" Huh... sungguh sial nasibku, sepertinya alam semesta sedang tidak berpihak padaku hari ini," ucap Dodi sambil berdiri dari Sofa, lalu dia berjalan menuju Televisi untuk mencabut kabelnya.
Dalam keadaan gelap gulita, kemudian Dodi berjalan menuju laci meja dan berniat mencari lilin. Namun, langkah kakinya tiba-tiba berhenti karena suara dari dapur cukup mengusik ketenangan hatinya.
Prank....
Tiba-tiba Dodi mendengar suara piring pecah di dapur, iapun membalikkan badan seketika kearah dapur dan berniat mencari tau apa yang sebenarnya terjadi disana.
Langkah demi langkah ia ayunkan, hingga tibalah dia dapur yang dalam keadaan pencahayaan tamaram. Dodi pun mengarahkan pandangannya ke seluruh sudut penjuru ruangan, tapi dia tidak menemukan pecahan piring sedikitpun.
" Apa mungkin aku berhalusinasi," batin Dodi sambil mengusap tengkuk lehernya yang mulai meremang.
Dodi kembali mengarahkan pandangannya ke sudut ruangan, dan detak jantungnya seketika berdegup sangat kencang saat melihat seorang yang berpakaian putih dengan rambut yang terlihat acak-acakan.
Bahkan sekarang, orang itu sedang berjalan menuju kearahnya.
Dodi membalikkan badan dan berniat untuk berlari, tapi kakinya serasa ada yang menahannya. Orang itu semakin dekat, bahkan semakin dekat.
Tap, orang itu meletakkan tangannya di punggung Dodi.
" Tolong....ada setan...!" teriak Dodi menggelegar di ruangan itu.
Dalam waktu yang bersamaan tiba-tiba lampu menyala.
Sedangkan Mila yang mendengar teriakkan ayahnya, iapun mengerutkan kening.
" Ayah, ini aku Mila."
Dodi seketika membalikkan badan, dan melihat anaknya Mila sedang berdiri di belakangnya. Lalu dia mengusap dada hingga beberapa kali, karena merasa sangat takut. Setelah itu Dodi pun memegang kedua pundak anaknya.
" Nak, sedang apa kamu disini? bukankah tadi ayah sudah menyuruhmu untuk istirahat."
Mila tidak menjawab, melainkan dia hanya menunjukkan lilin dan korek api ditangannya.
Pak Dodi yang mengerti dengan maksud anaknya, iapun akhirnya menarik nafas panjang.
" Baiklah, kalau begitu sekarang pergilah ke dalam kamar untuk beristirahat," ucap pak Dodi kemudian.
Mila pun kembali ke dalam kamarnya sambil membawa lilin dan korek api, takut nanti pas tengah malam lampu tiba-tiba padam.
Pagi hari
Seperti biasa, Mila sudah menyiapkan sarapan pagi
untuk ayah dan adiknya Fadil, dan setelah selesai menyiapkan sarapan, Mila pun bergegas pergi ke warung pak Muin untuk membayar hutangnya yang kemaren.
Mila terus berjalan menyusuri jalan setapak,
dan dia sengaja melewati jalan pintas itu untuk lebih cepat sampai ke warung pak Muin.
Di warung pak Muin
Ibu-ibu tampak bergosip ria, tapi setelah melihat kedatangan Mila mereka semua terdiam dan saling beradu pandang, bahkan mereka saling mengedipkan mata satu sama lain agar segera menghentikan topik pembicaraan.
Mila yang tidak tau apa-apa ia hanya tersenyum manis kearah ibu-ibu itu, lalu dia membayar utangnya yang kemaren kepada pak Muin, setelah selesai urusannya dengan pak Muin iapun pergi meninggalkan warung.
Sedangkan ibu-ibu yang melihat kepergian Mila, mereka semua kembali melanjutkan obrolan yang tadi sempat tertunda.
" Bu Risma, kata suami saya semalam kampung kita sangat sepi dan sunyi, bahkan yang datang ronda pun cuma tiga orang," ucap Bu Anis.
" Iya, suami saya juga bercerita seperti itu," jawab Bu Rina menyela.
Bu Risma hanya terdiam, menyimak obrolan satu gengnya.
" Apa Bu Risma tau, kata suami saya semalam juga ada kejadian aneh," ujar Bu Anis sambil mencolek tangan Bu Risma.
" Kejadian aneh seperti apa, bukannya selama ini keadaan kampung kita baik-baik saja," ujar Bu Risma.
Bu Anis pun menceritakan tentang anaknya pak kyai Nurdin yang tiba-tiba mengalami kesurupan saat pulang mengajar mengaji tadi malam.
Bu Risma dan Bu Rina pun terkejut mendengar hal itu.
" Astaghfirullah," ucap Bu Risma dan Bu Rina secara bersamaan. Mereka berdua mengusap dada hingga beberapa kali saat mendengar kalau arwah Bu Farah lah yang merasuki anak kyai Nurdin tersebut.
Sedangkan istri pak Muin yang mendengar gosip tersebut, diapun ikut bergabung dan berniat membubarkan ibu-ibu tukang gosip itu.
" Sudah ibu-ibu, tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal, lebih baik kalian bubar dan pergi memasak, apa Bu Risma mau kalau suamimu nanti marah karena belum ada sarapan di meja," ujar istrinya pak Muin.
Bu Risma yang mendengar ucapan istrinya pak Muin itu membuat dirinya merasa sewot.
" Hum... bilang saja kalau kamu mau mengusir kami, iya nggak ibu-ibu," ucapnya dengan nada tak suka.
" Bukan seperti itu ibu-ibu," ujar istrinya pak Muin.
" Iya, iya. Kami semua akan pergi," sela Bu Rina, karena dia tidak ingin melihat Bu Risma dan istrinya pak Muin bertengkar.
Sedangkan istrinya pak Muin yang melihat tingkah laku ibu-ibu tukang gosip itupun menggelengkan kepala hingga beberapa kali.
" Dasar ibu-ibu tak ada kerjaan," ucapnya kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Santai Dyah
wah seru ini jejak dulu kk
2022-06-15
0