AP Bab 5

Setelah menanyakan harga kambing, Mila pun kembali pulang menuju tempat jualannya. Ia merasa sangat sedih dan bersalah kepada almarhum ibunya karena sampai sekarang dia belum juga bisa menuruti permintaan terakhirnya.

" Maafkan Mila Bu," batin Mila. Tanpa sadar bulir bening menetes dari kelompok matanya. Lalu dia menghapusnya dengan sangat cepat karena takut ada yang melihat dirinya menangis.

Apalagi sampai di lihat oleh Robi, bisa-bisa dia akan diintrogasi setiap menit.

****

Siang hari

Triknya matahari membuat Fadil merasa sangat haus, tapi sayang saat ini uang jajan yang diberikan oleh kakaknya tadi pagi sudah habis.

" Aku harus cepat sampai rumah," batin Fadil.

Lalu dia bergegas menyusuri gang demi gang untuk segera sampai di rumah.

" Huh... akhirnya sampai juga." Kemudian Fadil mengambil kunci yang berada di bawah pot bunga, lalu dia membuka pintu rumah.

Tanpa membuka sepatu, Fadil langsung berlari kecil menuju dapur. Lalu dia mengambil gelas dan mengisinya dengan air, kemudian dia meminumnya.

Setelah rasa hausnya sirna, kemudian Fadil berjalan meninggalkan dapur dan berniat pergi ke ruang keluarga untuk membuka sepatunya. Lalu dia duduk di atas kursi sambil meletakkan tas di atas meja.

Namun baru saja dia menarik tali sepatu yang dia pakai, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya dari kamar almarhum ibunya.

Fadil menghentikan tindakannya, lalu dia berjalan perlahan menuju kamar almarhum ibunya.

" Fadi...l, Fadi...l"

Suara itu terus saja bergema di dalam pikiran Fadil, lalu dia berjalan menuju kamar almarhum ibunya untuk memeriksa siapa gerangan yang memanggil namanya.

Dengan melangkah perlahan tapi pasti, Fadil terus mengayunkan kakinya, hingga sekarang dia sudah berada di depan pintu masuk kamar almarhum ibunya.

Fadil menarik knop pintu, lalu dia mendorongnya.

Kriet...

Fadil masuk ke dalam dan melihat seorang wanita duduk di atas ranjang almarhum ibunya, dengan pakaian putih di penuhi darah, sambil menatapnya dengan mata merah menyala. Dan rambutnya yang acak-acakan membuat Fadil langsung berteriak.

" Ah....!" teriak Fadil dengan sangat keras.

Sehingga membuat Mila yang baru saja pulang dari pasar langsung berlari menuju kearah sumber suara.

" Fadil," panggil Mila yang langsung memeluk adiknya.

" Ada apa denganmu dek?" tanya Mila.

Fadil yang tadinya berjongkok sambil membenamkan wajahnya di kedua lutut, tiba-tiba lemas dan jatuh pingsan.

Sedangkan Mila yang melihat adiknya tidak sadarkan diri, ia langsung menggendongnya masuk kedalam kamar Fadil.

" Dek, bangun," ucap Mila sambil menepuk-nepuk pipi Fadil dengan lembut. Tapi Fadil belum juga bangun.

Kemudian Mila merogoh kantong tasnya dan mengambil minyak angin, lalu dia meletakkannya di depan hidung adiknya.

Tidak lama kemudian, Fadil membuka matanya perlahan, lalu dia melihat ke arah kakaknya Mila.

"Alhamdulillah," ucap Mila, kemudian dia meletakkan minyak angin itu di atas meja. Lalu dia kembali menatap kearah adiknya.

"Adek tadi kenapa berteriak," tanya Mila.

Fadil hanya terdiam, dan tidak mengatakan apapun. Lalu di membelakangi kakaknya.

Mila yang tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, lalu dia menarik selimut dan menyelimuti tubuh adiknya.

"Kakak mau kebawah dulu, mungkin Adek lapar, jadi sekarang kakak siapkan dulu mie instan untukmu ya," pamit Mila.

"Hm..."

Kemudian Mila meninggalkan Fadil sendiri di dalam kamarnya.

Mila yang hendak menuruni anak tangga, kemudian berhenti sejenak, lalu memutar tubuhnya dan berjalan kembali menuju kamar almarhum ibunya.

Iapun memeriksa sudut ke sudut ruangan itu, tapi dia tidak menemukan hal apapun disana, hingga membuat Mila merasa heran dan bertanya di dalam hati, kenapa adiknya Fadil berteriak cukup keras tadi.

Karena dia tidak menemukan hal aneh apapun, kemudian dia memutuskan untuk keluar dari dalam kamar almarhum ibunya.

Di dapur

Mila pun memasak mie instan untuk Fadil, dan setelah selesai di membawanya ke dalam kamar Fadil.

" Sudah merasa baikan dek?" tanya Mila, setelah melihat adiknya yang duduk di atas ranjang.

Fadil mengangguk.

"Kakak suapin ya."

Fadil tidak menjawab dan dia hanya mengangguk dan mengangguk setiap Mila berbicara padanya.

****

Di kamar Mila

Saat ini ia sedang berbicara dengan Robi di telpon, dan Robi meminta Mila untuk datang menemuinya sesegera mungkin di taman.Tapi Mila bersikeras tidak menemui Robi dengan alasan kalau saat ini adiknya Fadil sedang tidak enak badan.

"Aku benar-benar tidak bisa Robi. Sungguh, adikku Fadil sedang tidak enak badan," tolak Mila.

"Mila, ayolah aku ingin berbicara penting denganmu, bahkan ini sangat penting," jawab Robi.

"Robi, sudah berapa kali aku bilang, aku benar-benar tidak bisa menemuimu hari ini, bagaimana kalau besok saja," ucap Mila akhirnya mengalah.

Robi tampak pasrah dengan jawaban Mila.Tapi mau bagaimana lagi, kalau dipaksakan juga tidak ada gunanya, yang ada Mila semakin marah nanti.

" Baiklah," jawab Robi pasrah. Kemudian dia mematikan sambungan Ponselnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!