiyai Nurdin memutuskan untuk berjalan kaki saja.
"Pak kyai berjalan di depan saja, biar aku dan Fadil menyusul dari belakang," ucap Mila dengan sopan, bahkan dia sampai membungkukkan kepala.
"Baiklah."
Kemudian mereka semua berjalan beriringan, melewati jalan setapak menuju ke arah rumah Mila.
Namun, saat melewati pemakaman umum yang berada di kampung itu, tiba-tiba pak Kiyai Nurdin menghentikan langkahnya. Hingga membuat Mila dan Fadil yang berada di belakang juga ikut berhenti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments