Mila yang melihat adiknya hendak membuka bingkisan nasi itu kemudian dia menahannya.
"Jangan dek, buat besok pagi aja, lagi pula ini sudah malam tidak baik kalau makan di jam seperti ini."
"Iya kak." jawab Fadil sambil merapikan bingkisan nasi itu.
Fadil sebenarnya sangat merasa kesal dengan ucapan kakaknya, tapi apa yang dikatakan oleh kakaknya itu memang benar.
Kemudian Mila membawa bingkisan nasi itu ke dapur dan meletakkannya di atas meja dan menutupnya dengan tudung saji.
Namun saat ia meninggalkan dapur itu, dia merasa ada orang yang mengikutinya dari belakang.
Mila berhenti sejenak, lalu dia membalikkan badannya ke arah belakang. Namun dia tidak menemukan siapapun.
Kosong, hanya dirinya sendiri yang ada didalam ruangan itu.
"Astaghfirullah," ucap Mila sambil mengusap dada hingga beberapa kali, lalu dia pergi meninggalkan ruangan itu.
Di kamar
"Kak Mila, malam ini adek nggak mau tidur sendiri, adek maunya tidur sama kakak," rengek Fadil sambil menarik-narik lengan Mila.
Mila terdiam sesaat, lalu dia menggenggam tangan adiknya, kemudian dia tersenyum.
"Baiklah."
Fadil yang mendengar tidak ada penolakan dari kakaknya, kemudian dia bersorak kegirangan.
"Hore...ayo kak, kita tidur, pasti malam ini aku akan tidur dengan sangat nyenyak," ucap Fadil sambil naik ke atas dipan.
Kemudian dia memeluk kakaknya, tidak berselang lama Fadil sudah masuk ke alam mimpi.
Berbanding terbalik dengan Mila, entah kenapa malam ini dia tidak dapat memejamkan mata, karena dia masih teringat jelas mimpinya saat tertidur di ruang tamu tadi.
Namun, saat Mila termenung memikirkan mimpinya tadi, tiba-tiba jendela kamar Fadil terbuka lebar tertiup angin.
" Malam ini anginnya cukup kencang, apa mau turun hujan ya," batin Mila. Lalu dia turun dari dipan, dan berniat untuk mengunci jendela.
Namun saat Mila hendak menutup jendela itu, tiba-tiba sekelebat bayangan putih melintas di depan jendela.
Mila langsung bergegas menutup jendela itu dengan sangat cepat, kemudian dia berlari kencang menuju dipan, lalu dia menutup seluruh tubuh dan wajahnya dibawah selimut.
" Apa yang aku lihat tadi," batin Mila dengan jantung yang berdetak tidak karuan.
Pagi harinya
Seperti biasa Mila melakukan rutinitas pagi, dengan menghangatkan bingkisan nasi yang diberikan oleh bu Risma tadi malam.
" Selamat pagi kak," sapa Fadil.
" Pagi dek," jawab Mila.
" Tau nggak kak, semalam adek tidurnya nyenyak... banget," ujar Fadil.
Mila tersenyum.
"Udah-udah ngocehnya, sekarang lebih baik adek sarapan, nanti terlambat lho," ujar Mila.
" Hm...iya, iya. Kakakku yang paling cantik sedunia," jawab Fadil sambil mengerucutkan bibirnya ke depan.
Kemudian Fadil mengambil piring dan mengisinya dengan lauk yang tadi malam tidak jadi dia makan.
" Dek, nanti kakak tidak bisa menjemputmu, karena kakak mau ke pasar untuk menjual sayur, tidak apa-apa kan," ucap Mila.
" Tidak apa-apa kak, lagi pula adek kan sudah besar dan sudah bisa pulang sendiri."
Mila tersenyum mendengar jawaban Fadil.
" Anak pintar," ucapnya sambil mengusap lembut kepala Fadil.
Setelah selesai sarapan, kemudian Mila mengantar Fadil ke depan rumah, dan memberitahukan kalau kunci rumah akan dia taruh di bawah pot bunga.
" Baik kakak."
Kemudian Fadil berangkat sekolah, sedangkan Mila dia pergi ke pasar untuk menjual beberapa jenis sayuran seperti kangkung dan bayam.
Di pasar
Mila bertemu dengan Robi, tetangganya satu lapak. Kemudian mereka berdua berbincang-bincang sambil menunggu ada pembeli yang datang.
Mereka berdua sangat akrab, dan bahkan terlihat seperti pasangan kekasih. Dan Robi juga sudah pernah menyatakan cintanya pada Mila, tapi Mila menolak karena dia belum siap membina hubungan yang lebih serius.
"Robi, boleh nggak aku minta tolong sebentar."
"Minta tolong apa Mil."
"Nggak, aku hanya ingin pergi ke toilet sebentar," ucap Mila tersenyum pada Robi.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama."
" Iya."
Kemudian Mila pergi, tapi sebenarnya tujuannya bukan ke toilet, melainkan dia ingin menanyakan harga kambing yang paling besar dan montok di pasar itu. Sebab, hari ini adalah hari ke tiga sejak kepergian almarhum ibunya.
Harusnya hari ini mereka sudah mempersiapkan acara tasyakuran almarhum ibunya dengan memotong kambing yang paling besar dan montok, tapi mau bagaimana lagi? saat ini Mila dan ayahnya belum mempunyai uang sepesersen pun.
Sedangkan ayahnya yang pergi ke kota untuk mencari uang, sampai sekarang belum ada kabar sama sekali.
Mila sudah berjalan cukup jauh, hingga dia menemukan lapak penjual kambing. Kemudian dia menghampiri bapak penjual kambing itu, dan menanyakan kira-kira berapa harga kambing yang paling besar dan juga montok.
" Kira-kira lima juta Neng, tapi kalau pengennya yang lebih besar dari itu," tunjuk bapak itu pada salah satu kambing yang paling besar di antara semuanya.
" Berapa Pak," ujar Mila.
" Sekitar Enam sampai tujuh juta Neng," jawab bapak penjual kambing itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Hwaiting Kk
My Bestie mampir
2022-06-27
0