Fadil langsung menyambar tubuh kakaknya Mila setelah sampai di hadapannya.
"Kakak tidak apa-apa 'kan?"
Mila tersenyum, lalu dia mengeratkan pelukannya terhadap Fadil.
"Kau tidak perlu merasa khawatir dek, kakak baik-baik saja," ucapnya sambil tersenyum manis.
Fadil seketika melepaskan pelukannya terhadap Mila, lalu dia mengingatkan kakaknya, kalau menyebrang harus hati-hati.
"Iya dek," jawab Mila. Lalu dia berdiri dan menggenggam erat tangan Fadil. Kemudian mereka berdua meninggalkan area sekolah menuju rumah.
*****
Di rumah
Mila menggantung tas sandang yang dia pakai, kemudian dia berjalan menuju dapur dan berniat memasak untuk makan siang.
Sedangkan Fadil, dia masuk ke dalam kamar untuk mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian sehari-hari.
Setelah selesai mengganti pakaian, kemudian Fadil keluar dari dalam kamarnya menuju dapur.
Saat Fadil sudah sampai di dapur, kemudian dia mendudukkan bokongnya di atas kursi.
"Kak, rasanya perutku sangat keroncongan, dan cacing-cacing di perutku pun sudah mulai menari-nari untuk minta makan," ucap Fadil sambil mengusap perutnya. Dan tidak lama kemudian terdengarlah suara dari dalam perutnya yang terdengar sangat nyaring.
Kriyuk....kriyuk.
Sedangkan Mila yang mendengar ocehan adiknya lalu dia tersenyum.
"Bukalah tudung saji itu dek, kakak sudah menyiapkan mie instan untukmu," ujar Mila.
Fadil tersenyum dan matanya berbinar-binar senang, saat mendengar ucapan kakaknya, lalu dia membuka tudung saji itu dan melihat sudah ada semangkuk mie goreng kesukaannya.
"Wah...kakak, terima kasih," Kemudian Fadil menyantap mie instan itu dengan sangat lahap.
"Sama-sama dek."
Mila pun kembali melanjutkan pekerjaannya, sambil sesekali melirik adiknya Fadil yang menikmati mie instan itu dengan sangat lahap, kemudian dia tersenyum.
Waktu terus bergulir, dan kini Mila sudah selesai memasak, dan sekarang dia sedang mencuci peralatan masak yang dia pakai tadi.
Sedangkan Fadil, saat ini dia sudah berada di ruang tamu, dan kini ia sedang menonton film kesukaannya.
****
Mila yang masih berada di dapur, dan belum menyelesaikan pekerjaannya, tiba-tiba dia merasa ada seseorang yang memegang pundaknya dari arah belakang. Kukunya yang panjang, bahkan sampai menyentuh wajahnya.
Bulu kuduk Mila seketika meremang, seolah tubuhnya merespon kehadiran mahluk lain selain manusia.
Kemudian Mila menoleh seketika, mencari keberadaan makhluk yang baru saja memegang pundaknya. Namun dia tidak menemukan siapapun di belakangnya.
"Mungkin itu hanya perasaanku saja," lalu dia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Setelah selesai mencuci piring. Kemudian Mila menyusul Fadil di ruang tamu.
"Fadil...Fadil...!" panggil Mila, tapi tidak ada sahutan sama sekali.
Mila pun terus berjalan perlahan menuju ruang tamu, dan menemukan Fadil sedang tertidur pulas di atas kursi.
Mila menggelengkan kepala, saat melihat adiknya yang terbiasa tidur di mana saja. Bahkan saat Fadil sudah dalam keadaan mengantuk dia akan tidur sambil duduk.
Mila pun meraih remote Televisi yang berada di atas Nakas, lalu dia memencet tombol power untuk mematikannya.
Bukannya Mati, Televisi itu malah berganti chennel dengan menampakkan seorang perempuan berbaju putih lusuh dengan di penuhi darah, matanya merah, dan dari kelopak matanya darah segar terus mengalir.
Mila langsung tersungkur ke atas lantai, dan membanting remote itu keatas Meja, hingga membuat Fadil yang tertidur pulas bangun seketika.
"Kakak kenapa?" tanya Fadil. Lalu dia membuka tangan kakaknya yang menutupi seluruh wajahnya.
Mila tak menjawab pertanyaan Fadil, lalu dia membuka mata perlahan dan mengarahkan pandangannya pada Televisi yang dalam keadaan mati.
Keningnya berkerut, bahkan dia sampai mengucek matanya hingga beberapa kali. Namun bayangan yang dia lihat tadi di TV sudah tidak ada.
Fadil yang melihat kakaknya masih tidak menjawab pertanyaannya, kemudian dia bertanya untuk kedua kalinya.
"Kakak kenapa sampai menutup mata seperti itu?" Fadil menatap lembut kearah Mila.
Mila mengarahkan pandangannya pada Fadil, lalu dia menggelengkan kepala.
"Kakak tidak apa-apa dek, mungkin kakak terlalu lelah," jawabannya sambil menyunggingkan senyuman.
"Baiklah kak, kalau begitu ayo kita makan lagi, mie instan yang tadi tidak membuatku kenyang, dan sampai saat ini aku masih merasa lapar kalau tidak makan nasi. Kakak sudah selesai masak 'kan," ujar Fadil.
"Udah dek, ayo kita makan."
Kemudian Mila dan Fadil pun berjalan perlahan menuju dapur, lalu mereka berdua melakukan makan siang.
Jarum jam terus berputar dan sekarang sudah menunjukkan pukul enam sore. Dan sebentar lagi akan tiba waktu Maghrib.
Mila mulai mengunci satu persatu jendela dan menutupnya dengan gorden. Sedangkan Fadil dia terus saja menemani Mila untuk melakukan pekerjaannya.
Namun, saat Mila tiba di jendela terakhir, tiba-tiba Fadil menanyakan keberadaan ayahnya yang sampai saat ini belum pulang dari kota.
"Kak Mila, kenapa sampai sekarang ayah belum pulang," tanya Fadil.
"Mungkin ayah belum cukup uang untuk pulang," jawab Mila sekenanya.
Kemudian dia merapikan gorden jendela itu.
"Nah, sudah selesai, ayo kita ke kamar, kakak mau sholat Maghrib dulu," ucap Mila sambil menggandeng tangan Fadil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Santai Dyah
masuk favorit kk Thor smngat
2022-06-17
0