AP Bab 6

Sesuai janji Mila kemaren, bahwa hari ini ia dan Robi akan bertemu di taman tepat jam Sepuluh pagi.

"Ada apa Robi?" tanya Mila saat melihat Robi sedang duduk di atas kursi.

Robi menoleh kearah Mila, lalu dia menggeser posisi duduknya kearah samping.

"Duduklah dulu Mil, biar bicaranya enak."

Mila menarik nafas dalam, lalu dia mendudukkan bokongnya tepat di samping Robi, memang kalau berbicara dengan Robi harus butuh kesabaran ekstra.

Tanpa basa-basi kemudian Robi langsung pada topik pembicaraan.

"Mila, apa kamu tau saat aku kemarin kerasukan, pada waktu itu aku baru saja pulang mengajar mengaji dan aku melihat seseorang yang mirip dengan ibumu, terus aku mengikutinya. Tapi dia menghilang saat pas sampai di depan makam almarhum ibumu," jelas Robi.

"Bukan hanya itu saja Mil, saat kemaren aku melewati rumahmu aku juga melihat seseorang dengan pakaian putih yang dipenuhi oleh darah dan matanya itu merah menyala dan satu lagi dari kelopak matanya darah terus bercucuran, dan tidak lama setelah itu aku mendengar teriakan Fadil," ujar Robi kembali.

Mila terdiam, dan tidak merespon ucapan Robi. Meski apa yang dikatakan oleh Robi itu benar, kalau kemaren memang Fadil berteriak dengan sangat kencang di dalam kamar almarhum ibunya, tapi untuk saat ini Mila belum bisa mempercayai hal tahayul seperti itu.

"Kau kan anaknya kiyai, terus guru ngaji pula, tapi kenapa kau malah percaya hal tahayul seperti itu," ucap Mila.

Kemudian Mila membalikkan badan kearah Robi, hingga keduanya saling menatap satu sama lain.

" Robi, ibu itu sudah meninggal, mana mungkin dia bisa hidup kembali," ujar Mila kemudian.

Robi terdiam sejenak.

"Mila, aku tidak mengatakan kalau itu ibumu, tapi lebih tepatnya jin yang menyerupai almarhum ibumu, dan sekarang nyawa kalian sedang terancam," ucap Robi.

"Ah... ngaco kamu Robi."

" Mila, aku mengatakan yang sebenarnya," Robi meyakinkan Mila, bahwa apa yang dia katakan itu memang benar.

"Terus, menurutmu kami sekarang harus bagaimana," tanya Mila akhirnya.

" Kalian harus pindah dari rumah itu."

" Robi, kami memang harus pindah dari rumah itu, karena bapak dulu telah menggadaikan rumah untuk pengobatan almarhum ibu, lagi pula ayah sedang pergi ke kota untuk mencari uang, dan sekarang dia belum kembali, dan aku tidak punya cukup biaya untuk menyewa kontrakan," ucap Mila.

Kemudian Mila meninggalkan Robi.

Robi yang melihat kepergian Mila, dia langsung menahannya.

"Mila, tunggu. Dengarkan dulu penjelasan ku," ucap Robi sambil memegang kedua tangan Mila.

" Apa lagi sih, Robi," ucap Mila sambil menghempaskan tangannya dari genggaman Robi.

" Kalau kau tidak punya uang, kalian bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu," ucap Robi.

"Tidak Robi, aku tidak mau menyusahkan kamu dan keluargamu, lagi pula apa nanti kata orang, jika aku dan adikku tinggal di rumahmu," ucap Mila sambil meninggalkan Robi.

" Mila... Mila...!" panggil Robi. Tapi Mila tidak menghiraukan panggilan Robi tersebut.

****

Di Rumah

Mila langsung pergi ke kamar adiknya Fadil, untuk memeriksa keadaannya. Tapi betapa terkejutnya Mila saat melihat adiknya sedang menangis di pojokan.

Mila langsung berlari menghampiri adiknya Fadil dan langsung memeluknya. Setelah itu dia menggendong Fadil dan menidurkan nya di atas ranjang.

Lalu dia memeriksa suhu tubuh Fadil yang ternyata saat ini sedang demam tinggi.

Mila langsung berlari menuju dapur untuk mengambil air Es, kemudian dia kembali ke kamar untuk mengompres adiknya Fadil.

Saat melihat keadaan adiknya, tanpa terasa bulir bening menetes dari kelompok matanya, dan seketika dia mengingat ayahnya yang sampai saat ini belum ada kabar sama sekali.

" Ayah...kapan pulang," batin Mila.

Sedangkan Fadil yang melihat kakaknya menangis, kemudian dia menghapus air mata kakaknya dengan kedua tangan.

" Kakak jangan menangis," ucap Fadil sambil tersenyum.

Mila yang mendengar suara Fadil untuk pertama kali setelah kejadian kemaren, iapun memeluk adiknya dengan sangat erat.

"Syukur lah, akhirnya kakak mendengar suaramu kembali," ucap Mila.

Fadil tersenyum, kemudian dia membalas pelukan kakaknya.

Cukup lama, kakak dan adik itu berpelukan hingga Fadil meminta air minum, barulah Mila melepaskan pelukannya terhadap adiknya.

"Baiklah, tunggu di sini. Biar kakak saja yang mengambilnya," ucap Mila.

Fadil mengangguk.

Kemudian Mila keluar dari dalam kamar, dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum untuk Fadil.

Setelah selesai mengisi teko air, kemudian Mila kembali meninggalkan dapur dan berjalan menuju kamar adiknya Fadil.

Di kamar Fadil

Mila menuangkan isi teko itu kedalam gelas, kemudian dia memberikannya pada Fadil.

"Silahkan di minum dek, biar kamu cepat sembuh," ucap Mila sambil tersenyum.

Kemudian dia duduk di samping Fadil dan mengusap kepala adiknya dengan lembut.

Fadil pun meneguk air minum itu sampai habis.

"Kakak, tidur di kamar Fadil lagi ya, adek takut sendirian," ucap Fadil, sambil menaruh gelas yang berada di tangannya di atas meja.

"Iya dek."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!